Stunting masih menjadi PR besar bagi pemerintah Indonesia. Berbagai sosialisasi gencar dilakukan dari tingkat kabupaten/kota hingga ke pelosok desa. Pemerintah gencar mengatasi stunting yang disebabkan kurangnya gizi juga Nutrisi. Efeknya bayi atau balita bisa gagal tumbuh dan gagal berkembang.
Mahasiswa KKN UIN Gus Dur kelompok 8 angkatan 60 yang mengadakan sosialisasi pencegahan stunting yang menghadirkan narasumber spesial yaitu Shadna Sari dari petugas penyuluhan kesehatan Buaran Pekalongan.
Menurutnya kasus stunting masih tinggi Ia menginginkan warga lebih aware lagi terhadap stunting. (15/4/2024)
Sadna mengatakan “ Stunting itu sudah terjadi sejak lama dari 5 sampai 10 tahun yang lalu”.
Lalu kenapa stunting bisa menyebabkan beban negara?
Shadna mengungkapkan bahwa jika stunting dibiarkan bisa mengakibatkan dampak jangka panjang seperti mengganggu produktivitas. Jadi nantinya pekerjaan bisa bermasalah karena anak stunting beresiko susah dapat pekerjaan disebabkan kurangnya gizi dan nutrisi yang cukup, dampaknya tingkat pengangguran jadi semakin tinggi (15/11/2024)
Sosialisasi ini diselenggarakan pada acara fatayat di Kelurahan Banyurip Pekalongan pada hari Jumat, 15 November 2024.
Banyak Informasi yang disampaikan diantaranya ialah kasus stunting masih cukup tinggi yang ditandai perawakannya pendek, kurangnya gizi pada balita secara kronis, stunting juga memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang.
Jangka pendeknya menurut Shadna, ialah bayi atau balita gampang terkena penyakit, mengganggu pertumbuhan fisik dan perkembangan otak.
Sedangkan tumbuh pendek bisa terjadi karena stunting dan bisa juga karena genetik.
Pekerjaan bermasalah, produktivitas terganggu, dan menjadi beban negara adalah efek jangka panjang dari stunting itu sendiri.