Mental illness bisa dialami oleh siapapun tanpa memandang usia, jenis kelamin, geografi, pendapatan, status sosial, ras atau etnis, agama atau spiritualitas, orientasi seksual, latar belakang atau aspek identitas budaya lainnya.
Mental illness atau penyakit mental bukanlah hal yang memalukan, karena ini termasuk masalah medis, seperti penyakit jantung atau diabetes.
Mental illness, menurut situs Psychiatry, adalah kondisi kesehatan yang melibatkan perubahan emosi, suasana hati, pemikiran,perilaku atau kombinasi dari semuanya. Penyakit mental umumnya dikaitkan dengan kesusahan dan / atau masalah yang berfungsi dalam kegiatan sosial, pekerjaan atau keluarga. Penyakit mental bisa diobati. Sebagian besar penderita mental illness juga bisa terus berfungsi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Contoh penyakit mental termasuk depresi, gangguan kecemasan, skizofrenia, gangguan makan, dan perilaku adiktif.
Ada banyak kondisi berbeda yang dikenal sebagai penyakit mental. Berikut ini jenis mental illnes yang umum terjadi seperti dilansir dari WebMD. Diantaranya, gangguan stres pascatrauma (PTSD) PTSD adalah suatu kondisi yang dapat berkembang setelah peristiwa traumatis dan / atau menakutkan, seperti serangan seksual atau fisik, kematian orang yang dicintai, atau bencana alam. Orang dengan PTSD sering kali memiliki pikiran dan ingatan yang abadi dan menakutkan tentang kejadian tersebut, dan cenderung mati rasa secara emosional.
Orang yang mengalami penyakit mental tentu membutuhkan bantuan untuk menghadapi masalah-masalah di kehidupannya. Menemukan terapis atau psikolog seharusnya tidak menjadi keputusan yang terburu-buru. Ini akan membutuhkan sedikit waktu dan usaha. Dilansir dari laman Psychcentral, berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan untuk memilih terapis yang tepat: riset; carilah yang berpengalaman; cobalah untuk membuat koneksi awal; periksa perizinan; tidak pernah puas.Â
Terakhir, belajar dari kasus Novia Widyasari Rahayu, jalan keluar untuk orang tua dalam menghadapi masalah mental anak salah satunya dengan membentuk keluarga itu nyaman terlebih dahulu tanpa harus ada pertengkaran setiap waktu dan tanamkan rasa percaya pada anak bahwa setiap masalah memiliki jalan keluar. Se-introvet apapun, ketika kondisi keluarga dalam zona nyaman si anak perlahan akan mulai bercerita tentang keluh kesahnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI