Mohon tunggu...
Hasan Buche
Hasan Buche Mohon Tunggu... Guru - Diam Bukan Pilihan

Selama takdiam jalan akan ditemukan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kongkow Orang Pinggiran Republik +62

1 Oktober 2020   17:22 Diperbarui: 1 Oktober 2020   20:44 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

8. Teror terhadap Ketua Majelis Ulama Indonesia (MU) kota Madiun, Jatim.

9. Penyerangan kepada Imam Masjid Al Falah Darul Muttaqin di Jalan Sumatera, Pekanbaru, Riau.

Dari bacaan yang ramai berseliweran di medsos dan terakhir saya membaca tulisan dengan judul "30SPKI Cara Cerdik Sang Jenderal Menumbangkan Kediktatoran" di sebuah grup WA tentang siapa Master Mind di balik peristiwa G30S/PKI yang kemudian saya hubungkan dengan rentetan peristiwa yang kesemua pelakunya di'gila'kan, yang daftarnya telah disampaikan di atas, saya tetap punya keyakinan, ada 'operator' yang mengirimkan 'pesan' tentang kekejaman PKI dan mengaitkannya dengan siapa yang sedang berkuasa sekarang, "Lihatlah!" begitu kira-kira pesan sang operator, memanfaatkan situasi.

Lantas siapa sang operator dimaksud? Tulis saya di sebuah grup WA.

Seorang teman menjawab, "Tidak berani menduga-duga, disinilah aparat dituntut keberanian untuk mengungkap. Mereka punya ilmunya, hanya saja berani tidak mengungkapnya?"

Kemudian teman saya itu melanjutkan komentarnya dengan peristiwa di Pasar Kemis, Tangerang, "Yang menarik adalah kasus terakhir di Pasar Kemis, ada kata-kata: _Anti Khilafah, Saya Kafir._ Seakan ada pesan yang ingin digiring pada kelompok yang selama ini menyuarakan 'anti khilafah'," katanya seraya melanjutkan kalimatnya, "Kalimat 'Saya Kafir' ini juga bisa ditujukan kepada kelompok orang yang mengkritisi ustadz yang mudah melabel 'Kafir'. Takfiri....

Saya menanggapinya dengan menuliskan, "Sang operator memanfaatkan sensitivitas keimanan kaum muslim. 'Dia' ingin meminjam tangan umat Islam untuk bereaksi. Sementara 'dia' ongkang-ongkang kaki sambil menyeruput kopi dan menunggu hasil. Atau mungkin juga sambil dikerumuni wanita-wanita cantik sambil memijat-mijat di kolam spa." Tangannya tetap bersih dan wangi.

"Sejauh ini kita bersyukur, umat tidak terpancing dan mempercayakan semuanya kepada aparat." Tulis teman saya menanggapi komentar saya.

"Di sini kedewasaan umat makin terlihat." Balas saya. "O, ya, tentang aparat, heh, masihkah kita bisa berharap? Masyarakat sudah skeptis kronis tentang itu," tulis saya.

"Susah juga ya...," jawabnya seraya melengkapi dengan kiriman emoticon bertuliskan 'angel wis angel'.

Yang saya tanggapi dengan, "Angel-ina Sondakh, jelas sudah siapa dia."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun