Mohon tunggu...
Haryo WB
Haryo WB Mohon Tunggu... Penulis - Sinau Bareng
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis merangsang refleksi, jadi jika kamu tidak bisa mereflesikan sesuatu untuk ditulis, tetaplah mencoba untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

'Siskaeee' Mengapa Kamu Jadi Eksibionisme?

8 Desember 2021   19:19 Diperbarui: 9 Desember 2021   18:34 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase Siskaeee di Bandara YIA ditangkap di Kota Bandung dan polisi menunjukkan tangkapan gambar video ((Sumber: Tribunnews)

Kasus video aksi ekshibisionis 'Siskaeee' di kawasan Yogyakarta International Airport (YIA) atau Bandara Kulon Progo juga membuktikan perilaku eksibisionisme seringkali terjadi di moda transportasi publik seperti kereta api, dan bus. Namun, terdapat pula tempat-tempat umum yang menjadi sasaran lokasi pelaku eksibisionisme tersebut, Albert Ellis dan Albert Abarbanel, The Encyclopedia of Sexual Behaviour, 1961.

Masyarakat juga dominan memiliki pemahaman yang cukup kurang mengenai pelaku sehingga ketika eksibisionisme ini terjadi, reaksi yang mereka ekspresikan justru merupakan reaksi yang memang diharapkan oleh pelaku. Perlu diingat bahwa kunci kepuasan pelaku eksibisionisme ini ada pada reaksi atau respon dari korban yang berupa kaget, teriak, jijik bahkan menangis. 

Dari kunci tersebut, kita dapat mengetahui bahwa reaksi-reaksi tersebut wajib untuk dihindari apabila berjumpa dengan pelaku eksibisionisme. Meskipun terkadang sistem refleks kita ketika menemui suatu yang membahayakan terkadang membuat kita refleks berteriak dan lain sebagainya, kita harus mulai menanamkan pengetahuan ini pada memori kita sehingga ketika kita berada dalam kondisi tersebut, otak dapat memberikan sinyal untuk kita bereaksi berlawanan dengan yang diinginkan pelaku. 

Terakhir, psikolog menyarankan ketika kita bertemu dengan pelaku eksibisionisme, hal pertama yang dapat kita lakukan adalah mengabaikannya dengan diam. Dengan mengabaikan pelaku, pelaku tidak akan mendapat Atensi kita sehingga mereka akan gagal memenuhi hasratnya. Kita dapat membelakanginya atau menjauhinya sebagai bentuk ketidakpedulian kita terhadap pelaku. 

Kedua, kita juga dapat memberitahu pelaku dengan tenang bahwa kita akan menghubungi polisi. Hal ini sedikit beresiko karena pelaku dapat sewaktu-waktu menggunakan fisik mereka. 

Untuk tindakan yang lebih aman, kita dapat menjauhi pelaku sambil menghubungi polisi atau pihak yang berwajib. Jika kita tidak bisa lepas atau terperangkap, kita dapat berpura-pura kejang yang akan membuat pelaku ketakutan dan melarikan diri. Anak-anak juga perlu wawasan dalam menghadapi eksibisionisme, kita dapat memberikan edukasi pada anak-anak untuk berteriak "kebakaran" guna mengecoh pelaku (Anandika,2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun