Mohon tunggu...
Haryo WB
Haryo WB Mohon Tunggu... Penulis - Sinau Bareng
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis merangsang refleksi, jadi jika kamu tidak bisa mereflesikan sesuatu untuk ditulis, tetaplah mencoba untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ghassem Saberi Gilchalan, Mengungkap Misi Rahasia Mata-mata Asing

11 Desember 2021   16:19 Diperbarui: 13 Desember 2021   19:07 2898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto paspor palsu Bulgaria milik Ghassem Saberi Gilchalan yang diduga intelijen asing. (KOMPAS.ID) 

"Saya bekerja untuk Pemerintah Iran karena mencintai negara," kata Ghassem Saberi Gilchalan saat ditemui akhir November lalu. Namun, ia mengklaim "pekerjaannya" tidak membahayakan Indonesia. Demikian saya baca Kompas, Sabtu (11/12) dengan judul artikel "Seribu Jam" Berujung Surat Pengakuan Intelijen Asing". 

Warga Negara Iran, Ghassem Saberi Gilchalan, ditangkap tim Sat Reskrim Polres Kota Bandara Soekarno Hatta atas dugaan kepemilikan paspor palsu. Perkara ini sudah masuk ke pengadilan. Sebagaimana dilansir dari situs direktori putusan Mahkamah Agung (MA), Sabtu (11/12). Gilchalan tiba di Indonesia pada Rabu, 19 Mei 2021, sekitar pukul 08.47 WIB dengan menggunakan Pesawat Qatar Airways QR956 tujuan Doha-Jakarta. Kedatangan Gilchalan bermodalkan paspor palsu.

Petugas sempat curiga melihat begitu banyak telepon genggam yang dibawa Gilchalan. "Saya punya teman di beberapa negara, saya harus menyimpan nomor-nomornya," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bandara Soekarno-Hatta Ajun Komisaris Rezha Rahandhi, September lalu, menirukan jawaban Gilchalan saat diinterogasi, Kompas, Rabu (9/12) berjudul Paspor Palsu Kuak Operasi Intelijen Asing. 

Menarik bagi saya adalah jawaban Gilchalan yang mengisyaratkan tentang posisi orang-orang yang pernah menjalin hubungan dengannya. Tidak menutup kemungkinan orang-orang tertentu di Indonesia. Persoalan  'agen intel asing' tanpa bermaksud untuk memojokkan sesorang atau merupakan pembunuhan karakter terhadap orang tertentu. 

Saya hanya mengambil fungsi mengingatkan bahwa data-data tentang perilaku menyimpang yang berpotensi mengkhianati perjalanan Indonesia senantiasa tercatat. Tidak perlulah untuk saling menyakiti atau menghancurkan kredibilitas semata-mata berdasarkan dugaan yang tidak mendasar. 

Bahkan pada kasus yang benar-benar tercatat sebagai 'agen intel asing' pun saya masih memakluminya. Kompleksitas aliran arus informasi dan batasan mengenai kerahasiaan negara serta derasnya desakan keterbukaan menyebabkan penentuan batasan seseorang mengkhianati perjalanan Indonesia sulit ditetapkan standar batasannya. 

Apakah anda bersahabat dengan orang asing kemudian anda bercerita tentang keburukan manajemen sebuah BUMN, dapatkah dikatakan anda telah berkhianat, padahal cerita anda itu sudah menjadi rahasia umum.

Apabila anda seorang pejabat negara yang mampu mempengaruhi kebijakan negara, kemudian mengambil posisi yang 'menguntungkan' negara asing tertentu karena anda memiliki alasan adanya common interest, padahal argumentasi anda tersebut cukup logis, dapatkah dikatakan anda sebagaia agen asing?

Apabila anda seorang reporter yang sangat profesional bahkan kelebihan energi dalam membongkar kebobrokan pemerintah, kemudian mempublikasikannya dalam media massa, apakah anda bisa dituduh melakukan pencemaran nama baik pemerintah untuk kepentingan asing?

Apabila anda seorang akademisi yang secara rutin menyerahkan hasil penelitian maupun riset tentang kondisi Indonesia kepada universitas atau lembaga penelitian atau LSM asing, apakah anda dapat dikejar dengan tuduhan membocorkan rahasia negara?

Apabila anda seorang pengamat yang sangat rajin mengkritisi pemerintah dan menyebarluaskan kelemahan pemerintah, apakah hal itu bisa serta merta dianggap ditunggangi asing?

Baca: Duduk Perkara Intelijen Asing

Masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang menggelitik karena Indonesia tidak memiliki standar acuan, mana yang rahasia dan mana yang bukan.

"BIN sebagai koordinator intelijen negara perlu menindaklanjuti, agar bisa mengurai jaringan-jaringan lainnya, dan ke depan meningkatkan kepekaan terhadap aksi kontra intelijen dengan lebih rapat lagi," kata Anggota Komisi I DPR fraksi Golkar Bobby Adhityo Rizaldi meminta Badan Intelijen Negara (BIN) turun tangan menyelidiki warga negara asing (WNA) diduga intelijen keluar masuk RI, Jumat (10/12).

Masih mengutip Kompas, data perlintasan imigrasi menunjukkan, Gilchalan sudah 30 kali masuk-keluar Indonesia pada 2012-2021 menggunakan paspor Iran dan Bulgaria. Paspor Iran digunakan pada 2012 dan 2019 hanya untuk perjalanan dari dan ke negaranya. Sementara paspor Bulgaria digunakan masuk Indonesia sepanjang 2013 hingga 2018 dan 2021 dari Malaysia, Singapura, Thailand, dan Australia. Sumber Kompas di penegak hukum menuturkan, aktivitas mencurigakan Gilchalan sudah masuk "radar" mereka sejak 2020.

Ghassem Saberi Gilchalan adalah bukti gerak-gerik intelijen asing lumayan detail. Temuan uang tunai dalam bentuk 16 mata uang asing dengan nominal setara Rp 140 juta. Tak ketinggalan, ditemukan pula 11 telepon seluler, satu tablet, satu pemutar musik, dua modem, dan beberapa kartu SIM lokal, ataupun luar negeri. Dari 11 ponsel, tiga di antaranya perangkat yang hanya bisa dipakai untuk melakukan panggilan telepon dan berkirim pesan, di antaranya Nokia 3310 dan 8110. Sisanya telepon pintar seperti iPhone 5, iPhone 6, iPhone 6 Plus, iPhone 11, serta Huawei Y5.

Hal ini menunjukkan mereka bergerak tidak dalam jumlah yang besar, tetapi sangat efektif karena beberapa agen yang telah mendapat pelatihan khusus. Keberadaan beberapa agen lokal yang telah dilatih tersebut kemudian membina beberapa informan, tanpa si informan tahu untuk siapa sebenarnya dia bekerja, karena yang terpenting mereka menerima bayaran.

Dikutip dari Tirto, dari artikel berjudul Misi Rahasia Mata-mata di Indonesia, mantan Kepala Badan Intelijen Stategis (BAIS) TNI, Laksda Soleman B Ponto, mengungkapkan, perekrutan mata-mata orang Indonesia buat dijadikan agen intelijen cukup masif, bahkan dengan cara-cara yang cukup halus dengan kerja sama. Mantan Kepala Badan Intelijen Stategis (BAIS) TNI, Laksda Soleman B Ponto, mengungkapkan, perekrutan mata-mata orang Indonesia buat dijadikan agen intelijen cukup masif, bahkan dengan cara-cara yang cukup halus dengan kerja sama. Menurutnya, pola perekrutan para mata-mata itu memang tidak secara langsung dilakukan, namun dalam kacamatanya berkecimpung dalam dunia intelijen, perhatian soal pengkaderan itu menjadi perhatian.

Bukan hanya di BAIS TNI kata Ponto, pola-pola perekrutan agen intelijen asing itu juga masuk ke Kementerian. Meski tidak menyebut secara detail lembaga negara mana saja yang disusupi agen intelijen asing, tetapi Soleman menyatakan perekrutan mata-mata Lembaga Telik Sandi itu masuk dengan cara normatif, misalnya kerja sama pendidikan. Dengan kerja sama itu, kata Soleman, lembaga telik sandi asing itu bisa melakukan penggalangan kepada orang-orang Indonesia dengan tepat sasaran. Karena mereka mengetahui jika orang yang dikader itu memiliki posisi strategis untuk memberikan data juga informasi rahasia.

Terakhir, adakah Ghassem Saberi Gilchalan adalah jaringan terorganisir bagian dari intelijen Israel, Mossad? 

Operasi intelijen Israel secara umum memang ditargetkan untuk memperoleh pengakuan atau pembukaan hubungan diplomatik. Meski Indonesia bukan negara Islam, tetapi pengakuan keberadaan Israel sangatlah penting dan strategis. Keberadaan Kedutaan Israel di Singapura misalnya bukanlah hal baru. Hal ini telah disampaikan kepada pemerintahan Suharto sejak awal tahun 1990an. 

Bila tidak ada lagi rahasia yang dimiliki Republik Indonesia, maka apalah artinya peranan semua institusi keamanan Indonesia karena rawan ditembus oleh operasi intelijen asing. Lalu apa sebenarnya tujuan akhir mereka? Entahlah, mungkin para pembaca Kompasiana bisa memberikan pendapat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun