Duhai bunda  engkau berderai air mata dan berpeluh keringat berjuang untuk buah cintanya, agar  sukses menggenggam indahnya dunia.
Derita dan lara menjadi  sumber  semangat dahsyat, saat  bunda  membanting tulang supaya  buah cintanya,  agar dapat  mereguk masa depan yang cemerlang.
Cinta sejati bunda kepada buah cintanya, Â selalu disemai dengan ketulusan dan pengorbanan yang tiada batas.
Bunda berkorban untuk buah cintanya dengan segenap jiwa raganya, tanpa batas  ibarat samudera yang tiada bertepi.
Indahnya kata dan kalimat tidak bisa melukiskan  pengurbanan bunda,  kepada buah cintanya  yang  tiada batas.
Derita dan duka bagai menjadi pemantik bunda, terus berjuang asal buah cinta tetap tersenyum tatap hari esok.
Keindahan cinta bunda kepada buah cintanya, lebih indah dari keindahan apapun yang ada di dunia fana ini.
Tidak ada yang membahagiakan bunda dalam hidupnya, saat melihat buah cintanya menggapai asa dambaannya.
Bunda tidak pernah merasa lelah, lemah, mundur  berkurban jiwa dan raga untuk buah cintanya, agar menggenggam asa buah cinta yang menjadi dambaanya.
Rapuhnya tulang, mata mulai nanar  dan kulit keriput bukan hambatan bagi bunda berjuang, agar buah cintanya sukses mengejar mimpi mimpinya.
Bagi bunda hambatan  yang dihadapi  akan dijadikan semangat tiada  bertepi, untuk mengantarkan buah cintanya merubah mimpi menjadi kenyataan
Tidak ada kebahagiaan dalam diri bunda, selain memandang buah cintanya sudah menggembang impian hidupnya.
Bagi bunda hidupnya bermakna, jika bunda sangat bermakna bagi buah cintanya untuk menggenggam asa dalam hidupnya.
Kebahagiaan sejati bagi bunda,  ketika buah cintanya sudah  menggapai kebahagiaan dalam hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H