Mohon tunggu...
Haryono
Haryono Mohon Tunggu... Freelancer - Digital Strategy - PT Babada Wasaka Indonesia dan Bertravel Media

Suka jalan-jalan, menikmati kuliner, suka dengan suasana alam dan tata kota. Bekerja sebagai digital strategy di Pekanbaru, Riau. Kerja part time sebagai owner agency digital marketing yang membantu UMKM dan korporasi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Keberhasilan Gojek Jadi Bukti Kegagalan Pemerintah Memberikan Layanan Transportasi Umum

4 Oktober 2024   14:45 Diperbarui: 4 Oktober 2024   14:45 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : CNBC Indonesia

Transportasi umum adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sayangnya, di Indonesia, kita masih menghadapi masalah serius terkait layanan transportasi publik yang layak.

Pemerintah seharusnya menjadi garda terdepan dalam menyediakan infrastruktur dan layanan transportasi yang memadai. Namun, kenyataannya justru sebaliknya, pemerintah tidak peduli dan mengabaikan pentingnya transportasi umum.

Salah satu bukti kegagalan ini terlihat dari munculnya startup transportasi seperti Gojek, yang meskipun berhasil menjadi unicorn, sesungguhnya adalah cerminan dari kekurangan layanan transportasi publik yang disediakan oleh pemerintah.

Gojek adalah Solusi di Tengah Kegagalan

Gojek telah berhasil menjadi salah satu startup terbesar di Indonesia, menawarkan berbagai layanan mulai dari ojek hingga pembayaran.

Keberhasilan Gojek menunjukkan adanya kebutuhan mendesak akan transportasi yang efisien dan mudah diakses.

Namun, di balik kesuksesan ini, ada pertanyaan besar: 

Mengapa masyarakat harus bergantung pada aplikasi seperti Gojek untuk transportasi yang layak?

Faktanya, banyak orang di Indonesia lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada angkutan umum yang tidak memadai. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah gagal memenuhi kebutuhan dasar masyarakat akan transportasi. Transportasi umum yang tersedia belum berhasil menjadi solusi bagi masyarakat Indonesia.

Sebagai contoh, di negara seperti Singapura, transportasi publik sudah terintegrasi dengan baik. Masyarakat di sana tidak tergantung pada kendaraan pribadi karena layanan transportasi umum seperti bus dan MRT berfungsi dengan sangat baik.

Pembelajaran dari Singapura

Ketika kita membandingkan Indonesia dengan Singapura, jelas terlihat perbedaan mencolok dalam hal pengelolaan transportasi publik.

Di Singapura, pemerintah telah berinvestasi besar-besaran dalam infrastruktur transportasi, memastikan bahwa setiap warga negara memiliki akses ke layanan transportasi yang aman, cepat, dan nyaman.

Halte-halte bus dan stasiun MRT dirancang dengan baik, memudahkan masyarakat untuk berpindah dari satu moda transportasi ke moda lainnya. Dalam waktu singkat pengguna transportasi umum seperti kereta MRT bisa berpindah ke halte bus yang tersedia.

Di sisi lain, di Indonesia, ada banyak halte bus yang tidak terawat dan sistem transportasi umum yang tidak terintegrasi. Ini membuat masyarakat merasa tidak nyaman dan tidak aman saat menggunakan transportasi umum. Akibatnya, banyak yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, yang justru memperburuk kemacetan dan polusi.

Saya sebagai warga kota Pekanbaru, ingin memberikan gambaran bahwa halte di Pekanbaru sangat tidak terawat. Kita bisa melihat banyak sekali halte yang rusak, banyak coretan vandalisme, promosi sembarangan dan banyak hal yang mengganggu estetika halte di Pekanbaru. 

Saya pernah ke Singapura pada bulan Januari 2024 bersama keluarga dan anak saya yang masih bayi, dan merasakan perbedaan yang sangat jauh dengan transportasi umum di Pekanbaru khususnya dan Indonesia umumnya. Sebagai wisatawan, fasilitas transportasi umum yang disediakan oleh pemerintah Singapura sangat memudahkan wisatawan.

Selain itu transportasi umum Singapura sangat memperhatikan kaum difabel dan orang tua yang sudah sepuh. Namun itu tidak berlaku di Pekanbaru termasuk wilayah lain di Indonesia. Ketika itu, meskipun ada bayi dalam gendongan kami sekeluarga merasakan kenyamanan berwisata dan menikmati transportasi umum di Singapura.

Dampak dari transportasi umum yang baik, banyak wisatawan yang datang ke negara singa ini. Berdasarkan data dari detiktravel (28/3/2024) jumlah wisatawan mancanegara tahun 2023 tercatat sebanyak 13.6 juta dan sebagian besar ini berasal dari Indonesia. 

Siapa pun itu, meskipun bukan warga negara Singapura pasti nyaman dengan transportasi umum di negara ini dan ini sudah dibuktikan dengan data.

Sumber Gambar : Kompas.id
Sumber Gambar : Kompas.id

Subsidi dan Kebingungan Pemerintah

Satu aspek lain yang patut dicermati adalah kebingungan pemerintah dalam mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM). Masyarakat sering kali mengeluh tentang tingginya subsidi yang dikeluarkan pemerintah, namun akar permasalahannya adalah kurangnya alternatif transportasi yang layak.

Jika pemerintah memberikan layanan transportasi umum yang baik, masyarakat tentu akan lebih cenderung beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum. Dengan begitu, beban subsidi BBM bisa berkurang.

Memang betul membangun transportasi umum membutuhkan investasi besar, tapi ini hanya berlaku diawal saja. Selanjutnya hanya perlu biaya maintenance atau perbaikan saja. 

Kuncinya ada dipemerintah sebagai pemegang kebijakan. Kita tidak bisa mengurangi penggunaan BBM bersubsidi jika hanya menaikkan harga minyak. Kenaikan harga minyak bersubsidi hanya akan menambah inflasi dan kenaikan harga barang lainnya.

Jika pemerintah mengoptimalkan penggunaan transportasi umum, memberikan prioritas pada transportasi umum maka sedikit demi sedikit masyarakat akan beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum. Maka dengan sendirinya beban subsidi negara untuk BBM akan berkurang.

Harapan untuk Perubahan

Agar situasi ini bisa berubah, pemerintah perlu lebih serius dalam merencanakan dan mengembangkan sistem transportasi publik yang baik.

Hal ini tidak hanya akan mengurangi kemacetan dan polusi, tetapi juga akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Masyarakat berhak mendapatkan layanan transportasi yang layak, aman, dan nyaman.

Dengar suara rakyat dan mengambil langkah konkret untuk memperbaiki sistem transportasi publik di Indonesia. Rakyatlah yang paling merasakan kondisi transportasi umum Indonesia yang masih semrawut. Merasakan kemacetan panjang hingga berjam-jam sedang pejabat dengan mudah bisa menerobos kemacetan dengan pengawalan polisi dan strobo mobil yang dinyalakan.

Ambil Pelajaran dari Setiap Kejadian

Keberhasilan startup seperti Gojek seharusnya menjadi pelajaran, bukan hanya sekadar prestasi. Kita semua ingin hidup di negara di mana transportasi publik bukan hanya sekadar impian, tetapi kenyataan yang dapat dinikmati oleh semua orang. Keberhasilan Gojek dalam bisnis transportasi patut dibanggakan karena keberhasilan pemerintah membangun ekosistem bisnis di Indonesia.

Namun perlu disadari bahwa keberhasilan ini adalah bukti pemerintah gagal memberikan solusi bagi masyarakat Indonesia, sehingga dengan lambatnya penanganan dari pemerintah maka pihak swasta turun memberikan solusi dan mendapatkan keuntungan dari sana.

Gojek bisa berhasil di Indonesia karena sistem transportasi negara Indonesia bermasalah. Namun Gojek tidak akan berhasil di Singapura, Malaysia, Eropa dan negara maju lainnya karena negaranya sudah menyiapkan sarana transportasi yang baik.

Kementrian Pariwisata sering kali menargetkan jumlah wisatawan asing ke Indonesia sekian juta. Pertanyaannya, apakah infrastruktur untuk perpindahan manusia sudah di siapkan di seluruh penjuru tanah air? Tidak ada cara lain, transportasi umum massal adalah solusi. Selagi transportasi umum tidak tersedia dengan baik, kenaikan jumlah wisatawan asing akan menjadi omong kosong belaka. 

Pergilah ke negara lain, anda akan menemukan fakta bahwa wisatawan lebih menyukai transportasi umum dibandingkan dengan sewa kendaraan pribadi dan tidak semua wisatawan akan menggunakan aplikasi Gojek, Maxim dan Grab untuk berwisata. Pasti menggunakan transportasi umum.

Pertanyaan mau sampai kapan Indonesia seperti ini? Dalam hal ini saya memberikan kritik kepada Kementrian Perhubungan dan pemerintahan Indonesia karena kinerja anda masih buruk dan tidak kompeten. Pemerintah belum berhasil memahami akar dari permasalahan dari kemacetan kota, beban biaya subsidi negara, inflasi, polusi kota, sedikitnya jumlah wisatawan asing dan permasalah lainnya.

Silahkan berpikir dan jalankan akal sehat untuk mencerna solusi permasalahan yang ada di Indonesia.


Kompas.id

CNBC Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun