Mohon tunggu...
Hasan Buche
Hasan Buche Mohon Tunggu... Guru - Diam Bukan Pilihan

Selama takdiam jalan akan ditemukan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kongkow Orang Pinggiran Republik +62

1 Oktober 2020   17:22 Diperbarui: 1 Oktober 2020   20:44 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto koleksi pribadi

Seorang teman lain menimpali, "Lalu?  Kepada siapa kita berharap?"  

"Kepada rumput yang bergoyang... kata Ebiet G. Ade" timpalku.

Teman lain menulis komentarnya, "Berarti ini dia yang disebut orang 'politik itu kejam'.

"Eit, nanti dulu, bukan politiknya yang kejam atau jahat tapi para poli-tikusnyalah yang biadab, biakhlak, dan laknat. Karena politik itu sendiri sebenarnya adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Atau berdasarkan teori klasik Aristoteles mengatakan politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Jadi sebenarnya politik adalah makhluk takkasat mata yang indah dan mulia. Para poli-tikus busuklah yang merubah politik menjadi senjata, alat perang yang sangat kejam dan mematikan," tulis saya.

"Sebenarnya, ke mana, sih, muara dari ini semua?" Tulis teman yang lain lagi.

"Kekuasaan," tulis saya singkat.

"Koq, bisa, ya. Gila bener. Padahal buat kita rakyat kecil, silahkan aja kalian punya nafsu, mimpi, ambisi, kemaruk kekuasaan dan lain sebagainya, tapi gak usah tega mengorbankan rakyat yang hidupnya sudah kebelangsak terus dibikin makin remuk dan hancur," kejar teman itu lewat komennya.

"Mana mereka perduli," tulis saya, membalas penasaran taman saya itu.

Kemudian saya menulis agak panjang di komentar WA untuk sekadar mengingatkan, "Isu tentang PKI memang 'bohay' dan 'sekseh'. Makin digoreng makin moncer dan gurih. Orba pernah sukses memainkan isu ini untuk melanggengkan kekuasaan. Alhasil, kurang lebih 32 tahun mereka mencengkeram republik ini. Siapapun yang saat itu tidak sejalan, akan di-PKI-kan."

"Tapi memang, fakta bahwa PKI itu kejam, tidak terbantahkan. Tinggal bagaimana kita menyikapinya dengan penuh kedewasaan dan kearifan sehingga tidak gampang digosok, dihasut, dipengaruhi, diprovokasi, bahkan dikorbankan. Untuk itu PKI (baca: pe-ka-i[h]); peka ih. Kita harus peka membaca tanda-tanda. Ada apa ini? Kenapa ini? Mau dibawa ke mana ini? De-eS-Te. Karena jangan sampai, 'dua gajah yang bertarung, semut jua yang terinjak-injak'. Kalo udah gitu, siapa coba yang ciloko?"

"Tunggu! Terus siapa, dong, 'operator' yang mengirimkan 'pesan' itu?" Kejar teman yang penasaran tadi. Tentu melalui komentar di WA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun