Mohon tunggu...
Hasan Ali
Hasan Ali Mohon Tunggu... -

saya hanya rakyat biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketika Jokowi Bermain Kata-kata

17 September 2014   18:53 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:26 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di waktu kampanye, Jokowi selalu koar-koar koalisi tanpa syarat. Dan sejak itu juga saya sudah yakin bahwa koalisi tanpa syarat itu hanya omog kosong belaka. Istilah “tidak ada makan siang gratis” itu memang benar adanya, karena bagaimanapun anggota kolalisi jokowi bukan malaikat. Sebaik-baiknya mereka, tetap saja manusia. Dan yang namanya manusia pasti punya keinginan dan kepentingan.

Sangat tidak masuk akal jika parpol-parpol pendukung jokowi mau mengorbankan tenaga, waktu dan biaya tanpa mengharapkan imbalan apa-apa sama sekali. Jangankan parpol yg memang tujuan utamanya adalah mencapai kekuasaan, orang-orang dan kelompok-kelompok yang menamakan dirinya sebagai RELAWAN pun masih menutut hak mendapatkan imbalan jabatan dan pekerjaan.

Jadi, apa benar parpol koalisi jokowi tanpa syarat? Apa benar mereka mau mendukung jokowi tanpa mengharapkan apa-apa? Apa benar mereka mau mendukung jokowi tanpa ada janji apa-apa? Saya tidak percaya itu. Kalau misalnya sekarang jokowi sama sekali tidak memberi jatah menteri ke partai pendukung, baru kata-kata jokowi koalisi tanpa syarat itu bisa dipercaya. Tapi buktinya? Jokowi tidak bisa mengelak dari fakta dan kenyataan bahwa “tidak ada makan siang gratis”.

Yang bisa dilakukan jokowi hanyalah bermain kata-kata untuk menutupi kebohongannya. Dibuatlah istilah profesional partai. lalu apa bedanya dengan kabinetnya SBY yang membagi-bagi kursi ke partai koalisi?. Sama saja. Sama-sama bagi-bagi kue kekuasaan. Hanya beda bungkus, dan beda istilah. Dalam kata lain: sama juga boong.

Lalu pendukung jokowi berusaha memberikan pembelaan atas ketidak konsistenan jokowi dengan memberi penjelasan agar supaya kelihatan beda. Simak saja:

Jika sebelum pilpres, sebuah kubu calon presiden sudah ribut mengenai pembagian jatah kursi, bila memenangkan pilpres, atau jika sebuah parpol, sudah mengajukan penawaran, atau ditawarkan kursi menteri, sebelum mendukung capresnya, nah itu yang disebut dengan politik dagang sapi. Sangat berbeda dengan setelah memenangkan pilpres, lalu Jokowi memberi kesempatan kepada parpol yang sudah membantu memenangkan pilpres, untuk membantunya juga di kabinetnya.

Suatu penjelasan yang sangat lucu. Lalu hasilnya apa? Sama saja. Sama-sama bagi-bagi kue kekuasaan. Bedanya, kalau yang lain terus terang, yang ini main petak umpet. Yang lain diungkapkan di depan umum, yang ini bisik-bisik di balik layar. Yang lain jujur, yang ini bohong. gitu aja.

Wassalam.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun