Kemajuan teknologi yang menyusuri ke berbagai ranah kehidupan menyebabkan ketergantungan terhadap teknologi tersebut. Teknologi menawarkan berbagai kemudahan yang praktis dan tak perlu mengeluarkan terlalu banyak tenaga. Oleh sebab itu, masyarakat mengikat diri pada teknologi dan acuh dengan hal-hal lain, misalnya memilih membaca buku lewat gawai dibanding membelinya ke toko buku, menikmati music lewat online daripada membeli CD atau kasetnya, berteman lewat media social daripada menjalin silaturahim di lingkungannya, memilih bercakap muka atau mengadakan rapat dengan layanan video calldibanding bertemu secara langsung dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dapat dikatakan kemajuan teknologi telah melebihi manusianya sendiri.
Pesatnya teknologi di zaman modern ini, melecutkan animo masyarakat yang memutuskan bekerja sendiri, tak mau terlibat dengan ikatan-ikatan yang mengekangnya. Memilih membangun usaha sendiri tanpa terikat dengan pihak-pihak yang berwenang merupakan keputusan yang lumrah dalam modernitas. Teknologi telah mencukupi sebagian kebutuhan manusia.Â
Baru-baru ini Google mengumumkan salah satu layanannya, yaitu Google Classroom untuk para pengajar dan para pembelajar. Layanan ini membuat siapa pun bisa mengikuti pelajaran yang disukainya, asalkan perangkat yang digunakan terkoneksi dengan internet dan bisa dilakukan di lokasi mana pun. Hal ini menunjukan bahwa kepraktisan sedang digencarkan demi terwujudnya kesederhanaan dalam segala sesuatu. Layanan yang diusung Google turut meramaikan kelas online yang telah ada sebelumnya.Â
Dengan layanan ini, para pembelajar maupun pengajar dapat bergabung dalam satu kelas online yang berisi orang-orang dari negara mana pun. Praktisnya dunia sekarang mengurangi interaksi antar sesama secara langsung dalam arti bertemu langsung/bersentuhan, bukan lewat layar monitor.
Apologi masyarakat bahwa senang dengan hal praktis, mudah, dan santai adalah sebuah kesalahan. Terlalu menikmati suatu hal yang membutakan dan lebih mengarah pada sikap individualis yang bertentangan dengan prinsip Negara serta budaya. Manusia menciptakan teknologi yang saking praktisnya sehingga melupakan hakikat kemanusiaan.Â
Oleh karena itu, perlu adanya keseimbangan antara teknologi dan social agar tidak terkungkung pada jeruji yang menggambarkan keinginan hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal tersebut bertentangan dengan pri kemanusiaan yang menyebutkan manusia sebagai makhluk social, tergantung dengan sesamanya. Dengan demikian masyarakat modern harus kokoh dalam menjalin ikatan pada lingkungannya masing-masing dan saling bergotong royong serta loyal terhadap tradisi dan budaya yang dititipkan leluhur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H