Mohon tunggu...
Haryo WB
Haryo WB Mohon Tunggu... Penulis - Sinau Bareng
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis merangsang refleksi, jadi jika kamu tidak bisa mereflesikan sesuatu untuk ditulis, tetaplah mencoba untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Duduk Perkara Intelijen Asing

12 Desember 2021   12:40 Diperbarui: 12 Desember 2021   13:24 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Intelijen adalah kegiatan rahasia  yang ditujukan untuk memahami atau mengubah apa yang terjadi di luar negeri. Presiden Dwight D. Eisenhower menyebutnya 'keniscayaan yang tidak menyenangkan, namun sangat penting'. 

Bangsa yang ingin meproyeksikan kekuataannya di luar batas wilayahnya sendiri harus memandang melampaui cakrawala untuk mengetahui apa yang datang, untuk mencegah serangan terhadap rakyatnya. Bangsa itu harus mengantisipasi kejutan. 

Secara pribadi, saya  tidak terkejut dengan terungkapnya paspor palsu Ghassem Saberi Gilchalan yang saat ini diduga bagian dari operasi intelijen asing

Baca: Ghassem Saberi Gilchalan, Mengungkap Misi Rahasia Mata-Mata Asing

Sepanjang perjalanan sejarahnya, bangsa ini dari dulu sesungguhnya banyak intelijen asing beroperasi di Indonesia. CIA, KGB (saat ini disebut FSB) dan Mossad sampai musuh-musuh mereka juga beroperasi di Indonesia. 

Terhitung di era pemerintah kolonial Belanda, anggaran perang yang hampir habis ribuan tentara yang tewas mendorong Belanda untuk mengutus seorang orientalis bernama Christiaan Snouck Hugronje ke  dalam Perang Aceh (1873-1904).  Menyamar sebagai Abdul Ghaffar lalu akrab disapa Gopur, Snouck tiba di Aceh pada 6 Juli 1891 setelah wafatnya pemimpin gerilya Aceh Teungku Chik di Tiro (1836-1891). Ia tinggal di sana hanya sampai Februari 1892. Gopur pulang ke rumah Sangkana, seorang perempuan asal Cimahi yang dinikahinya sejak 1890. Ia menuangkan pemikiran dan pengalamannya selama di Aceh ke dalam De Atjehers ("Orang Aceh"), sebuah buku menjadi sumber informasi bagi pemerintah kolonial Belanda untuk memadamkan perlawanan rakyat Aceh. Jejak Gopur pun terendus hingga Cirebon.

Apa yang dilakukan Belanda melalui Gopur bukanlah hal istimewa. Hal serupa juga dilakukan oleh Amerika Serikat sejak Perang Dunia I, Perang Dunia II, hingga Perang Dingin.

David H. Price dalam "How The CIA and Pentagon Harnessed Anthropological Research during the Second World War and Cold War with Little Critical Notice" (2011), sebagian peneliti tersebut sadar telah bekerja untuk kebutuhan intelijen Amerika Serikat dan menganggap pekerjaan mereka bagian dari perjuangan melawan Nazi dan komunisme. 

Sebagian lainnya tak tahu telah dipekerjakan intelijen, mengingat rumitnya jalur pendanaan riset saat itu dan luasnya jejaring CIA di lembaga pendidikan. 

Dalam karyanya yang lain, Cold War Anthropology, the CIA, the Pentagon, and the Growth of Dual Use Anthropology (2016), Price mencatat bahwa di awal pembentukan pada 1947, CIA memiliki jejaring profesor di 50 kampus elite AS, termasuk Yale dan Harvard. Mereka bertugas mengarahkan mahasiswa-mahasiswa untuk menggeluti bidang studi dan topik penelitian tertentu yang mewakili kepentingan intelijen AS.

Lalu, informasi kedatangan Kidon di Indonesia yang telah mengundang terjadinya kehebohan di tahun 2000-an.  Dalam konteks ini, adalah hanya bertanya-tanya dalam pengaruh teori konspirasi. Jadi bukan sebuah desepsi informasi yang bertujuan memanaskan situasi. 

Saat itu, beberapa kelompok agen binaan Mossad terdeteksi mengurangi aktivitas dan lebih berhati-hati, beberapa bahkan mulai menjadi ragu-ragu atas pilihan menjual diri kepada Israel. 

