Mohon tunggu...
Haryo WB
Haryo WB Mohon Tunggu... Penulis - Sinau Bareng
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis merangsang refleksi, jadi jika kamu tidak bisa mereflesikan sesuatu untuk ditulis, tetaplah mencoba untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbahayakah Jurnalisme Investigasi?

16 Desember 2021   15:32 Diperbarui: 16 Desember 2021   16:09 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harian Kompas terbitan 6 September 1971. Sumber: Kompas

'Ada banyak orang yang saya kagumi. Lincoln Steffens. Saya mencermati sejarah yang dilakukan Steffens dan kolega-koleganya di awal abad ke-20. Dan kemudian ada (perang) Vietnam di sana, sebelum Watergate. Saya bertugas di Angkatan Laut pada tahun 1965 hingga 1970, dan memperhatikannya dari  jarak dekat, membaca reportase tentang peristiwa-peristiwa besar itu. Tentu saja, ada pula buku David Halberstam...' Demikian Bob Woodward, dalam Special Report: Investigative Journalism; The Investigators: Staying in on Target; Role Models, interview with Neil Hickey, Columbia Journalisme Review.

Saya pun memutar film  All the President's Men, tahun 1976. Sebuah kisah nyata perjuangan dua orang wartawan The Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein, yang membongkar keterkaitan presiden Amerika dari kubu Republik, Richard Nixon, dengan upaya penyadapan yang dilakukan di kantor Partai Demokrat, saingan politiknya.

Selama ini berkembang mitos bahwa jurnalisme investigasi adalah pekerjaan jurnalistik yang teramat sulit dan berbahaya. Benarkah? Apakah jurnalisme investigasi mampu menjadi solusi dalam konflik yang sedang terjadi? 

Alkisah, ketika Perang Teluk dinyatakan selesai, project the war on teror dimulai. Indonesia menjadi penting sebagai bagian penting dari cerita global, karena keterlibatan pejuang Indonesia dalam perang Afghanistan sejak tahun 1980-an khususnya di tahun 1984 cukup signifikan. Dari catatan saya, dikatakan ribuan tak teramat salah, tapi juga tak benar-benar akurat, warga asal Indonesia yang tidak benar-benar terjun dalam peperangan mengusir Rusia, namun mereka sudah mempelajari banyak hal dari pelatihan perang dan pengenalan senjata yang sangat baik. Warga negara asal Indonesia terus mengalir dalam sejumlah konflik di Timur Tengah adalah pemahaman politik global dan permainan intelijen internasional yang merancang perencanaan dalam skala global dengan tujuan yang tidak dipahami oleh kebanyakan dari mereka.

Catatan itu coba menyidiknya dari asal kata Latin. Reporting berasal dari kata reportare, yang berarti 'membawa pulang sesuatu dari tempat lain'. Apabila dikaitkan ke dalam dunia jurnalisme, hal itu menjelaskan seorang wartawan yang membawa laporan kejadian dari sebuah tempat di mana telah terjadi sesuatu. Sementara investigative berasal dari kata Latin vestigatum, yang berarti 'jejak kaki'. Pada sisi ini, hal itu menyiratkan pelbagai bukti yang telah menjadi suatu fakta, berbentuk data dan keterangan, dari sebuah peristiwa.

Saat itu, perang melawan teror sedang mengalami metamorfosa. Inflitrasi yang sudah sedemikian dalam dan kemudian melahirkan semacam deklarasi jihad lalu dirangkai sedemikian rupa mencakup kawasan di Asia Tenggara. Tidaklah mengherankan bila justru para ahli politik internasional asal Amerika Serikat kemudian mengklaim diri sebagai ahli atau pengamat terorisme mampu melakukan pemetaan gerakan terorisme Asia Tenggara. 

Gerakan Jihad di Asia Tenggara terinspirasi oleh kondisi labil beberapa negara pasca krisis ekonomi. Adanya high expectation bahwa Indonesia akan benar-benar hancur dengan skenario Bosnia melalui perang antar etnis dan agama yang pernah dihembuskan puluhan kali di berbagai wilayah dengan potensi konflik yang tinggi. Permainan bisa berlangsung berkat operator yang telah masuk ke dalam unit-unit yang diperlukan untuk provokasi. 

Bila digabungkan, reportase investigatif, secara harfiah, mengartikan membawa pulang jejak kaki dari tempat lain. Dalam kegiatan pers, hal itu bisa mengkonotasikan pelbagai bukti, yang dapat dijadikan fakta, bagi upaya menjelaskan adanya kesalahan atau pelanggaran atau kejahatan yang telah dilakukan oleh seseorang atau pihak-pihak tertentu. Reportase investigasi merupakan kegiatan peliputan yang mencari, menemukan, dan menyampaikan fakta-fakta pelanggaran, kesalahan, atau kejadian yang merugikan kepentingan umum atau masyarakat.

Setelah gerakan terorisme Indonesia melalui berbagai label, merk, dan berkamuflase ke berbagai lini terus bergulir pasca Bom Bali I. Kesigapan aparat keamanan melakukan operasi-operasi dengan prestasi yang sangat signifikan. Sementara, di sisi lain pelaksana operasi baik intelijen maupun anggota Densus 88 harus menanggung resiko tinggi, yang difitnahkan sebagian pihak, dan tuntutan Anggota DPR RI Fraksi Partai Gerindra Fadli Zon yang mendesak agar Densus 88 dibubarkan.

Jika kegiatan investigative reporting ialah sebuah reportase, sebuah kerja menghasilkan produk dan inisiatif, yang menyangkut hal-hal penting dari banyak orang. Maka investigasi menjadi sebuah kegiatan jurnalisme hendak 'membongkar  kejahatan' dan ketika melihat upaya investigative reporting yang bergerak mengikuti naluri untuk membuka upaya pihak-pihak yang menutupi suatu kejahatan. Setidaknya, wartawan investigasi melakukan penelusuran pelbagai dokumen, yang terkait dengan kejahatan tersebut, dan mencoba mempelajarinya untuk menemukan adanya tindak kejahatan dilakukan di balik sebuah peristiwa.

Akhir tahun 2021 dan menjelang tahun baru 2022 ini, bangsa Indonesia dibayang-bayangi oleh ancaman terorisme? Kewaspadaan atas serangan teror harus terus ditingkatkan. Meski sepanjang 2021 Densus 88 Antiteror Polri telah menangkap lebih dari 100 tersangka teroris yang terafiliasi dengan Jamaah Islamiyah, ancaman tetap masih ada dari kelompok teroris tersebut, selain kelompok lainnya, yakni Jamaah Ansharut Daulah ataupun lone wolf atau aktor teror yang bergerak sendiri.

Reportase investigasi adalah 'pekerjaan membuka pintu dan mulut yang tertutup rapat,' tulis Rivers dan Mathews dalam Etika Media Massa dan Kecenderungan untuk Melanggarnya, Gramedia Pustaka Utama, hal. 158.

Lalu, dimana peran Jurnalisme Investigasi?

Laporan investigasi di Indonesia belum menjadi suatu tradisi yang melembaga di tubuh pers. Pers Indonesia masih menilai bahwa laporan invetigasi adalah laporan yang memakai 'biaya tinggi'. Proses liputannya menghabiskan 'waktu' yang amat panjang. Hasil akhir yang 'tidak pasti' memberikan halangan juga kepada semangat wartawan Indonesia. Plus, 'risiko besar' yang bisa timbul akibat peliputannya. Dan persyaratan 'modal kuat, keuletan dan kesabaran' yang harus dimiliki wartawan investigatif Indonesia belum mendapat tempat di kalangan pers.

Padahal prinsip dasar jurnalisme investigasi, di dalam melayani kepentingan publik, menunjukkan kaidah peliputan yang menolak proyek politik dan bisnis--berdalih kepentingan demokrasi dan komunisasi. Daya gerak jurnalisme investigatif mesti dapat menolak 'tekanan sistematik media yang didominasi oleh haluan ideologikal tertentu di dalam struktur masyarakat'. Atau, menolak pendekatan ekonomi, yang hanya ingin meraih laba dari 'hitungan khalayak pemasang iklan'. Sebab, posisi khalayak berita, atau masyarakat pada umumnya, pada visi jurnalisme tertentu bukanlah semata 'acuan barang komoditas informasi, hasil olahan manipulasi media massa untuk kepentingan organisasi media'.

Peranan jurnalisme investigatif menjadi penting di dalam menfungsikan media ke dalam prinsip-prinsip komunikasi demokratik, mengakses nilai universal dan kepentingan ruang publik yang dibawa oleh komunikasi global--dalam tujuan membuka marginalisasi yang diakibatkan gerak-pasar media informasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun