Mohon tunggu...
Yulia NurHasanah
Yulia NurHasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menyukai semua hal tentang kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Pengajaran Sastra Prosa di Sekolah

14 Juni 2022   22:44 Diperbarui: 14 Juni 2022   23:10 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sastra merupakan ungkapan ekspresi pengarang berdasarkan pemikirannya yang dituang melalui lisan maupun tulisan. Perlu diketahui bahwa sastra bersifat tidak terbatas, sehingga banyak hal-hal baru yang bisa dijumpai saat menikmati sastra. Sastra memiliki jangkauan yang sangat luas. Tidak semua sastra selalu memiliki hal-hal positif. Sama seperti hal lain di dunia, tentunya hadir beriringan dengan kebaikan dan keburukan. Sastra identik dengan nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya. Namun, tidak jarang ada sastra yang berisikan hal-hal negatif. Sebagai seorang guru, tentunya harus memiliki strategi pengajaran yang baik agar kebutuhan murid terpenuhi. Artikel ini akan memfokuskan pembahasan pada sastra prosa yaitu novel dan sejenisnya.

Pada pengajaran sastra, strategi yang dilakukan guru adalah bagaimana caranya agar murid bisa menyaring hal-hal buruk yang terdapat dalam sastra bacaan mereka. Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan pendekatan terhadap karakter murid. Selain itu, kegiatan diskusi  juga dapat merangsang murid untuk bertukar pikiran sehingga mereka bisa melihat sesuatu dengan cakrawala yang lebih luas.

Umumnya, sastra prosa sudah memiliki rating umur pembaca yang sudah disesuaikan berdasarkan kelayakan isi konten dalam sastra prosa tersebut. Walaupun begitu, tidak menutup kemungkinan murid akan membaca sastra prosa dengan rating umur di atas mereka. Hal ini disebabkan kesempatan untuk membaca berbagai sastra prosa sangat luas sehingga sulit untuk disaring. Para murid bisa dengan bebas memilih buku-buku di perpustakaan atau toko buku. 

Selain itu, hadirnya sastra cyber juga membuat penyaringan sastra semakin sulit karena murid bisa dengan leluasa membaca berbagai bacaan apa saja di mana saja. Jika orang tua yang berada hampir dua puluh empat jam dengan anak masih bisa kecolongan terhadaap bacaan anak mereka, lalu bagaimana dengan guru yang hanya berkontak selama beberapa jam di sekolah? Untuk menyiasati problematika tersebut, penulis memiliki strategi yang bisa diterapkan oleh guru khususnya pengajar sastra dengan melakukan pendekatan karakter murid. Strategi ini hanya memanfaatkan keaktifan murid di kelas.

  • Media Bacaan. Guru dapat bertanya media apa yang mereka gunakan untuk membaca sastra prosa. Hal ini akan memudahkan guru untuk memberi wawasan sesuai kebutuhan murid. Murid yang hanya menggunakan buku fisik saja akan lebih mudah ditangani. Jika mereka sudah menjangkau sastra cyber, guru dapat memberikan penyuluhan mendalam mengenai hal negatif yang terdapat dalam sastra cyber. Seperti yang sudah dijelaskan di awal jika sastra cyber jauh lebih luas jangkauannya sehingga hal negatif lebih banyak ditemukan dari pada di buku fisik.
  • Bahan Bacaan. Pada usia remaja, rasa penasaran akan suatu hal akan semakin tinggi. Bahan bacaan pun tidak menutup kemungkinan dapat mempengaruhi perilaku mereka. Problematika yang terjadi adalah banyaknya sastra prosa untuk remaja yang mengandung unsur kekerasan, kenakalan remaja, dan unsur negatif lainnya. Tentu hal tersebut dikhawatirkan akan berdampak pada perilaku mereka di kehidupan sehari-hari. Pada kasus ini, guru akan menganalisis bahan bacaan murid dengan bertanya mengenai sastra prosa seperti apa yang sering mereka baca. Apakah novel teenlit, novel romance, cerita detektif, atau lainnya. Setelah itu, guru dapat membuka ruang diskusi tentang jenis sastra prosa tersebut. Misalnya, "Pengalaman apa yang didapatkan setelah membaca novel teenlit?" atau "Peristiwa seperti apa yang paling berkesan pada cerita detektif?". Diskusi seperti ini akan membuat guru dan murid memiliki koneksi yang baik dan juga belajar melihat sesuatu dari sudut pandang lebih luas.
  • Tokoh Kesukaan. Kita semua pasti setidaknya memiliki satu tokoh kesukaan dalam cerita yang kita baca. Perlu diketahui bahwa semua orang bebas memilih tokoh kesukaan. Bahkan seorang villain dalam cerita tidak meutup kemungkinan menjadi tokoh kesukaan segelintir orang. Hal ini dikarenakan terdapat sudut pandang lain mengenai tokoh tersebut. Misalnya, villain yang dianggap jahat karena keras kepala dan suka membantah dijadikan tokoh kesukaan karena terlihat hebat dan keren dengan pendiriannya yang tidak mudah goyah. Tidak jarang murid memiliki keinginan untuk seperti tokoh kesukaan mereka dan mulai mengikuti perilaku tokoh tersebut. Pada kasus ini, guru dapat memberikan nasihat dan pandangan dari sudut pandang netral agar murid paham bahwa segala sesuatu di dunia memiliki dua sisi yang harus diperhatikan.
  • Apresiasi Sastra. Di akhir diskusi, guru dapat menyuruh murid melakukan opini singkat terhadap satu sastra prosa kesukaan mereka. Dalam hal ini, murid akan menulis essai dengan beberapa pernyataan seperti: "Hal yang membuat saya menyukai sastra prosa ini", "Alasan saya menjadikannya tokoh kesukaan", dan "Alasan mengapa kalian harus membaca sastra prosa ini".
  • Pengembangan Keterampilan. Pengajaran sastra di sekolah tidak hanya berfokus kepada karya sastra itu sendiri. Tetapi pengembangan keterampilan murid untuk menciptakan karya satra pun menjadi salah satu tugas pengajar. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kesempatan kepada murid untuk membuat karya sastra secara bebas berdasarkan imajinasi yang mereka punya.

Demikianlah lima poin strategi yang bisa guru terapkan di kelas. Diskusi memang menjadi kegiatan efektif karena antara guru dan murid dapat bertukar pikiran sehingga koneksi antara mereka akan semakin dekat. Jalinan yang baik dan tentunya akan mempermudah proses pembelajaran di dalam kelas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun