Mohon tunggu...
Hasbi Aswar
Hasbi Aswar Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

Penggiat kajian politik internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Persaingan Amerika - China dan Posisi Kaum Muslimin

18 Oktober 2022   18:43 Diperbarui: 18 Oktober 2022   18:53 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di lihat dari segi historis, hubungan antara kedua negara memang diawali dengan konflik khususnya era perang dingin karena perbedaan ideologi dan kepentingan politik. China berada diporos ideologi komunis bersama Uni Sovyet yang mendukung penyebaran komunisme khususnya di wilayah Asia Tenggara dan Asia Timur. Sementara Amerika Serikat berada diporos kapitalisme global. Perbedaan ideologi ini secara otomatis juga mempengaruhi kepentingan antara kedua negara.

Hubungan tersebut membaik di tahun 1970an yang membuat Amerika Serikat mengizinkan China masuk menjadi bagian dari anggota Perserikatan Bangsa -- Bangsa. Hubungan dagang lebih intensif terjadi di awal tahun 2000, dan Amerika Serikat memberikan jalan ke China masuk menjadi anggota organisasi perdagangan dunia (WTO)[12].

Masuknya China dalam politik perdagangan kapitalisme global banyak menguntungkan negara ini, pendapatan perkapita terus meningkat dan mampu menyalib posisi Jepang sebagai negara kedua terkuat secara ekonomi setelah Amerika Serikat. Bahkan dengan prestasi ekonomi tersebut, diprediksi bahwa China akan mengambil alih penguasa ekonomi dari tangan AS beberapa puluh tahun yang akan datang. Menurut lembaga konsultan Inggris, Pusat Penelitian Bisnis dan Ekonomi (CEBR), 2022, bahwa GDP China akan meningkat rata -- rata 5,7 persen setiap tahun sampai tahun 2025, dan rata -- rata 4,7 persen sampai tahun 2030 dan pada tahun itu, China akan menjadi negara dengan ekonomi dengan satu dunia mengalahkan Amerika Serikat[13].

Beberapa tahun terakhir ini, yang dominan di potret terkait hubungan AS dan China adalah isu persaingan di kawasan Asia -- Pasifik, faktanya hubungan ketergantungan ekonomi antara kedua negara masih terus terjadi sampai saat ini. Data tahun 2020 menunjukkan bahwa China adalah target ekspor barang ketiga terbesar Amerika Serikat dengan nilai 124,5 miliar dolar naik 16,9 persen dari tahun 2019. Bagi China, AS adalah supplier terbesar untuk kebutuhan barang -- barang seperti mesin mesin listrik, mesin , mainan dan peralatan olahraga, furnitur dan tempat tidur, dan barang tekstil[14]. Juga, Perusahaan- perusahaan AS melihat China adalah pasar yang besar dan menjanjikan, sementara disisi yang lain China butuh investasi asing besar -- besaran dari negara -- negara maju seperti Amerika Serikat[15].

Dalam bidang pendidikan, pelajar China yang belajar di AS mencapai 370 ribu orang pada tahun 2019- 2020 yaitu 34% dari seluruh jumlah pelajar asing di AS. Kerjasama penelitian antara kedua negara terus terjalin termasuk di era covid 19.

Masa Depan Pertarungan AS -- China

Dalam pertarungan antara AS dan China, Nampak bahwa China berupaya merespon sikap AS secara defensif. Setiap serangan propaganda AS atau aksi -- aksi provokasi AS untuk meningkatkan ketegangan, seperti pelatihan militer bersama, serangan terhadap isu HAM, perdagangan, dan yang lainnya tidak direspon secara konfrontatif oleh China. China selalu membela diri dan menyampaikan sikap terbuka dan kooperatif nya dan bersiap membawa segala masalah ke meja perundingan. Di sisi lain peningkatan kerjasama militer AS juga direspon oleh China sebagai bentuk provokasi yang mengganggu stabilitas kawasan Indo-Pasifik.

Dalam politik internasional, perubahan struktur politik adalah sesuatu hal yang wajar. Ada saatnya negara superpower yang dominan digantikan oleh negara superpower yang baru muncul. Jika melihat kondisi China saat ini dan dibandingkan dengan Amerika Serikat. China masih berada di Langkah awal untuk menuju negara superpower global. Ini yang telah terbaca, sehingga AS berupaya  untuk mengaborsi Langkah China ini agar tidak sampai pada kondisi yang tidak bisa terbendung lagi.

Melihat sikap Amerika Serikat terhadap China dan kebijakan strategisnya di Indo-Pasifik untuk membendung China, kedepan AS akan terus mengobarkan persaingan sampai betul -- betul China sudah sampai tahap yang tidak membahayakan kepentingan AS baik di kawasan maupun global. AS akan terus menggunakan isu HAM, laut China Selatan sebagai bagian dari narasi politik untuk menghantam China. Selain itu AS juga akan terus memperkuat kerjasama militer bersama Jepang, Korea Selatan, Australia dan India dan kerjasama AUKUS untuk menekan China.

Meskipun demikian, saling ketergantungan antara kedua negara juga akan membuat persaingan antara kedua negara juga sulit mencapai tahap yang lebih keras seperti di era perang dunia atau perang dingin. Sehingga kedua belah pihak akan selalu mencari jalan untuk bernegosiasi satu sama lain[16].

Posisi Umat Islam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun