Mohon tunggu...
HASAN Munawar
HASAN Munawar Mohon Tunggu... Editor - Redaktur Eksekutif Media Online intip24news.com

Pendiri dan pengelola media online intip24news.com dan Direktur di perusahan media tersebut yaitu Direktur PT. INTI PRIMA MEDIATAMA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sehelai Rambut Dibelah Tujuh, Sekeping Uang dengan Dua Sisinya

27 Oktober 2024   10:03 Diperbarui: 27 Oktober 2024   14:32 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sekitar 2005-2007 Jakarta -- Surabaya ditempuh sebulan dua kali pulang pergi. Sebuah masa di mana pergulatan perang batin antara dunia, cinta dan Sang Pencipta.

Berangkat lewat jalur utara, kembali melalui selatan. Kadang naik mutiara utara dan mutiara selatan atau bis malam yang selalu mampir di beberapa titik pemberhentian.

Tinggal di rumah pensiunan pegawai Pemkab Pasuruan di Warungdowo sudah seperti anak-anaknya sendiri.

Perenungan perang batin dari perjalanan timur barat utara selatan singgah beberapa pekan di kaki gunung Arjuna dan gunung Welirang di mana pada malam hari bintang serasa terjangkau tangan.

Pergulatan seperti keping uang yang dilempar ke atas lalu jatuh berputar-putar sebelum berhenti terbaring di salah satu sisi kepingnya.

Pergulatan antara benar dan salah di mana hanya seperti sehelai rambut dibelah tujuh perbedaannya.

Akhirnya, terhenti setelah secara tak sengaja menemukan makna yang dalam dari sepenggal ayat; "alaa bidzikrillahi tathmainnul qulub".

Saat mana terjawab semua pertanyaan, saat mana melihat Arjuna dan Welirang seperti melihat dzatNya. Saat mana angin sepoi, basah embun, gemirick air dan hijaunya sawah seperti mencium aroma HarumNya.

Yang membuat terkuras habis persediaan air mata. Bagaimana tidak, sebab saat mengucur deras air mata tanpa terasa, jiwa terasa basah di dalam kasihNya.

Pada titik itu tak ada lagi anak istri bahkan orang tua. Hanya ada diri dan sang pencipta. Ingin sekali rasanya segera bertemu, ikhlas meninggalkan semuanya. Karena tak ingin melihat datangnya esok pagi dan bergumul lagi dengan dosa.

Tak penting nama di hadapanNya
Pandaan 2006

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun