Mohon tunggu...
Hasanatul Utami
Hasanatul Utami Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Sriwijaya

Hallo guyysss, Somoga tulisan saya ini bermanfaat untuk kalian semua.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Kegagalan Arab Saudi terhadap Qatar dalam Diplomasi Koersif

1 Desember 2021   21:26 Diperbarui: 1 Desember 2021   22:19 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama : Hasanatul Utami
NIM : 07041181924033
Kelas : HI'C I ndralaya
Universitas Sriwijaya

Analisis Kegagalan Arab Saudi terhadap Qatar dalam Diplomasi Koersif

*Apa itu Diplomasi Koersif?*


Seperti yang diketahui, bahwasanya setiap negara tentu memiliki kerjsama ataupun hubungan bersama negara lain, baik untuk hubungan ekonomi, politik, budaya ataupun keamanan. Setiap negara tentu akan mejalin huungan bersama negara lain, apalagi hubungan diplomasi. Diplomasi sendiri adalah jalan yang digunakan setiap negara dengan tujuan untuk mencapai efiensi serta efektivitas dalam menghindari perang supaya dapat  menjaga perdamaian yang ada didunia. Diadakannya diplomasi itu sendiri bertujuan dalam mencari jalan keluar dari suatu konflik ataupun masalah yang ada, yang  melibatkan beberapa negara, dalam mencari solusi yang dimana akan mencapai keputusan yang berisi kepentingan-kepentingan dari setiap suatu  negara yang terikat dalam konflik. Diplomasi  sendiri memiliki lebih dari satu jenis, salah satunya diplomasi koersif. Diplomasi koersif sendiri memiliki arti yang dimana mrupakan sebuah aksi negara super power yang menggunakan ancaman sebagai sarana ke negara lain yang terikat hubungan dengannya supaya negara tersebut membatalkan atau menunda aksi nya berdasarkan keinginan dari negara yang memberikan ancaman. (Lauren, 2007)  
Diplomasi koersif sendiri memilikimemiliki dua jenis pendekatan, yang dimana jenis pertama adalah jenis pendekatan full-ultimatum  atau  ultimatum penuh dan try-and-see. Pendekatan  ultimatum penuh (full-ultimatum) sendiri memiliki tiga aspek  yang cukup penting, yang sangat harus berada didalam tuntutan itu, aspek yang paling pertama adalah adanya sebuah tuntutan yang sangat spesifik serta jelas dan nyata kepada negara sasaran, lalu aspek keda ialah adanya pemberian  tanggang waktu  yang menjadi ssaran untuk bekerjasama, dan terakhir jika negara sasaran tidak memenuhi ataupun mengikuti sesuai pada tuntutan, maka akan diberikannya ancaman yang jelas bagi negara sasaran.


Selanjutnya mengenai pendekatan try-and-see, yang dimana pendekatan tidak jauh berbea dengan pendekatan dari full-ultiatum, yang dimana disini pendekatan try-and-see hanya mempertimbangkan dari aspek pemberi tuntutan yang lebih spesifik dan jelas, serta emberikan tenggat waktu dan ancaman  yang jelas, yang dimana nanti akan diberikan. Try-and see melihat terlebih dahulu bagaimana reaksi yang akan ditimbulkn pada negara sasaran atas diberlakukannya diplomasi koersif , setelah melihat reaksi yang ditimbulkan maka negara pelaku dapat memikirkan langkah yang akn diambil kedepannya. (Febriandi, 2018)
Terdapat tiga elemen yang mencirikan dari  diplomasi koersif pertama permintaan, kedua ancaman, ketiga tekanan waktu . Tujuan  permintaan ialah untuk menghentikan dan mengembalikan  perbuatan yang terlebih dahulu dimulai lawan. Keberhasilan dan kegagalan dari diplomasi koersif  sangat bergantung dari permintaan tersebut, disetujiu atau tidak. Lalu ancaman yang dimana ancaman itu sendiri dapat didukung dengan tinakan yang dimana dapat membantu dan menunjukan bahwa ancaman tersebut nyata. Sedangkan pada tenggat waktu negara  pelaku harus menggunakan ceorcing power,yang dimana, hal tersebut dapat menciptakan solusi yang sangat baik, untuk membuat negara yang dituju dapat menggap serius ancaman, dan dapat sedikit memberi rasa takut akan ancaman terseut, sehingga membuat negara ancaman dapat memenuhi dan melukan permintaan dari negara pelaku. (Febriandi, 2018)
Dari banyak sudut pandangan, diplomasi koersif adalah cara yang baik dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi antar negara atau beberapa negara yang ada didunia, akan tetapi Robert Art dan Patrick Cronin, malah mengganggapdiplomasi koersif merupakan hal yang sulit dilakukan, yang dimana menurut mereka dalam pelanksanaannya, diplomasi koersif  memiliki peluang  yang  kecil dengan tinkat keberhasilan yang sangat kecil.

*Sejarah terjadinya konflik Arab Saudi dan Qatar*


Konflik yang terjadi antar Arab Saudi dan Qatar, bukanlah hal baru yang terjadi antar kedua negar ersebut, hal tersebut tersebut bermula ketika negara Qatar membuka dan menjalin hubungan bersama negara Uni Soviet dan negara Tiongkok  yang bermula pada tahun 1998 yang dimana, langkah tersebut dinilai sangat salah, berdasarkan nilai yang dianut oleh Arab Saudi. Tetapi negara Qatar sendiri mengganggap kerjasama tersebut sangat perlu dilakukan karena untuk mencapai keseimbangan antar pemain dalam dunia internasional.  Hingga pada tahun 1992, Arab Saudi dan Qatar kembali terlibat konflik pada wilayah perbatasan  yang dimana akibat konflik tersebut memakan korban dua tentara dan mengambil satu orang sebagai sandera. Dari hal tersebut membuat Qatar menarik sebuah perjanjian yang bernama Perjanjiaan Demakarsi Perbatasan 1965.  Puncak konflik terjadi pada tahun 1993 dan 1994 yang mengakibatkan bentrok yang diakibatkan oleh Qatar yang menolak untuk menandatangani sebuah dokumen bilateral mengenai keamanan dalam ikut serta KTT dan GCC. (Febriandi, 2018)


Ada banyak faktor yang menimbulkan dan mendukung konflik antar Arab Saudi dan Qatar, salah satunya ialah faktor yang berhubungan negara Iran dan Turki. Mengenai kedua negara tersebut, Iran dan Turki merupakan negara yang memberikan bantuan kemanusiaan ke Doha baik itu melaiu udara maupun dari laut yang terjadi pada  saat blockade terjadi, yang dilakukan negara Arab Saudi kepada Doha. Presiden Arab Saudi  ada masa itu mengganggap bahwa yang dilakukan oleh negara Qatar adalah sebuah kesalahan yang sangat besar karea hal tersebut, menggabarkan isolasi Qatar yang dianggap oleh Arab Saudi sebagai tindakan yang tidak manusiawi, dan dianggap melawan dan bertentangan dengan nilai ajaran agama Islam (NPR, 2017). Iran yang pada saat itu yang memang sudah lama bertentangan, dari keduanya telah berusaha untu menelesaikan permasalahan dan berusaha damai, karena mereka menggagap bahwa ketegangan yang terjadi, yang jika terus berlanjut maka akan menganam kepentingan dari setiap orang yang berada di kawasan itu. (Reggencia, 2017)


Ketegangan yang semakin berjaannya waktu semakin meningkat  antara Qatar dan Arab Saudi membuat dan memberikan keleahan pada GCC. Tindakan Turki yang dianggap salah oleh Arab Saudi bukan dikarenakan ingin meningkatkan konflik, akan tetapi sebaliknya, yang dimana       adanya Turki dalam  kasus ini, memberi dan membuka peluang serta jalan dalam memberikan solusi dan memecahkan solusi bagi permasalahan krisis diplomasi yang terjai. Sebagai negara yang kuat, yang berada di Timut Tengah  kedua negara yaitu Turki serta Iran akan selalu menjadi teman bagi negara yang mebutuhkan bantuan dengan jalur manusiawi.

*Analisis kegagalan diplomasi koersif negara Arab Saudi dan Qatar*


Arab Saudi yang melakukan diplomasi koersif terhadap Qatar, tidak dianggap serius sama sekali oleh Qatar, hal tersebut dikarenakan, apa yang dilakukan oleh Arab Saudi terhadap Qatar merupakn tuntutan yang sama sekali tidak masuk akal , dan dianggap sebagai tntutan yang tidak mendasar. Cara yang dilakukan oleh Arab Saudi terhdap Qatar membuat Qatar beranggapan bahwa hal tersebut melanggar kedautan negara Qatar. Arab Saudi sendiri adaah sebuah negara yang sangat berpengarud diwilayah Timur Tengah, dikawasan Teluk, yng tentunya selalu beruaha agar pengaruhnya tersebut akan selalu tertanam dinegara-negara kecil disekitanya.
Menurut Alexander L. George terdapat beberapa factor yang akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya sebuah diplomasi koersif  yang akan dilakukan suatu negara. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah , dilihat dari tujuan ultimatum dari Arab Saudi itu sendiri yang dimana dianggap wajar, hal tersebut dikarenakan agar terjadi dan diperolehnya persatuan ketika menghadapi permasalahan atau  isu yang ada. Isub yang dimaksudkan adalah ketika adanya isu teroris serta isu ekstrisme. Meski begitu ebuah negara tidak apat dalam memaksakan kehendak mereka apabila terdapat adanya cara yang berbeda dalam memandang dan  memecahkan masalah tersebut. 

Negara Arab Saudi serta negara GCC lainnya,  yang melakukan bokade baik laut dan darat kepada Qatar, hal tersebut dikarenakan menolaknya Qatar pada persyaratan dan keinginan yang diberikan oleh Arab Saudi. Menurut febriandi dalam sebuah jurnal, jika negara Qatar menyetujui dan menerima diplomasi koersif yang diberikan oleh Arab Saudi, maka sampai pada masa mendatag, Qatar akan selalu menjadi bayang Arab Saudi, oleh karena itu Qatar menolak dan menegaskan kedautannya. Mentri luar negeri Qatar pada saat itu, juga mengganggap bahwasannya tuntutan dari Arab Saudi tersebutbertujuan untuk melanggar kedaulatan bagi negara Qatar itu sendiri. Negara Qatar percaya bahwa dunia diatur oleh hokum internasional, yang dimana dialamnya mengatur serta mengizinkan, negara-negara besar dalam menindas ataupun menggertak negar kecil yang ad didunia. (BBC, 2017)


Sejak sudah dahulu Qatar, sendiri selalu memiliki kebijakan yang sangat indepeden , hal inilah yang alasan  Qatar yang tidak mudah patuh pada ultimatum dari Aarab Saudi itu sendiri. Qatar selama ini diketahui kerap menjadi mediator pada setiap masalah dan tentu ikut serta dala menyelesaikan permasalah yang berbungan dengan kemanusiaan. Hal tersebut uga bertujuan untuk memperlihatkann serta memperkuat peran dirinya dalam regional negara , berusaha meningkatkan legitimasi, serta menciptakan citra serta prestasinya pada kanca dunia internasional. (Kamrava, 2013)
Qatar meningkatkan kerjasama bersama berbagai negara bahkan muuh sekalian dengan tujuan agar terciptanya keseimbangan yang baik. Embargo yang pada saat itu dilakukan oleh Arab Saudi terhadap Qatar cukup menyulitkan  perekonomian  negara Qatar , karena satu dari tiga suplei yang masuk ke Qatar adalah bersal dari Arab Saudi, UAE, dan Bahrain. Tetapi hal tersebut tidak berlangung lama, karna dengan adanya dukungan Iran dan Turki, membuat Qatar dapat melalui diplomatic tersebut, serta menjadi kuat dalam menghadapinya, srta menggangap Doha dapat hidup selamanya dibawah embargo negara Arab Saudi.


Krisis yang terjadi pada kedua negara yang ada di Teluk, mebuat kemananan dan rancangan perekonomian di kawasan Teluk tersebut terdorong. Dilihat dari sudut lain, dari pandangan mereka yang bermusuhan , Qatar telah sangat baik mengembangkan jalur prdagangan mereka pada dunia internasional yang baru sehingga begitu bcepat dalam meningkatkan perekonomian. Jika diliaht dari  kekuatan kedua negara tersebut, tentu akan membuat ketidakseimbangan kekutaan diantara keduanya.

Ketidakseimbangan kekuatan antara Qatar dan Arab Saudi tentu membuat rasa risau bagi Qatar yang jelas kekuatan miliernya sangat jauh berbeda dengan Arab Saudi, oleh karean itu dengan menjalin kerjasam bersama dengan Iran juga meningkatkan huungan baik dengan Iran dalam bidang keamanan, konflik antar Arab Saudi dan qtar tidak sampai menyentuh rana peperangan militer, tapi setidaknya hal tersebut  menambah  kekuatan militer Qatar, sehingga Qatar dapat lebih siap jika menghadapi koflik yang merujuk pada peperangan  militer.
Arab Saudi memberikan tengat waktu 10 hari bagi negara Qatar memenuhi tuntutan Aarab Saudi, yang dimana tenggat waktu tersebut dianggap singkat, dan cukup sulit dilakukan , meskipun begitu Qatar juga tidak akan menyetujui tuntutan  Arab Saudi , meskipun waktu yang dibeikan banyak sekaipun, Qatar tetap tidak akan memenuhi tuntutan dari Arab Saudi, yang dimana tuntutan tersebut dianggap besar, dan sulit untuk dipenuhi.


Baik Qatar ataupun Arab Saudi itu sendiri, kedua negara tersebut tentu memiliki cara dan sucut pandang mereka  sendiri dalam menyelesaikan masalah serta daam  mengambil keputusan. Keduanya memiliki hal penting dalam  mendukung motivasi mereka masing-masing . negara Qatar telah melakukan begitu banyak investasi  yang besar dengan menggunakan soft power yang terdri dari pilar olahraga, kebijakan luar negeri, dan juga merancang strategi yang dirancang supaya dapat meningkatkan eksistennsinya di dunia global, sebagai warga negara internasiona yang berwawasan, terkemuka dan juga modern. (Dorsey, 2015) Qatar tidak akan begitu muda patuh pada sebuah perintah terhadap suatu negara yang berusaha untuk ikut ampur dalam urusan negara mereka.
Dalam krisis yang tercipta, dengan usaha yang baik Qatar dapat menghadapi blockade yang dilakukan Arab Saudi dan mengatasinya,  meski pemblokadean itu berdampak pada zona perekonomian mereka,  akan tetapi dengan dukungan dan bantuan dari negara Turki dan Iran, yang menjadi kunci bagi Qatar dalam  menghadapi tekanan  berat yang diberikan oleh Arab Saudi dan sekutunya. Seebagai contoh Qatar tidak memiliki sebuah peternakan, yang dimana al tersebut dipenuhi oleh impor Ara Saudi, tetapi sekarang Qatar sudah memiliki peternakan mereka sendiri, dengan sapi yang di impor oleh Amerika Serikat. (Knell, 2018) Sangat jelas bagi Qatar ultimatum yang diberikan Arab Saudi hanya sia-sia dan tidak jelas, hal ini dikaerenakan  Qatar sudah dapat mandiri dan lebi dalam menghadapi krisis yang ada.


Amerika Serikat sendiri telah mngajuka sebua dialog serta kerjasama  dengan tujuan dapat menyelesaikan konflik yang ada antar Arab Saudi dan Qatar, Amerika juga meminta Arab Saudi untuk berkompromi dalam mengambil sebuah keputusan. (Al-Jazeera, 2017) tindakan Qatar yang menunjukkan tidak adanya rasa takut sama sekali pada ancaman Arab Saudi, membuktikan bahwa, Qatar bnear-benar sudah mampu dalam menghadapi krisis yang akan dating dan menjalankan krisis mereka secar independen serta bebas tanpa adanya hubungan dengan siapapun.

*Kesimpulan.*


Kegagalan yang nyata dari diplomasi koersif yang dilakukan Arab Saudi kpada negara Qatar dapat ter jadi dikarenakan  oleh negara  Qatar yang pada saat itu bisa dikatakan, langsung dalam mencari rekan baru, yang dimana dapat mengimbangi Arab Saudi dalam zona militer mereka. Qatar yang didukung oleh Iran-Turki, dianggap sudah lebih dari cukup kuat untuk dapat melawan  pihak  Arab Saudi serta merta yakin bahwa konflik yang tidak akan membawa mereka pada perang militer terbuka. Dalam bidang militer sendiripun Amerika Serikat tidak dapat campur tang, karena mereka jelas berpihak pada Arab Saudi. Tingkat perlatan militer Qatar pun juga tidak dapat dikatakan dapat memebrikan perlindungan penuh ketika berhadapan dengan agensi militer besar akan tetapi, itu suka dapat dikatakan cukup untuk memenuhi kesenjangan kekuatan militer yang ada. Meski dikatakan tidak cukup baik dalam bidang militer akan tetapi, setidaknya Qatar dapat mempromosikan kekuatan mereka dan membantu  negara kecil di Teluk, dan menolak dengan tegas dikte yang diberikan negara besar.


Reputasi Arab Saudi sebagai negara yang besar dikawasan Timur Tengah tidak akan dapat membawa krisis ini lebih jauh lagi. Hal ini dikarenakan dengan meningkatkan aliansi militer pada suatu negara dapat memperkuat kekuatan militer negara itu sendiri , yang merupakan salah satu dari  cara dalam  membuat kondisi  dalam suatu negara menjadi aman, dan dapat mempaamkan agresi dari kekuatan besar untuk dapat ikut vcampur tangan pada urusan dan permasalahan dalam negera tersebut.  Hal tersebut dibuktikan dari kasus antara Qatar dan Arab Saudi, ang dimana sebuah ultimatum yang diberikan oleh Arab Saudi sendiri tidak membuat Qatar takut dalam menghadapi blockade yng dilakukan Arab Saudi dan sekutu. Sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai tulisan ini bahwa, diplomasi yang dilakukan oleh Arab Saudi kepada Qatar dikatakan gagal, dikarena ketidakpatuhan negara Qatar pada ultimatumdan tuntutan yang diberikan oleh Arab Saudi.


Referensi
Al-Jazeera. (2017, Juli 1). Arab State Issue 13 Demands to end Qatar-Gulf Crisis. https:/www.aljazeera.com/new/2017/06/arab-state-issue-list-demands-qatar-crisis-170623022133024.html.


BBC. (2017). Alasan 4 Negara Puusan Hubungan Diplomatik dengan Qatar . bbc Indonesia.


Dorsey, J. (2015). How Qatar is Its Own Worst Enemy. International Journal of the History of Sport, 23.


Febriandi. (2018). Kegagalan Diplomasi Koersif Arab Saudi terhadap Qatar . Indonesian Journal of International Relations, 4.


Kamrava. (2013). Mediation and Qatari Foreign Policy. Middle East Journal, 65.


Knell, Y. (2018). Setahun Diboikot, Qatar 'Tidak Juga Tumbang'.


Lauren, P. e. (2007). Force and Statecraft: Diplomatic Problems of Our Time 4th . Oxford University Press.


NPR. (2017). Qatar-Saudi Crisis Has Decades Longroots. Politk Jurnal, 15.


Reggencia, R. (2017). Qatar's Can Forever Stay Under A Blokade. Politik jurnal, 51088.

Terima Kasih, semoga tulisan saya ini bermanfaat bagi pembaca, dan teman semuanya :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun