Sebelumnya, saya ingin menyebutkan salah satu ayat al-Qur'an yang mulia sebagai pengingat untuk kita semua. Firman Allah Ta'ala:
"Kami telah memberi wasiat kepada orang-orang Ahlul Kitab sebelum kalian dan kepada kalian (kaum Muslimin) agar kalian BERTAKWA kepada Allah." (Q.S. An-Nisa, ayat 131)
"Siapa yang tidak menjadikan shalat sebagai penenang jiwanya, maka pastilah kurang imannya." (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah)
Pembaca Kompasiana yang dirahmati Allah, ada kata dalam al-Qur'an yang ingin saya bahas di sini. Yaitu kata 'kusala' () yang artinya 'orang-orang pemalas'. Di al-Qur'an, lafal 'kusala' disebut dua kali. Allah Ta'ala tidak menyebut lafal itu dalam rangka merendahkan anak-anak yang malas belajar, tidak mengerjakan PR, atau pekerja kantoran yang sering terlambat datang dan terawal pulang. Bukan itu.Â
Tetapi 'para pemalas' yang dimaksud adalah mereka yang tidak baik hubungannya dengan Allah dalam ibadah teragung, yaitu shalat. Mereka adalah orang-orang munafik yang sering menyia-nyiakan shalat.Â
Sebelum saya lanjutkan tulisan, mohon izinkan saya mengutarakan bahwa tulisan ini saya inginkan kebaikan darinya untuk kita semua.Â
Dua ayat yang dimaksud adalah:
Pertama, An-Nisa' ayat 142.
"Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas."
Kedua, At-Taubah, ayat 54
"Dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas."
Pembaca Kompasiana yang dirahmati Allah Ta'ala, malas adalah sifat tercela. Umumnya manusia tidak menyukai karakter pemalas, kendatipun betapa banyaknya manusia pemalas. Bagaimana jika ternyata malasnya adalah malas shalat, yang merupakan ibadah teragung dan rukun agamanya?!
Karena itu, Allah Ta'ala mengabarkan bahwa di antara karakter menonjol orang-orang munafik bukan tidak shalat. Mereka shalat! Tetapi tidaklah mereka melainkan dengan malas. Shalat tapi malas. Itu saja sudah menjadi karakter munafik. Bagaimana dengan yang memang tidak shalat, padahal agama aslinya adalah Islam?!
Shalat, sudah bukan lagi rehat hati, rehab jiwa, penentram rohani dan pengadem asa bagi banyak saudara kita. Padahal layaknya hidup kita ini menunggu dua hal:
1. Menunggu waktu shalat fardhu (Shubuh, Zhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya) sembari beramal.
2. Menunggu kematian sembari berbekal.
Dan amal serta bekal terbesar untuk akhirat setelah iman adalah shalat. Bahkan shalat itulah yang akan jadi soalan pertama di Hari Kiamat nanti. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya yang paling awal diminta pertanggungjawaban dari hamba di Hari Kiamat dari amalannya adalah shalatnya. Jika shalatnya benar, maka ia akan beruntung dan selamat. Jika shalatnya rusak, maka ia akan celaka dan merugi." (H.R. Abu Daud, no. 864; at-Tirmidzy, no. 413; an-Nasa'i, no. 465)
Dengan tulisan ini, saya mengajak saudara sekalian pembaca Kompasiana atau siapapun saudaraku Muslim nun jauh di sana untuk menunaikan shalat sebagaimana perintah Allah dengan sebaik-baik penunaian. Semoga Allah Ta'ala memberi hidayak kepada kita semua dan ditenangkan hatinya. Allahumma aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H