"Cantik" dan "mematikan" adalah dua deskripsi yang dapat menggambarkan hewan laut yang satu ini. Hewan ini memiliki nama ilmiah Odontodactylus scyllarus namun lebih dikenal sebagai peacock mantis shrimp (udang mantis merak). Terlepas dari namanya, udang mantis merak sama sekali bukan udang. Hewan ini termasuk dalam kelompok stomatopoda, kerabat jauh kepiting, udang, dan lobster (Daly, dkk 2017: 374). Udang mantis merak adalah hewan yang memiliki bentuk dan sifat yang mirip mantis atau belalang sembah karena suka "meninju" mangsanya. Binatang ini juga memiliki warna kulit yang sangat cantik dan cerah seperti burung merak.
Habitat dan Distribusi
Udang mantis merak dapat ditemukan di kedalaman 3-40 m, meskipun biasanya ditemukan di kedalaman 10-30 m di daerah tropis dan subropis. Hewan ini lebih menyukai tempat dengan suhu air yang berkisar pada 22-28C. Udang mantis merak ini sering menghabiskan sebagian besar hidupnya menyendiri dalam lubang bebatuan yang digalinya di dasar laut, dekat terumbu karang di dekat pangkal terumbu karang, di daerah berpasir, dan berkerikil (Caldwell 2006: 1).
Bila ada binatang yang mendekat, hewan ini akan menyerangnya tanpa ampun. Udang mantis merak memiliki panjang tubuhnya antara 3-18 cm dan hanya keluar dari dalam sarang pada siang hari untuk mencari makan atau berpindah tempat. Distribusi hewan ini tersebar luas dari Jepang ke barat Samudera Hindia (Manning 1967: 834).
Sangat Ganas
Meskipun cantik, akan tetapi hewan ini sangat buas. Udang mantis merak memiliki dua senjata yang disebut tongkat daktil dan cakar. Cakar digunakan untuk menusuk mangsa. Sedangkan tongkat daktil berfungsi untuk memukul mangsanya. Ketika tongkat daktil mencapai target mereka, maka pukulan tersebut dapat menghancurkan pertahanan dan membunuh mangsanya seketika. Udang mantis merak meninju untuk mencari makan dengan memecahkan cangkang kepiting, kerang, dan biota laut lainnya. Lapisan terluar dari tongkat daktil berbahan dasar hidroksiapatit yang sangat padat dan kuat. Senyawa ini adalah bahan yang sama yang terdapat pada tulang dan gigi manusia Di bawah lapisan tersebut juga terdiri dari beberapa lapisan hidroksiapatit yang tidak mengkristal. Kemudian pada bagian dalam mengandung kitin (senyawa yang sering ditemukan pada cangkang atau eksoskeleton kelompok krutasea) dalam bentuk heliks dengan lapisan-lapisan hidroksiapatit (Weaver dkk 2012: 1275-1277).
A. Tongkat daktil udang mantis merak (Caldwell 2006: 1)
 B. Stuktur tongkat daktil (Cronin dkk 2006: 299)
Penglihatan yang IstimewaÂ
Udang mantis merak memiliki mata pengintai paling kompleks di kingdom animalia. Setiap mata mengandung 12 fotoreseptor yang memungkinkan bagi jenis warna. Sebagai perbandingan, mata manusia biasanya mengandung tiga jenis sel peka cahaya untuk melihat warna merah, biru, dan hijau. Keistimewaan matanya tersebut membuat udang mantis merak dapat melihat binatang lain yang tubuhnya transparan, semi transparan, atau binatang lain yang sisiknya berkilauan. Oleh karena itu, hewan ini dapat dengan jelas membedakan antara mangsa dan predatornya. Selain itu, melalui polarisasi cahaya yang dibentuknya, udang mantis merak dapat berkomunikasi dengan sesama spesiesnya tanpa diketahui predator (Land, dkk 1990: 156-162).
Referensi
Caldwell, R. 2006. Stomatopods for the Aquarium, Species: Odontodactylus scyllarus. 1 hlm. https://ucmp.berkeley.edu/arthropoda/crustacea/malacostraca/eumalacostraca/royslist/species.php?name=o_scyllarus, diakses pada 20 November 2020 pk 20:44 WIB.
Cronin, T.W., R.L. Caldwell & J. Marshall. 2006. Learning in Stomatopod Crustaceans. International Journal of Comparative Psychology 19: 297--317.