Pada bab 3 berjudul filsafat Ilmu dalam Islam dijelaskan pengertian ilmu menurut konsep Islam. Dalam merespon sains modern, para ilmuwan muslim memiliki perspektif yang berbeda-berda pada setiap individunya dan dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap.
Pertama, Bucaillian yang bersifat netral, artinya segala sesuatu sudah terdapat di dalam kitab suci umat Islam, yakni Al-Qur'an. Tahap ini diprakasai oleh Maurice Bucaille yaitu seorang ahli bedah asal Prancis.Â
Tahap yang kedua yakni berusaha memunculkan persemakmuran sains di negara-negara Islam sebagai pelengkap karena nanti fungsinya akan dimodifikasikan untuk memenuhi kebutuhan dan cita-cita Islam. Tahap kedua ini diprakasai oleh filsuf Pakistan yang bernama Ismail Raji Al-Faruqi, Naquib Al-Attas, dan tokoh filsuf Indonesia yang setuju dengan tahap kedua ini yaitu Kuntowijoyo dan Saefuddin.Â
Tahap yang terakhir yakni tahap membangun paradigma baru. Tokoh filsuf yang berada dalam tahap ini bernama Fazzlurrohman dan Ziauddin. Mereka berasal dari Pakistan. Sedangkan dua tokoh dari Indonesia bernama Nurcholis Madjid dan Syafi'i Maarif. Paradigma baru pada tahap ketiga ini merupakan pengetahuan dan perilaku yang berangkat dari Al-Qur'an.
Al-Ghazali, As-Sayuti, dan As-Syatibi berpendapat bahwa Al-Qur'an mencakup segala sesuatunya. Tidak ada satu ilmupun yang tidak dijelaskan dalam kitab suci Al-Qur'an. Hal ini konkret dengan Al-Qr'an pada surah An-Nahl ayat 89. Namun ulama masa kini tidak setuju dengan hal tersebut. Mereka berpendapat bahwa Al-Qur'an bukanlah merupakan ensiklopedi sains, namun kitab suci petunjuk dunia dan akhirat.
Dalam sistem Islam, iman sangatlah esensial karena ilmu tanpa iman ternyata bukan hanya tidak produktif dan boros, tetapi juga menghancurkan dan membahayakan. Perkembangan psikologi tentang segi iman dalam kehidupan manusia telah memberikan banyak pandangan berharga bagi kita semua. Iman merupakan sesuatu yang sangat sentral dalam sistem pemikiran apapun. Al-Qur'an mempunyaiwawasan untuk persoalan-persoalan manusia.
Pada bab keempat berjudul tradisi keilmuan Islam. Para filsuf muslim juga memberikan penegasan, bahwa antara agama dan filsafat atau ilmu pengetahuantidaklah bertentangan. Al-Kindi menjelaskan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang yang benar. Tujuan agama adalah menerangkan apa yang benar dan yang baik. Pengembangan pendidikan agama Islam memerlukan upaya rekontruksi pemikiran kependidikan dalam rangka mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi.
Setiap dikursus tentang metodologi memerlukan sentuhan-sentuhan filsafat. Tanpa sense of philosophy maka sebuah metodologi akan kehilangan substansinya. Metodologi Studi Islam perlu visi epistimologis yang dapat menjabarkan secara integral dan terpadu terhadap tiga arus utama dalam ajaran Islam yakni akidah, syari'ah, dan akhlaq.
Buku ini cukup lengkap penjelasan mengenai filsafat perspektif Islam. Terdapat ayat dan hadits yang ikut menjelaskan beberapa ide pokoknya. Akan tetapi, buku ini susah didapatkan, baik online maupun offline. Buku ini sangat cocok untuk pelajar maupun mahasiswa yang akan mengulik tentang filsafat dalam sudut pandang Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H