Terinspirasi dari buku
Why Nation Fail: The Origins of Power, Properity, and Poverty
(Daron Acemoglu and James A. Robinson)
Tahun 1346, dunia dikejutkan oleh wabah mematikan, yang memakan banyak korban hingga dinamakan kematian hitam atau The Black Death. Wabah yang disebabkan oleh kutu tikus (pes), berawal dari Cina dan menyebar melewati jalur sutra yang merupakan jalur perdagangan penting di kawasan Trans-Asia. Penyebarannya makin luas keberbagai negara melalui para pedagang dari Genoa yang berlabuh di pelabuhan kota Tana dihulu sungai Don tepi laut Hitam.
Kawasan Mediterania tidak luput dari wabah tersebut, lalu di awal tahun 1347 Konstantinopel di Turki tidak terhindarkan oleh dahsyatnya wabah pes itu. Tidak berhenti sampai di negara itu saja, Perancis bahkan Afrika Utara tidak luput dari ganasnya wabah tersebut. The Black Death menyebabkan kematian separuh penduduk pada wilayah yang terpapar. Begitu mengerikannya, membuat seorang penulis, Giovanni Boccaccio dari Florensia Italia yang menyaksikan langsung peristiwa tersebut melanda wilayahnya pada musim semi tahun 1348, menggambarkan dengan sangat jelas.
"Ketika wabah itu datang dengan cepatnya, segala akal budi dan kepandaian manusia tak berdaya menghadapinya...wabah itu merebak dengan kecepatan luar biasa dan teramat mengerikan, dan akibat yang ditinggalkannya sungguh tidak terkira. Gejala penyakit itu berbeda dengan yang dialami orang-orang Asia -- di sana, darah yang menetes dari hidung merupakan pertanda si penderita sudah dekat ajalnya. Gejala awal yang terlihat disini adalah munculnya benjolan di sela paha atau ketiak, ada yang sebesar telur dan ada juga yang mirip apel...
Belakangan ciri gejala penyakit berubah lagi: banyak penderita menemukan bercak hitam dan memar-memar di lengan, paha, dan bagian tubuh lainnya...Resep dan obat-obatan yang diberikan para tabib...untuk menangkal penyakit itu terbukti percuma dan sia-sia...Pada umumnya, maut akan datang dalam tempo tiga hari sejak munculnya gejala dini seperti yang digambarkan tadi".
Tulisan Boccaccio mengirim pesan pasrah menyambut kematian karena belum ada obat penangkalnya, bahkan membuat sebagian masyarakat setempat memanfaatkan sisa umurnya dengan berpesta dan kegiatan menyenangkan lainnya sebelum kematian mendatanginya. Â
Kepanikan juga melanda masyarakat Inggris, karena mengetahui wabah mengerikan telah masuk ke wilayahnya. Bahkan raja Edward III memerintahkan Uskup Agung Canterbury menggelar doa agar diberi keselamatan dan terhindar dari penyakit tersebut. The Black Death tidak hanya menyisakan penderitaan dan kengerian, tapi juga membawa perubahan pada tatanan politik, ekonomi, dan kondisi sosial masyarakat Eropa.
Tikus Merubah EropaÂ
Awal abad 14 di Eropa terbangun hubungan kolutif antara raja dan bangsawan yang loyal pada kerjaan, pada sisi lain terdapat kaum petani penggarap yang ditempatkan pada struktur paling rendah dalam struktur masyarakat. Raja sebagai penguasa membagi-bagikan tanahnya kepada para bangsawan yang selanjutnya digarap oleh kaum petani tanpa upah bahkan diwajibkan membayar pajak.
Sebagai hamba sahaya dimata raja dan kaum bangsawan, para petani diwajibkan tinggal di lahan pertanian dan tidak boleh meninggalkan lahan pertanian tanpa seizin majikan. Relasi antara Raja, golongan bangsawan dan petani penggarap sangat tidak seimbang dan benar-benar menempatkan petani pada posisi imperior.
Namun, situasi berubah ketika wabah pes menyebar dan memakan banyak korban temasuk kaum petani. Saat penyebaran wabah tersebut semakin tidak terkendali disusul kematian massal di tahun 1349, kaum petani ikut menjadi korban dan hanya sedikit yang mampu bertahan hidup dilahan-lahan pertanian. Kejadian itulah yang menjadi titik balik bagi kaum petani.Â
Banyak di antara meraka yang akan meninggalkan lahan pertanian karena sudah tidak sanggup lagi bekerja, ditambah jumlah mereka makin sedikit karena sebagian besar menjadi korban keganasan wabah pes. Keinginan petani untuk pergi membuat para tuan tanah terdesak yang akhirnya memberi ruang negosiasi, hasilnya, upah kaum petani dinaikkan. Namun, tidak berhenti sampai disitu, kaum petani terus melancarkan gelombang tuntutan yang meluas di Eropa. Yang akhirnya melahirkan revolusi petani pada tahun 1381.
Wabah pes merubah pola hubungan ketenagakerjaan antara pemilik modal dan pekerja menjadi lebih inklusif dengan upah yang lebih tinggi. Feodalisme berangsur lenyap dan pasar tenaga kerja tumbuh.
Ada Apa Dengan  Covid 19
Kondisi relatif sama yang terjadi tahun1346, di penghujung tahun 2019, dunia dikejutkan kabar dari kota Wuhan, Cina. Tujuh orang pasien terdeteksi terkena virus baru yang belakangan baru diketahui bernama Corona, yang saat ini lebih populer dengan sebutan Covid 19. Memasuki  bulan ke 4, virus ini telah menyebar di lebih dari 200 negara. Penyebarannya begitu cepat, membuat berbagai negara kewalahan menghentikannya, apalagi belum ditemukan vaksin untuk virus tersebut, membuat masyarakat dunia makin panik.
Covid 19, memiliki kemiripan dengan wabah pes (the black death), kedua kejadian itu mampu merubah banyak hal dalam waktu yang relatif cepat. Paling tidak, wabah pes mampu merubah pola hubungan antara pemilik modal dan para petani (pekerja), dimana pekerja lebih memiliki nilai tawar dibanding sebelumnya. Sedangkan Covid 19, membuat perekonomian dunia bergoncang hebat dan berada pada titik terendah, dan membuat negara yang terpapar mengoreksi berbagai rencana pembangunan dalam negerinya.
Virus ini tidak hanya menyerang manusia, bahkan sektor lain ikut terdampak. International Monitoring Fund (IMF), bahkan mengoreksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2020 hanya dikisaran  2,9 persen yang sebelumnya diprediksi tumbuh diangka 3,7 persen. Â
Indonesia salah satu negara yang mengalami guncangan cukup hebat, sehingga pada tahun 2020 ekonomi Indonesia diperkirakan hanya tumbuh 2,5% bahkan beberapa ekonom memperkirakan pertumbuhan bisa minus. Pertumbuhan ekonomi yang berada pada dikisaran angka tersebut apalagi jika minus, tentunya akan sulit membiayai pembangunan dan kebutuhan masyarakat. Beban negara makin tinggi karena pengangguran meningkat, kemiskinan bertambah, tentu ini akan berdampak pada turunnya daya beli masyarakat. Keadaan ini tidak boleh dibiarkan berkepanjangan sebab ber-efek negatif pada kehidupan berbangsa dan bernegara, pemerintah harus mampu tertindak lebih cepat dan tepat mengatasi situasi sulit ini.
Menumpukan semua penyelesaian masalah hanya kepada pemerintah, bukan cara yang baik, semua elemen masyarakat harus mengambil peran. Walau demikian pemerintah harus tampil memimpin orkestrasi pada situasi sulit ini agar setiap elemen masyarakat bergerak berada pada alunan yang sama, semangat yang sama.
Apa yang menjadi keputusan pemerintah harus dipatuhi oleh semua pihak, tanpa terkecuali. Tidak boleh ada pihak lain yang mengatasnamakan pemerintah membuat kebijakan yang berbeda. Sebab akan membingungkan masyarakat, yang lebih parah, masyarakat bisa kehilangan kepercayaan kepada pemimpinnya, sehingga dalam memutus rantai penyebaran virus ini akan lama dan semakin mahal.
Pesan Dari Dua Kejadian Penting Dengan Tahun Yang Berbeda  Â
The black death, menyiratkan pesan bahwa pemimpin (raja dan para bangsawan), tidak boleh mengesampingkan kelompok masyarakat yang tidak segolongan (petani penggarap). Sebab, kebedaradaan para petani menentukan kelangsungan hidup para pemimpin. Bahkan, perubahan dalam sejarah Eropa abad pertengahan ditentukan oleh para petani, paling tidak dalam konteks hubungan industrial.
Covid 19, mengirim pesan kepada setiap negara termasuk Indonesia untuk tidak saling mendominasi. Setiap negara harus berdaulat untuk menentukan cara membangun dan membesarkan negaranya. Tumbuhkan sumber-sumber ekonomi yang dapat menyerap tenaga kerja. Konteks Indonesia saatnya memikirkan kebijakan substitusi impor pada beberapa sektor, terutama agro bisnis.
Selain itu, setiap warga negara seharusnya mematuhi segala kebijakan dari pemerintah (presiden) dalam memimpin upaya penghentian pandemi. Sebaliknya, jangan memaknai kritikan dari masyarakat sebagai kebencian terhadap pemerintah, tapi harus dipandang sebagai bagian dari kontribusi warga negara dalam upaya menambah amunisi bagi pemerintah agar dapat secepatnya menyelesaikan pandemi ini. Wallahualam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI