Mohon tunggu...
Haryani Syakieb
Haryani Syakieb Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pembodohan - Seolah Dijajah Negeri Sendiri (Seolah Menurunkan Harga BBM)

3 Januari 2015   05:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:55 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Permasalahan BBM bersubsidi oleh Pemerintah serasa tak pernah bosan dibahas. Pasalnya BBM ini menentukan semua bahan pokok rakyat Negeri. Kenaikan BBM berdampak besar bagi rakyat menengah ke bawah yang menjadi semakin tercekik, memutar balikkan otak agar bisa bertahan hidup. Sedangkan rakyat menengah ke atas makin menjadikan dirinya bergelimpang harta. Mengapa? Karena BBM adalah bahan utama transportasi untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan manusia. Yang jelas BBM bersubsidi sangat diperlukan oleh rakyat kecil Indonesia. Namun, apakah pemerintah masa kini memikirkan nasib rakyat kecil dengan menaikkan harga BBM, lalu seolah olah menurunkan harga BBM pada awal tahun baru 2015? Yah, mari kita kupas yang sebenarnya dari masa jabatan kepemimpinan presiden ke tujuh RI ini.

1.Kebijakan Presiden ke tujuh untuk masyarakat Indonesia pada awal kepemimpinannya adalah menaikkan harga BBM bersubsidi. Alasannya anggaran negara yang sudah sekarat. Mereka bilang terpaksa menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar Rp2.000,00,- (dari Rp6.500,00,- menjadi Rp8.500,00,-) pada bulan November 2014 lalu. Dan hal ini hanya berlaku selama dua bulan saja (November s.d. Desember).

2.Pada 1 Januari 2015, Pemerintah seolah-olah menurunkan harga BBM tersebut sebesar Rp900,00,- (dari Rp8.500,00,- menjadi Rp7.600,00,-). Seolah-olah membuat rakyat Indonesia senang. Padahal nggak juga! Coba bayangkan, dua bulan kemarin BBM naik, semua yang bersifat komersial ikutan naik. Mulai dari jasa angkot/bus, sembako, barang elektronik, dan sebagainya. Sangat berpeluang kecil mereka ikut  menurunkan harga juga, menilik BBM yang seolah diturunkan tidak lebih besar dari kenaikan. Lalu, kenapa harga BBM nggak langsung dinaikkan sebesar Rp1.100,00,- saja (dari Rp6.500,00,- menjadi Rp7.600,00,-)?

Di balik itu semua tersimpan kecerobohan Pemerintah atau pembodohan rakyat semata layaknya dijajah oleh Negeri sendiri, atau rencana terselubung demi pencitraan nama baik kepada rakyat kecil yang tak berpikir dalam. Mari kita kupas satu per satu kebijakan Jokowi tersebut, untuk selanjutnya Anda sendiri yang menentukan alasan apa yang tepat dari tragedi (seolah) penurunan BBM per 1 Januari 2015 ini.

Berikut adalah paparan fakta yang dilakukan oleh Pemerintah pada rakyatnya selama masa jabatan yang masih seperempatnya seperempat:

1.Anggota DPR, Lucky Hakim dalam tweetnya pada November kemarin menyatakan bahwa:

-Presiden menaikan harga BBM tanpa persetujuan DPR, ini tidak sesuai dgn UU APBN pasal 7 ayat 6a.

-Pasal 7: pemerintah hanya dpt menaikkan harga BBM tanpa persetujuan DPR bila harga minyak dunia naik hingga 15% di atas asumsi APBN

- Baca UUD1945 pasal 23 ayat 1,2 dan 3. intinya perencanaan, perubahan &pelaksaanan APBN harus mendapat persetujuan DPR.

Dari pernyataan ini, presiden baru itu membrasakkan kebijakannya sendiri. Dia melanggar aturan negara, UUD 1945 yang sudah diamandemen. Apakah beliau mau mengubah isi UUD 1945?!? Pasalnya, pada saat itu harga minyak dunia sedang mengalami penurunan, yakni di bawah US$70/barel sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dollar masih di bawah Rp12.000,00,- . secara tidak langsung, Pemerintah mencekik rakyat hanya dengan alasan membayar hutang negera. Mengapa? Karena kenaikan harga BBM bersubsidi memiliki dampak besar bagi kehidupan negara, di mana BBM bersubsidi berpotensi untuk menaikkan harga di berbagai sektor komersial. Lalu, apakah ini yang namanya subsidi?

2.Per tanggal 1 Januari 2015, Pemerintah seolah menurunkan harga BBM besubsidi, padahal kenyataannya BBM memang harus diturunkan mengingat harga minyak dunia yang terus menerus anjlok. Padahal lembaga keuangan global sudah mengabarkannya  sejak bulan April-Mei. Pemerintah saja yang tidak tahu menahu, sehingga seolah kabar itu datang mendadak. Jika saja Pemerintah sudah memperhitungkan semua dengan tuntas, pasti kenaikan BBM bulan November kemarin tidak perlu terjadi. Sehingga rakyat kecil tak perlu dibodohi. Pasalnya, BBM yang seolah diturunkan kini tak mendapat subsidi dari Pemerintah.mengapa? Karena BBM yang seolah turun memang wajib diturunkan mengingat semakin anjloknya harga minyak dunia. Suatu kebijakan yang mencengangkan bagi rakyat kecil Indonesia. Harga BBM diturunkan, subsidi dicabut!

Entahlah  ini semua karena apa, mungkinkah karena
1. kecerobohan Pemerintah,

2. pembodohan rakyat semata layaknya dijajah oleh Negeri sendiri, atau

3. rencana terselubung demi pencitraan nama baik kepada rakyat kecil yang tak berpikir dalam

Semua kembali pada diri masing-masing, Anda melihat kebenaran dari sudut pandang yang mana. Yang pasti lihatlah kebenaran secara universal, namun tetap berpikir mendalam dan radikal (menilik dari Filsafat Ilmu). Selamat mengapresiasi kabinet kerja.... kerja.... kerja yang kita sendiri tak tahu apakah mereka 'kerja keras' , 'kerja cerdas' ,  'kerja ikhlas', atau kerja dengan 'ketiga tiganya'?!? [yan]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun