Mohon tunggu...
Hasbi SidqiRamadan
Hasbi SidqiRamadan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - siswa

never surrender let's pray together

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Perjuangan Adalah Seni Kehidupan

4 Desember 2021   19:55 Diperbarui: 4 Desember 2021   19:58 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Kenapa Harus berperang?

Dibawah bebangunan yang porak-poranda, tangisan yang menetes dari langit dengan matahari yang mulai menjauh. Arteleri yang turun dari langi bak meteor.

               Aku adalah orang yang selamat dari kejadian peperangan di daerah Cipadang Manah tahun 1940. Kala itu, Batalion tentara Belanda yang dipimpin Kolonel Van Sergio menyerang kampung halamanku dan membuatnya hancur tak tersisa. Bahkan keluargaku saja semuanya mati akibat perang, ntah syukur atau qufur yang harus ku ucapkan. Aku benar-benar membenci Belanda. Namun, mungkin ini adalah takdir Tuhan yang dituliskan olehnya untuk diriku. Pasca insiden tersebut, aku di selamatkan dari reruntuhan oleh Jendral TNI Gatot Subroto. Aku masih ingat dengannya, ia  yang menyelamatkanku, menguatkan diriku, menyemangatiku, bahkan mengajariku banyak hal.

"Nak, saya paham dengan keadaan kamu. Orangtuamu, kakakmu, dan kerabat-kerabatmu itu menjadi korban perang. Kamu harus terima kenyataan pahit ini. inilah perang, dimana orang baik,jahat,kaya,miskin, lemah maupun kuat akan menjadi korban." kata Jendral Gatot

"Kenapa Belanda suka sekali perang? Apa untungnya perang jika memakan korban?" Tanyaku sambil melamun dengan tatapan kosong.

"itu semua didasari karena keegoisan, keserakahan, kebencian, ketakutan, dan kesombongan" jawab Jendral Gatot sambil memegang bahuku lalu membawaku pergi dari kampung halamanku beserta pasukan yang tersisa.

Bandung, Desember 1941

               Aku dirawat oleh Jendral Gatot di kediamannya. Setelah kejadian itu, ia tak henti-hentinya membantu memperbaiki keadaan fisik dan mentalku. Ia mulai melatihku dengan keras dan tegas hingga aku bisa merasakan hasil yang diperoleh. Jendral Gatot sangat mengetahui bahwa aku memiliki bakat tinggi dalam bidang seni. Bakat seni merupakan harta warisan dari ayahku yang merupakan seorang Guru seni yang sangat ku idolakan. Hampir setiap harinya aku membuat seni lukis untuk mencurahkan rasa emosional di dalam jiwa ragaku serta menggambarkan keadaan moodku. Bahkan Jendral Gatot meminta bantuan gambar dariku untuk melakukan Propaganda terhadap Pasukan-pasukan Belanda yang semakin hari semakin brutal.

             Dipenguhujung tahun ini, aku sudah mulai bisa mengikhlaskan kejadian kelam yang terjadi padaku. Banyak teman-teman yang sering bermain dan menghiburku. Aku merasa dan yakin bahwa aku kelak akan menjadi seseorang yang hebat seperti Jendral Gatot Subroto.

"Hasbi" teriak Maya dari balik pintu

"Ada apa Maya?" jawabku

"tolong bantuin aku ngerjain PR gambar dong" pinta nya sambil mendorong pintu

"mana? Gambar apaan?" tanyaku

"menggambar Peta wilayah jajahan Belanda nih, susah banget aduhh" jawab Maya

"hm okelah biar aku kerjakan. Tapi tolong bawain aku makanan biar semangat hahaha" kataku

"hadeuh. Yasudahlah tunggu sebentar, aku ambilkan dulu" jawab Maya sambil bergegas mengambil makanan. Walaupun Maya adalah keponakan Sang Jendral Gatot, ia tak pernah sekalipun menyombongkan dirinya. Ia orang yang sangat rendah hati, baik, dan ramah.

Memegang Pensil meletakan kertas menghirup napas kemudian memulai menggambar dengan cepat tepat dan efisien hanya dalam waktu 15 menit sudah selesai. Maya pun datang setelah aku menyelesaikan gambarnya.

"waw cepet banget dan rapih lagi. Maaf ya lama, aku tadi masak air dulu buat bikinin kamu kopi" kata Maya

"ho... okelah tak apa, makasih ya" kata ku

" siap. Makasih juaaa hasbi" kata Maya sambil tersenyum-senyum melihat tugas nya yang sudah beres.

"Maya, kamu kan jago matematika, tolong bantu aku dong. Aku agak kesusahan soalnya dibidang itu" kataku

"boleh aja si. Tapi kenapa kamu pengen memperdalam hal yang bagimu sulit ? apa menggambar itu bagimu seperti tidak ada tantangan?" tanya nya

Aku diam sesaat memikirkan ucapannya "hm bisa dibilang aku mulai bosan dengan menggambar, karena yang aku gambar hanya perasaan-perasaan ku dan yang diperintahkan oleh Jendral" ungkapku

"hmm.. Kamu melakukan itu monoton Hasbi, andai aku bisa seperti mu aku akan menjelajah dan membuat karya yang akan dikenang oleh masyarakat seantero dunia hahha" kata Maya sambil memakan biskuit

"hm, berpetualang ya" Tanyaku

"kurang lebih si seperti itu" jawab Maya

"baiklah besok aku akan berpetualang" kataku sambil meminum seteguk kopi yang masih hangat

"ha? Serius, nanti siapa dong yang membantu aku ngerjain tugas gambar?" tanya Maya sambil menatap dengan mata Memelas.

"Tapi, yasudahlah. Aku akan mendukungmu agar bisa menemukan jati dirimu" lanjut Maya sambil tersenyum.

               Malam harinya, aku ungkapkan keinginanku untuk berpetualang ke Jendral Gatot. Ia mengizinkanku, ia merasa bahwa di usiaku yang ke-18 telah cukup untuk melakukan petualangan. Aku akan berangkat esok pagi dengan dibekali sejumlah emas 3 gram untuk biaya ku hidup dan bahkan ia menyuruh salah satu ajudannya untuk menemaniku dikala berpetualang. Aku memulai petualangan di daerah jawa barat, aku menelusuri setiap tempatnya lalu aku melukis tempat dan ciri khas daerah yang aku jajaki. Begitulah seterusnya di setiap wilayah Nusantara yang ku lalui.

Jakarta, Mei 1956

               Banyak sekali hal yang telah kulewati dalam petualanganku. Disetiap perjalanannya bahkan tidak semuanya mulus. Aku pernah ditangkap oleh serdadu belanda maupun tentara Nippon japan karena dituduh sebagai mata-mata. Bahkan diriku disiksa seperti mereka menyiksa para binatang. Aku sempat menangis jua karena ada beberapa lukisan yang mereka buang. Akan tetapi, aku sangat bersyukur pada Allah yang telah membantuku melewati setiap langkah demi langkahnya. Aku berhasil menjelajah di setiap pulau Indonesia ini dengan selamat.

               Hal yang membuatku senang adalah karyaku di terima oleh pemerintah dan dihargai oleh banyak warga negara. Aku berhasil membuat lukisan yang menggambarkan ciri khas negara Indonesia. Presiden Soekarno mengapresiasi Lukisanku bahkan ia mengadakan pameran seni dengan banyak hasil karyaku yang dipajangnya. walau banyak karya yang telah kuciptakan. Namun, aku tak berhenti disitu. Aku terus membuat karya-karya dan banyak menyedekahkan hartaku untuk negara ini. Dari hasil uangku aku berhasil membangun sekolah, masjid, Panti asuhan, dan lapangan pekerjaan.

               Bagiku seni adalah kehidupan yang akan dikenang oleh para penikmatnya. Aku sangat bersyukur memiliki keahlian yang tak semua orang memilikinya. Seperti ismail Marzuki yang merupakan tokoh integrasi Bangsa dalam bidang seni Musik. Dalam kisahku, aku berhasil bisa seperti Ismail Marzuki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun