Mohon tunggu...
Rena Siva
Rena Siva Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

https://www.wattpad.com/user/Rena_Siva Instagram : rena_siva08 Salam kenal. Terima kasih sudah mampir ke blog saya. Hanya satu pesan jangan menyalin karya saya tanpa izin ya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Desahan Rindu Langit dan Bumi

30 Desember 2017   11:17 Diperbarui: 30 Desember 2017   11:22 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sengaja! Bumi memang sengaja memutarkan tubuhnya untuk mengoda Langit. Bahkan ia rela mengelilingi Matahari agar Langit paham jika Bumi menginginkannya. Tapi mengapa Langit tak pernah sekalipun menemuinya. Hanya sekedar melambaikan tangan dengan Awan Putihnya pun dia tak sanggup. Bumi mendesah frustasi. Kenapa? Kenapa Langit tak pernah turun menemuinya? Apakah Langit tak pernah sekalipun jatuh hati padanya?

Lalu, untuk apa dia susah payah melindunginya dari sengatan panas Matahari? Apakah hanya untuk mempermainkan perasaannya?

Sungguh, kau picik Langit.

Bumi tak bisa menahan diri lagi. Ia keluarkan Lava Panas dari tubuhnya sendiri. Sakit! Memang rasa sangat sakit! Inilah bentuk luapan emosi yang sengaja ia tujukan untuk Langit. Agar dia mengerti jika saat ini bukan cinta yang ia rasakan lagi tapi rasa benci yang timbul karena sikapnya.

Langit panik. Saat ini dirinya tengah resah. Kenapa Lava Panas muncul di permukaan Bumi? Ada apa dengan Bumi? Langit tak sanggup melihat Bumi yang tersakiti. Langit memalingkan muka, tak tahan lagi memandang penderitaan Bumi. 

Mungkin hanya cara ini yang dapat dia lakukan untuk Bumi. Walaupun harus sedikit menyakiti Bumi, Langit harus melakukannya.

Awan Hitam muncul di Langit. Petir dengan ganas menyambar permukaan Bumi. Gumpalan Es mulai mencair. Langit sadar senekat apapun dia turun ke Bumi. Dia tak kan bisa. Bahkan tak akan pernah bisa. Karena dia hanya ditakdirkan untuk memandang Bumi bukan berjumpa dengannya.

Tetes demi tetes air mulai jatuh ke permukaan Bumi. Ada kesegaran yang ia rasakan saat ini. Lava Panas mulai terhenti. Bumi merenung. Hujan! Untuk apa Langit mengirimkannya? Bumi memeluk dirinya dalam diam. 

Apakah Langit tengah menangis? Hati Bumi menjadi bimbang. Rasa bencinya perlahan luntur dan kini Airmata ini menjadi saksi jika Langit selalu mencintai Bumi meski dari jauh.

27 Desember 2017

Catatan Rena Siva

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun