Mohon tunggu...
hasan sebastian
hasan sebastian Mohon Tunggu... -

mahasiswa penerima beasiswa dari Yayasan Baitul Mal (YBM) BRI, jurusan Komunikasi Penyiaran Islam di Universitas Ibn Khaldun Bogor

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senyum #Part II

22 Februari 2014   01:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:35 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

************************************************************************************************

Seorang penulis mengatakan, “Cinta tak akan kita temukan pada sosok orang lain, melainkan di dalam diri kita sendiri; kita hanya perlu membangkitkannya. Namun untuk dapat membangkitkan cinta, kita butuh kehadiran orang lain. Jagat raya akan bermakna kalau ada orang lain tempat kita berbagi segenap perasaan kita.

Hasrat jiwa yang sejati dan terdalam adalah keinginan untuk selalu dekat dengan seseorang. Bila saat itu tiba, segalanya akan berubah, lelaki dan perempuan akan berinteraksi dan saling memberi, namun hal-hal yang menyebabkannya – pesona dan ketertarikan yang menyatukan mereka – begitu sulit dijelaskan. Karena itu tak lain adalah nafsu yang paling murni dan apa adanya.

Jika nafsu itu masih suci, lelaki dan perempuan akan jatuh cinta pada kehidupan dan menghargai setiap detik yang mereka lalui, dengan penuh kesadaran dan selalu siap mensyukuri berkah berikutnya yang akan mereka dapatkan.

Jika orang merasakan nafsu yang murni seperti ini, mereka tak akan pernah terburu-buru dan bertindak gegabah. Mereka tahu bahwa takdir yang tertulis tak mungkin bisa dihindari, bahwa segala yang nyata akan selalu menemukan cara untuk mewujudkan diri. Dan jika saat itu tiba, mereka tak pernah ragu dan tak akan menyia-nyiakan peluang yang ada, mereka tak akan sedetikpun melewatkan saat-saat yang indah, karena mereka menghargai arti penting dari tiap detik kehidupannya.

***********************************************************************************************

Hingga saat ini aku belum memutuskan apakah akan ikut dalam permainan paling mengasyikkan dan paling berbahaya dalam hidup: cinta. Mungkin karena aku takut – yang tak beralasan. Bisa jadi aku pengecut. Meski aku memiliki seribu satu alasan mengapa aku harus ambil bagian dalam permainan ini, aku tetap tak bergeming.

Konyol memang, tatkala orang lain mengira diriku sosok yang tegar, sebenarnyalah mereka tak melihat bahwa aku tinggal dalam bangunan lapuk yang hampir roboh dari keyakinan-keyakinanku.

Manusia ditakdirkan untuk hidup dalam dua dimensi; dunia khayal dan nyata, dunia ide dan realita, dunia harapan dan kesanggupan. Begitupun cinta. Ia adalah sebentuk abstraksi segenap hasrat jiwa, untuk dapat hidup, berkembang dan bermekaran. Dan itu bisa diwujudkan jika cinta dihadirkan dalam ruang dan waktu; kehidupan.

Namun itu semua hanya sebatas perkataanku saja, sebab belum selangkahpun kubuat bagi cinta dalam diriku.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun