Aku bukanlah aku, jika aku tidak mengenal siapa diriku sendiri.
Aku barulah menjadi aku, jika aku mengenal mengenal diriku sendiri.
Dan  aku mengenal diriku sendiri, jika aku mengenal yang menciptakanku.
Aku bukanlah siapa- siapa, karena sesungguhnya aku bukanlah siapa-siapa.
Aku berasal dari  ketiadaan, dan aku menjadi ada  karena diadakan oleh Yang Maha Ada.
Yang Maha Ada bukanlah aku,  maka  sebenarnya aku   hakikatnya adalah ketiadaan.
Aku bukanlah apa apa, karena aku sebenarnya memang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa.
Aku  adalah fana, karena aku awalnya dari kefanaan dan  diciptakan dari yang Maha tidak fana.
Aku  adalah tidak berdaya, karena  memang aku menjadi berdaya, dan diciptakan dari yang Maha Berdaya.
Aku adalah  hina dina dan tidak berharga,  karena aku diciptakan dari zat hina dina, menjadi berharga karena mengikuti zat yang Maha Segala galanya.
Aku adalah lemah, karena aku terlahir dari makhluk yang tidak berdaya, dan menjadi berdaya atas kehendak yang Maha Kuat.
Jangan  mengatakan  aku, karena yang berhak mengatakan aku adalah yang menciptakan aku.
Jadi katakanlah aku sekeras kerasnya, jika aku sudah mengenal aku yang sebenarnya.
Saat kita sudah menemukan siapa aku sebenarnya, maka sesungguhnya aku sudah menemukan makna hidup yang sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H