Rencana infiltrasi yang lebih dalam ke negara kesatuan Republik ini telah menjadi agenda Mossad di Indonesia sejak dulu. Sasarannya adalah lembaga keamanan Indonesia dengan tujuan menciptakan jalur komunikasi langsung yang tidak bisa diintersep oleh pihak ketiga. 

Jalur komunikasi tersebut dibangun atas biaya Mossad, dengan biaya yang sesungguhnya tidak terlalu mahal bagi sebuah negara, namun cukup lumayan bagi instansi keamanan. Selain itu, ada aspek bisnis yang besar berupa pembayaran atas jasa-jasanya dalam menciptakan jaring kegiatan di Indonesia. 

Dalam perkembangannya, Kidon sudah direstrukturisasi menjadi Komemiute sesuai dengan konsep perang modern, assasination, hingga sabotase. Apa yang dilakukan Kidon bukan hanya aksi-aksi hebat dengan kemampuan teknis yang tinggi, melainkan mencakup operasi cuci otak atau dekonstruksi pikiran untuk menciptakan kondisi tertentu sesuai dengan keinginan Mossad. Bila proses dekonstruksi telah dilakukan, maka sasaran dianggap sudah 'mati' karena tidak lagi menjadi oposisi atau musuh bagi Mossad. Sasaran dekonstruksi tersebut adalah tokoh-tokoh berpengaruh di negara kesatuan Republik ini. 

Bagaimana proses itu berjalan? tetapi konon sangat efektif.

Apa yang diungkap perkara Mossad maupun intelijen asing lainnya bukan sebuah generalisir kebencian terhadap unsur-unsur asing di Indonesia. Melainkan sebuah proses kabar berita intelijen berdasarkan dukungan data yang mudah-mudahan bisa merangsang kewaspadaan yang lebih baik. 

Bahwa terlalu banyak unsur domestik, pemimpin, pengusaha, dan elit Indonesia yang menjadi pelacur busuk yang menjual diri kepada unsur asing itu ada benarnya. Namun sangat sulit dalam berhadapan dengan pelacur berwajah manis dan menguasai ekonomi dan politik negara bukan? 

Indonesia memang tak pernah menjalin hubungan secara resmi dengan Israel . Tetapi itu bukan berarti Indonesia sama sekali tak pernah berhubungan dengan negeri Zionis tersebut. Masa paling awal Orde Baru , Presiden Soeharto pernah menghubungi Israel yang direspons dengan pengiriman tim Mossad dari Singapura ke Jakarta. Tujuan mereka adalah melatih intelijen Indonesia, secara khusus untuk melacak para anggota PKI. Dan Raviv dan Yossi Melman, dua wartawan berdarah Israel dalam buku berjudul Evey Spy a Prince: The Complete History of Israel's Intelligence Community.

Lebih lanjut, masih dalam bukunya Raviv dan Melman menulis, "Singapura kecil, dan populasinya hampir dua setengah juta, menjadi landasan peluncuran bagi diplomat-diplomat alternatif Mossad di seluruh Asia. Kesuksesan besar pertama mereka di Asia adalah Indonesia."

Menarik bagi saya, Gilchalan sudah 30 kali masuk-keluar Indonesia pada 2012-2021 menggunakan paspor Iran dan Bulgaria. Paspor Iran digunakan pada 2012 dan 2019 hanya untuk perjalanan dari dan ke negaranya. Sementara paspor Bulgaria digunakan masuk Indonesia sepanjang 2013 hingga 2018 dan 2021 dari Malaysia, Singapura, Thailand, dan Australia. Petugas juga mendapati Gilchalan membawa sejumlah dokumen berbahasa Persia, beberapa kartu bertuliskan anggota Persatuan Bekas Polis Malaysia dan Skuad 69 PDRM, Kompas, 9 Desember 2021 'Paspor Palsu Kuak Operasi Intelijen Asing'. 

Mengapa Indonesia? 

Apa pentingnya Indonesia? 

Sebuah pertanyaan desepsi untuk mengkerdilkan potensi bangsa dan negara Indonesia. Sesungguhnya pertanyaan tersebut harus dibalik kapan Kidon datang dan kita menantikan juga dengan taraf intelijensia dan sikap awas yang seimbang sehingga mereka tidak mampu melakukan dekonstruksi pikiran para tokoh-tokoh berpengaruh di Indonesia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun