Tahapan interpetasi adalah tahapan untuk memberikan penafsiran terhadap peristiwa-peristiwa sejarah yang sudah terkonfirmasi kebenarannya. Pada tahapan ini i menjadi langkah penting untuk menghubungkan fakta-fakta sejarah, mengidentifikasi makna yang lebih luas serta menyusun narasi yang kohesif tentang peristiwa atau fenomena sejarah. Ada kekhawatiran interpretasinya  terhadap peristiwa sejarah berdifat subyektif, tentunya aspek subyektifitas tidak bisa dihindari dalam tahapan ini. Yang paling penting adalah adanya  cara yang tepat  dalam menafsirkan peristiwa peristiwa sejarah, sehingga interpertasi terhadap peristiwa sejarah bisa diminimalisir. Â
Bebarapa langkah penting dilakukan peneliti sejarah sebelum melakukan interpretasi terhadap fakta-fakta sejarah yang sudah lolos melalui tahapan kritik: peneliti menyusun fakta-fakta sejarah  secara kronologis atau tematis agar ditemukan pola dari hubungan  antar fakta-fakta tersebut, peneliti memandang fakta-fakta sejarah dalam konteks sosial, politik, dan ekonomi, sehingga  peristuwa sejarah itu adalah bagian tak terpisahkan  yang lebih luas dari konteks  sosial, politik, dan ekonomi.
Tahapan Historiografi
Tahapan untuk menulis peristiwa sejarah,  untuk disuguhkan  kepada publik sehingga publik mengetahui tentang bagaimana  peristiwa sejarah itu sebenarnya terjadi. Pada tahapan ini sejarawan  harus mampu menghubungkan fakta-fakta sejarah yang sudah dianalisis  membentuk narasi  sejarah yang utuh  dan logis, sehingga makna atas peristiwa sejarah tersebut  sangat jelas. Yang pasti dalam tahapan penulisan sejarah ini bersandar beberapa kaidah: runut, jelas, dapat dipahami baik oleh orang awan maupun akademis.Â
Dalam penulisan sejarah ini sangat penting sejarawan untuk menganalisis  penulisan  sejarah sebelumnya dengan topik yang sama, melihat kembali apakah interpretasi  sama atau berbeda dengan topik yang sama, ataukah pemahaman terhadap peristiwa sejarah mengalami perubahan atau tidak dalam waktu yang berbeda. Misalnya pemahaman tentang kolonialisme abad  ke-19 dan pemahaman kolonialisme abad  ke-20 yang lebih kritis, sehingga berdampak pada narasi sejarah. Sejarawah harus berupaya dan bersungguh-sungguh  dalam  penulisan sejarah secara obyektif, hal itu tidak bisa dipungkiri ada unsur subyektifitas  dalam penulisan sejarah pasti ada,  karena  subyektivitas tersebut muncul,  akibat  sudut pandang  sejarawan terhadap peristiwa sejarah tersendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H