Mohon tunggu...
Hasan Al Hamid
Hasan Al Hamid Mohon Tunggu... Pustakawan - Blogger

Mengejawantahkan ilmu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Membandingkan DSTP dan TSF, Mana yang Lebih Baik?

5 April 2023   15:12 Diperbarui: 5 April 2023   15:22 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo, selamat datang di blog saya yang membahas tentang berbagai topik menarik seputar lingkungan dan teknologi. Kali ini saya akan membahas tentang perbandingan antara dua metode penanganan ampas tambang tambang, yaitu Deep Sea Tailings Placement (DSTP) dan Tailings Storage Facilities (TSF). Apa sih bedanya? Mana yang lebih baik? Yuk, simak ulasan saya berikut ini.

Sebelumnya, apa itu tailings? Tailing merupakan ampas atau sisa hasil pengolahan mineral di industri pertambangan.

DSTP adalah metode yang mengalirkan ampas tambang tambang berupa lumpur halus ke laut dalam dengan menggunakan pipa. Tujuannya adalah untuk mengurangi dampak lingkungan di daratan.

TSF adalah metode yang menampung ampas tambang tambang di daratan dengan menggunakan bendungan, kolam, atau waduk. Tujuannya adalah untuk mencegah pencemaran air permukaan dan tanah oleh ampas tambang tambang.

Namun, metode ini juga memiliki tantangan yang besar, seperti membutuhkan lahan yang luas, menimbulkan potensi bencana longsor atau banjir jika bendungan pecah, dan memerlukan biaya yang tinggi untuk pembangunan dan pemeliharaan fasilitas.

Selain itu, metode ini juga dapat menyebabkan emisi gas rumah kaca dari proses dekomposisi ampas tambang.

Ada juga kelemahan lain TSF. Jika struktur fisik atau peralatan gagal, maka limbah dapat tumpah ke lingkungan, menyebabkan pencemaran air dan tanah. Contohnya, kasus kebocoran TSF di Tambang Emas Mount Polley di British Columbia, Kanada pada tahun 2014 menyebabkan tumpahan lebih dari 24 juta meter kubik limbah ke lingkungan sekitarnya.

Kegagalan TSF juga terjadi pada Tambang Minas Gerais di Brazil pada tahun 2015 ketika TSF di Barragem de Fundo mengalami kebocoran dan menyebabkan tumpahan besar-besaran, merenggut nyawa 19 orang dan menghancurkan lingkungan di sekitarnya.

Jadi, mana yang lebih baik? Tidak ada jawaban pasti untuk pertanyaan ini. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, DSTP menjadi opsi yang dapat dipilih di Indonesia karena Indonesia rawan gempa sehingga risiko kebocoran TSF juga tinggi.

Yang penting adalah untuk mempertimbangkan berbagai faktor, seperti lokasi tambang, karakteristik ampas tambang, dampak lingkungan, biaya, dan regulasi. Selain itu, yang lebih penting lagi adalah untuk mengurangi produksi ampas tambang tambang dengan cara meningkatkan efisiensi proses penambangan dan pengolahan serta menggunakan teknologi ramah lingkungan. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kalian. Terima kasih telah membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun