Secara pribadi, saya  tidak terkejut dengan terungkapnya paspor palsu Ghassem Saberi Gilchalan yang saat ini diduga bagian dari operasi intelijen asing.Â
Baca: Duduk Perkara Intelijen Asing
Dugaan itu pun terjawab.
Seusai dijatuhi hukuman dua tahun penjara karena menggunakan paspor palsu, sejumlah bukti yang menunjukkan keterlibatan  Ghassem Saberi Gilchalan dalam operasi intelijen pembebasan tanker MT Horse.  Kompas mendapatkan dokumen berbahasa Persia delapan halaman tertanggal 8 Juli 2021 yang berisi pengakuan Gichalan mulai dari perekurtan hingga misi yang dilakukan di Indonesia. Gichalan menceritakan sejumlah aktivitasnya, termasuk membenarkan telah menulis surat pengakuan tersebut. "Semua yang saya tulis di surat pengakuan itu benar, " katanya. Demikian Kompas, Selasa (14/12) berjudul  Gilchalan: Saya Bekerja untuk Pemerintah Iran.  Â
Sebelumnya, masih mengutip Kompas, surat dari Kedubes Iran yang ditandatangani Kepala Bagian Diplomasi Umum Kedubes Iran Bita Zolali, antara lain, menyangkal operasi intelijen oleh Gilchalan. "Berbagai tuduhan miring yang telah disampaikan berkaitan dengan aktivitas beliau di Indonesia adalah tidak benar dan tidak berdasar," ujarnya.Â
Menarik bagi saya adalah pengakuan Gilchalan yang menunjukkan keterlibatan dirinya dalam sebuah operasi intelijen yang kemudian dibantah oleh negaranya, Iran.
Profesi intelijen hakikatnya adalah memperjuangkan kepentingan nasional suatu negara di negara lain dengan melanggar hukum negara setempat dan hukum internasional. Sehingga dibutuhkan profesionalisme yang sangat tinggi dengan berbagai teknik dan skill yang dapat dikatakan lebih tinggi.  Sistem kerja intelijen asing di Kedutaan Besar ada dua, yaitu yang terbuka sering dikenal sebagai counter part dan yang tertutup atau dikenal spionase. Mereka yang terbuka bahkan saling bekerjasama dan tukar-menukar informasi. Sedangkan mereka yang tertutup melakukan operasi spionase untuk memperoleh informasi rahasia yang vital bagi sebuah negara.Â
Kepada siapa sesungguhnya kesetiaan seorang intel yang bernama Ghassem Saberi Gilchalan?
Apakah Gilchalan sedang menciptakan rumor, gosip, desas-desus, kabar angin?Â
Desas-desus atau rumor adalah sebuah teknik yang sangat penting bahkan vital dalam suatu peperangan. Bagi Kompasianer penggemar cerita Mahabharata dan Perang Bharatayuddha pasti ingat kisah kematian Bhagawan Drona. Ia karena terkena siasat para Pandawa yang 'berbohong' atau menyebarkan desas-desus bahwa Aswatama telah gugur. Â Padahal yang dimaksud adalah bukan Aswatama manusia, melainkan seekor gajah yang bernama Hestitama, namun terdengar seperti Aswatama. Ketika Bhagawan Drona menanyakan kabar angin tersebut kepada Yudhistira yang terkenal tidak pernah berbohong. Yudhistira hanya berkata 'Aswatama mati', dan sesungguhnya Yudhistira tidak 'sepenuhnya' berbohong karena dia berkata kepada Bhagavan Drona bahwa Aswatama mati, entah itu gajah ataukah manusia ( Naro Va Kunjaro Va-entah gajah atau manusia). Namun Bhagavan Drona terlanjur percaya dan menterjemahkan anak tersayangnya telah gugur yang membuatnya lemas kehilangan semangat hidup dan akhirnya terbunuh dalam peperangan ditangan Drestadyumna. Â
Dalam peperangan, penggunaan teknik kabar angin tersebut seringkali menentukan kemenangan. Hal inilah yang menyebabkan dunia intelijen mengembangkan pelatihan khusus pengembangan rumor atau kabar angin tersebut untuk kepentingan nasional. Meskipun demikian, yang harus dipahami bahwa teknik yang dikembangkan di dunia intelijen bukan teknik fitnah-memfitnah tanpa dasar yang bertujuan menjerumuskan seseorang atau kelompok dalam pertarungan politik. Intelijen memiliki standar moral yang tinggi dimana landasannya adalah keselamatan bangsa sebagaimana kebohongan Pandawa terhadap Bhagawan Drona.Â
Standar moral intelijen menyebabkan penggunaan rumor hanya sebagai faktor pendukung terhadap situasi konflik dihadapi suatu negara. Sangat jarang sebuah rumor dapat merubah secara total suatu keadaan yang seluruhnya menjadi positif menguntungkan pengembang rumor. Fungsi rumor adalah untuk menegaskan atau mengkonfirmasi suatu kecurigaan atau keyakinan yang telah berkembang di masyarakat. Tujuannya untuk menciptakan suasana yang mengarah pada rasa takut lawan, kebencian, keputusasaan, atau harapan. Â
Terakhir, rumor adalah suatu cerita bohong yang masuk akal yang dikembangkan dalam suatu sirkulaasi komunikasi dan arus informasi yang bertujuan mencelakakan atau merusak citra target baik individu, kelompok maupun negara. Sebuah rumor yang 'baik' (bukan baik secara moral melainkan secara teknik) adalah meskipun salah atau kurang tepat, namun masuk akal, sederhana, sesuai dengan tujuan, jelas, menggiring pada suatu keyakinan tertentu, kongkrit dan tepat.Â
Cukup sulit untuk menciptakan rumor yang 'baik' tersebut. Namun apabila memiliki separuh saja karekater dari rumor yang 'baik'. Pelemparan rumor tersebut dapat menjadi suatu cipta kondisi yang efektif dan kemudian efeknya diperbesar oleh media dan akhirnya dapat diterima publik atau menciptakan kebingungan publik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H