Mohon tunggu...
Hasan Buche
Hasan Buche Mohon Tunggu... Guru - Diam Bukan Pilihan

Selama takdiam jalan akan ditemukan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sandyakala di Bibir Pantai

8 Oktober 2020   10:56 Diperbarui: 8 Oktober 2020   11:01 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto koleksi pribadi/Pantai Anyer

Puisi Hasan Buche:

Menyisir rambut waktu kusut berdebu
Dalam balut sendu jingga matahari senja
Angin menerbangkan helai-helai kenangan
Menyampirkannya pada dedahan rapuh
Derak patah pun membuyarkan burung-burung
Yang masyuk dalam cumbu
Setelah siangnya berlomba mengejar matahari; terbang
Meluruh daun kering
Jatuh ke peluk bumi

Menyusur hamparan ranum-rekah bibir pantai
Jejak pijak segera menghilang dijilat lidah air yang bekecipak
Kepiting-kepiting kecil lincah berlarian, lesap menyusup
Butir-butir pasir basah berbusa

Di kejauhan, perahu nelayan berayun-ayun dibuai alun
Di belakangnya, setengah lingkar piring tembaga
Beringsut meninggalkan bayang  

Cakrawala masih menyisa lukisan kelam
Sebelum layar malam diturunkan
Di selanya masih terdengar hela nafas berat dan dalam
Meningkah debur ombak yang membentur karang

Sesosok siluet bermantel sunyi
Bergeming sendirian menatap laut, menunggu
Entah....

Tangerang, 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun