Mohon tunggu...
Haryono Suyono
Haryono Suyono Mohon Tunggu... -

saya seorang wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sidang MKD : Menang, Kalah, Draw

4 Desember 2015   12:50 Diperbarui: 4 Desember 2015   15:12 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

2 hari berturut turut kita dicekoki pertandingan secara live dibeberapa stasiun TV seperti Turnamen Sepak Bola Piala Jendral Sudirman. Persis seperti turnamen yang disiarkan Net TV, dari siang sampai malam, ada water breaknya, ada babak ke dua, babak tambahan sampai dini hari, ada adu penalti karena gak ketemu pemenang secara voting.

Bedanya, kalo sepakbola yang bertarung adalah pemain, yang menjadi penengah dan pengatur pertandingan adalah wasit & hakim garis . Nah kalo turnamen MKD CUP, para hakim yang harusnya jadi pengadil malah sibuk menjadi pemain, bertarung habis habisan...terus yang jadi wasitnya siapa?

Kita sih tetap sebagai penonton, pasti dibuat bingung, ini siapa lawan siapa kok hakimnya bertarung sendiri, terus penonton dibuat bingung, ini yang diadili siapa kok pengadu dan saksi malah diserang habis, mungkin untuk kebaikan mereka sebaiknya diambil keputusan draw saja...win win, tak ada  yang merasa terkalahkan.

Kita dirumah tertawa bukan karena lucu, tapi ketularan gila...kok bisa ya orang orang seperti itu duduk mewakili rakyat, kok ada yg mau milih, dengan kualitas Nurani yang maap maap ... Cerdas mungkin cerdas (kalo mungkin lebih tepatnya licik/licin) karena disaat menjelang sidang ada pergantian pemain yang siap bertarung dengan rencana yg mengacaukan permainan lawan.Tapi yang lebih lucu lagi, dari partai pendukung pemerintah malah terjebak irama permainan, meladeni debat debat pak kusir yang otomatis buying time sepeti yang diharapkan mereka (Bodoh alias kurang cerdas men).

Ini perang opini di depan publik, dapat siaran langsung gratis, tapi strategi permainannya kurang menukik dari awal, ketika aktor hakim yg berperan sebagai pengacara SS terus melebarkan / mengaburkan pertanyaan untuk menjauhi target SS dengan harapan membuat tipuan kamera kepada publik, bahwa pengadu inilah tersangkanya. Mereka memang harus begitu sesuai peran dan  yang diskenariokan. Para pendukung pemerintah malahan lebai ketika diberi kesempatan bertanya, sok2an ikut menekan saksi pengadu dengan dalih harus objectif, lahhh....lawan sudah jelas membuat trik bertanya yang membunuh karakter, terus mengacaukan sidang dengan harapan sidang bisa digagalkan, ditunda atau berbalik arah membuat pengadu sebagai yang diadukan.

Harusnya hakim2 MKD pendukung pemerintah segera fokus ini SS melanggar etik tidak, segera voting siapa setuju pelanggaran siapa siapa tidak setuju, kan mereka pasti menang, malah debat2 gak jelas.

Bro, kita gak bodo bodo amat....itu sidang mau mengarah kemana dan akan jadi barang apa kita sudah tau....itu lembaga politik, yang memang harus berpolitik, terlepas itu baik atau buruk, itulah namanya politik.

Ketika rekaman sudah terlempar ke area publik, dengan pemahaman berbeda beda tergantung ragam kelas masyarakat, tim eksekutif seperti Presiden, Menteri, Kejaksaan, Kepolisian, KPK harus terus membuka kotak pandora mafia migas dan menggaungkan isu itu terus menerus sampai betul2 terbuka betul betul.

Kalo nggak, seperti biasa masyarakat bingung, akhirnya lupa dan kembali menjadi Sinetron Politik seperti Skandal Century dan yang yang lain lain.

Dan kita netizen harus bergandengan tangan untuk terus menerus mengingatkan kepada masyarakat politisi2 busuk untuk di ingat ingat mukanya. Minimal kalo orangnya gak tau malu, ya saudaranya, keluarganya atau tetangganya malu.

Hanya itu yang bisa kita lakukan, Besok tanggal 9 desember saatnya memberi hukuman kepada partai 2 yang menggadaikan nurani untuk jadi pemimpin disekitar kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun