Mohon tunggu...
HASAN Munawar
HASAN Munawar Mohon Tunggu... Editor - Redaktur Eksekutif Media Online intip24news.com

Pendiri dan pengelola media online intip24news.com dan Direktur di perusahan media tersebut yaitu Direktur PT. INTI PRIMA MEDIATAMA

Selanjutnya

Tutup

Analisis

KTT BRICS di Kazan Munculkan Tatanan Dunia Baru

27 Oktober 2024   15:11 Diperbarui: 27 Oktober 2024   15:15 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 KTT BRICS mendatang di Kazan, Rusia dapat menandai titik balik dalam sejarah geopolitik global di tengah erosi perlahan tatanan dunia Barat yang cenderung uni polar , langkah ekspansi BRICS menciptakan keseimbangan baru, didorong oleh koalisi yang tampaknya semakin bertekad untuk memetakan jalannya sendiri.

BRICS adalah sebuah organisasi aliansi yang berdiri 10 tahun lalu dengan tujuan menjadi perwakilan negara-negara berkembang yang tidak terafiliasi kepada dunia Barat. BRICS akronim dari Brasil, Rusia, India, China, dan South Africa.

Para pemimpin BRICS bersikeras bahwa kelompok ini akan menjadi sebuah kekuatan Perubahan. Negara-negara BRICS menginginkan diri mereka sebagai juru bicara negara-negara berkembang. Negara-negara BRICS secara bersama-sama saat ini mewakili hampir seperlima dari perekonomian global.

Pertemuan 24 kepala negara dari berbagai negara itu akan dihadiri Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa ini akan mengirimkan sinyal kuat bahwa dunia sedang bergerak menuju tatanan baru.

Secara tradisional, PBB telah dilihat sebagai benteng multilateralisme pasca Perang Dunia II, tetapi keselarasannya dengan kekuatan Barat dipertanyakan.

KTT di Kazan ini dapat menjadi katalisator bagi reposisi strategis, di mana PBB mungkin berupaya menavigasi antara aliansi lama dan tren yang muncul.

BRICS tidak lagi sekadar koalisi ekonomi; mereka menegaskan diri mereka sebagai alternatif yang layak bagi dominasi historis negara-negara Barat.

Dunia uni polar, seperti yang kita ketahui, tampaknya mulai memberi jalan bagi era multipolar, di mana beberapa kekuatan baru mengklaim tempat mereka yang sah dalam proses pengambilan keputusan global.

KTT Kazan merupakan kesempatan yang belum pernah ada sebelumnya bagi BRICS untuk menyusun peta baru kerja sama internasional. Para kepala negara yang hadir akan membahas banyak isu, mulai dari ekonomi hingga keamanan, termasuk tantangan lingkungan.

Dengan membentuk aliansi strategis, kelompok ini, yang mewakili lebih dari 45% populasi dunia, tidak hanya berusaha memperkuat pengaruhnya tetapi juga menawarkan platform alternatif bagi negara-negara berkembang yang sering merasa terpinggirkan dalam lembaga-lembaga tradisional Bretton Woods seperti IMF atau Bank Dunia.

Diskusi-diskusi ini dapat menghasilkan kesepakatan yang, tergantung pada cakupannya, dapat mendefinisikan ulang aturan-aturan permainan ekonomi internasional.

Barat, alih-alih berdiri di pinggir, dipaksa untuk menanggapi dinamika BRICS yang semakin berkembang dan populer. Pemerintah Barat, yang sering tidak setuju dan terbagi atas pendekatan mereka, mungkin terpaksa menilai kembali hubungan mereka dengan negara-negara pasar berkembang.

Situasi saat ini ditandai oleh meningkatnya ketegangan, seperti yang diilustrasikan oleh menurunnya kepercayaan pada lembaga-lembaga yang berpusat di Barat. Sikap para pelaku NATO dan Eropa terhadap BRICS dapat menjadi fokus perdebatan sengit, yang menyoroti kebutuhan yang tak terelakkan untuk adaptasi.

Dengan menghadiri acara ini, Guterres kemungkinan menggambarkan keinginan PBB untuk menghidupkan kembali perannya di dunia yang terus berubah.

Intervensinya dapat menggarisbawahi semakin pentingnya dialog Selatan-Selatan, dan pertukaran yang bertujuan untuk membangun kemitraan kooperatif yang melampaui batas-batas yang biasa.

KTT ini juga dapat memberikan kesempatan bagi negara-negara di belahan bumi selatan, yang ingin menyuarakan aspirasi mereka di panggung internasional.

Negara-negara ini, yang sering kali diabaikan dalam diskusi global, dapat mengambil manfaat dari pengalaman dan sumber daya BRICS untuk membangun model pembangunan yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Tantangannya terletak pada upaya membangun hubungan yang kuat dan langgeng yang tidak hanya didasarkan pada fondasi ekonomi tetapi juga mengintegrasikan pertimbangan sosial dan lingkungan.

Multilateralisme, sebagaimana yang dikonsepsikan setelah Perang Dunia II, tengah menghadapi masa ketidakpastian.

Lembaga-lembaga yang mapan berjuang untuk secara efektif mengatasi tantangan-tantangan kontemporer seperti perubahan iklim, meningkatnya kesenjangan, dan krisis tata kelola.

KTT BRICS dapat menawarkan visi baru tentang multilateralisme, yang lebih inklusif dan disesuaikan dengan realitas saat ini.

Model ini dapat menciptakan sinergi di antara negara-negara di belahan bumi selatan, yang mengusulkan alternatif terhadap kekakuan kerangka kerja Barat saat ini.

Masa depan tampak menarik dengan KTT BRICS di Kazan. Ini bukan sekadar serangkaian diskusi diplomatik, tetapi laboratorium untuk menempa arsitektur global baru.

Ketika Barat mungkin menyaksikan pembagian kembali kekuasaan dalam urusan internasional, negara-negara berkembang, yang diwakili oleh BRICS, mengambil alih kendali transformasi ini.

Pertemuan puncak ini dapat menandai dimulainya berakhirnya supremasi Barat dan munculnya era baru di mana suara negara-negara berkembang akhirnya didengar.

Peristiwa di Kazan dengan demikian menjanjikan akan memiliki dampak yang bertahan lama pada cara kita memahami tatanan dunia dalam beberapa dekade mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun