Kurang tepat sasaran? Â Betapa pentingnya berhubungan secara strategis dengan China. Dahulu ketika almarhum Abdurrahman Wahid mengungkapkan hubungan strategis dengan China, dapat dipahami sebagai manuver politik luar negeri Indonesia yang didukung oleh kepentingan ekonomi, sehingga secara politis dapat mendorong keseimbangan hubungan luar negeri Indonesia yang terlalu berat ke AS dan negara Barat. Lagi pula Gus Dur mengungkapkannya secara santai saja dan tidak serepot kesimpulan bahwa kebangkitan China sudah tak terbendung dan berakhirnya peradaban Barat.
Catatan sejarah tentang kekuatan Indonesia sebagai bangsa besar dan bersatu di kawasan Asia cukup baik untuk terus dipelihara. Bahkan sesungguhnya hal ini sangat penting untuk secara terus-menerus menjadi bagian dari pelajaran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk generasi penerus kita.Â
Catatan hitam nan kelam berkepanjangan tentang hubungan intelijen Indonesia dengan intelijen Barat berupa pengkhianatan kepada pemerintahan Presiden Sukarno dan Suharto dapat dijelaskan dalam kerangka kepentingan politik dan idealisme ideologi, dimana terjadi benturan kepentingan strategis yang sesungguhnya kurang mencerminkan kepentingan rakyat dan bangsa Indonesia. Sekarang disaat Indonesia melaksanakan demokrasi, sesungguhnya ujian dalam mengejawantahkan kepentingan nasional akan terus diuji oleh masyarakat Indonesia.Â
Apa sesungguhnya yang menjadi kepentingan bersama kita ini? Apakah kepentingan kita yang mendesak saat ini menjadi pahlawan dunia? tentunya bukan. Kepentingan yang mendesak adalah menyukseskan pembangunan ekonomi nasional yang semakin mantap untuk kesejahteraan nasional yang merata. Selain pemantapan sistem politik demokrasi yang membangun jati diri kebangsaaan Indonesia yang bersih dari korupsi dan perilaku penyalahgunaan wewenang. Dalam kaitan ini, tentunya kita tidak dapat belajar ke China tentang demokrasi karena sistem Partai Tunggal Partai Komunis China. Dengan Pseudo demokrasi dan sistem pembangunan ekonomi campur liberal-sosialis, kita sulit untuk menerapkannya di era demokrasi ini karena akan menimbulkan perdebatan yang tidak berkesudahan.
Memberikan catatan tentang China perantauan dan potensinya, seyogyanya dilihat secara lebih peka dan bijak, karena motivasi pemain bisnis dari bangsa manapun adalah pada potensi keuntungan yang dapat diperoleh, kemudahan dan fasilitas. Sehingga persaingan investasi dan perdagangan, tidak selalu dipengaruhi oleh persaudaraan etnisitas. Andaipun iya, tentu kita harus mampu membangun kesadaran berbangsa dan bernegara yang memperlakukan warga negaranya secara adil. Perhatikan bagaimana komunitas China dan India di Malaysia yang sangat mengeluhkan tentang diskriminasi rasis yang sistematis oleh pemerintahan suku Melayu. Kita sebagai bangsa yang demokratis tentunya tidak akan melangkah mundur seperti Malaysia bukan?
Demokrasi di Indonesia tidak untuk mengintimidasi atau mengajari negara lain tentang demokrasi, tetapi secara pasif menjadi contoh yang baik. Demokrasi Indonesia-pun belum waktunya dipamerkan secara gegabah karena ujian demi ujian harus dihadapi untuk membangun sistem terbaik untuk bangsa Indonesia.
Peradaban Barat yang dikatakan mengalami kerusakan moralitas sebenarnya juga terjadi dimana-mana, sebut saja misalnya di negara kita sendiri, dimana moralitas yang kita banggakan tersebut berada? Perhatikan bagaimana maraknya korupsi, pornografi, dan tingkat kejahatan lainnya. Benarkah kita lebih bermoral daripada orang-orang Barat? Atau benarkah di China lebih baik daripada di Indonesia atau sebaliknya?
People Republic of China adalah negara besar yang sedang terus menanjak menjadi semakin besar. Dengan karakternya yang sangat hati-hati, China belum akan mengambil posisi dominan seperti AS dalam berbagai isu dunia hingga benar-benar kuat. Intelijen China termasuk yang terbaik di dunia dengan segala filosofinya yang kuat, sehingga akan sangat prematur menyarankan hubungan strategis tersebut apabila insan intelijen Indonesia masih senang bermalas-malasan serta tidak pernah memikirkan apa yang akan terjadi di masa mendatang.
Terakhir, tulisan ini hanya sekedar berbagai cara pandang yang sedikit berbeda untuk dapat meningkatkan kemampuan bersama dalam mengawal perjalanan bangsa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H