Suatu kali orang kesayanganku mengajakku untuk berdiskusi. Aku suka sekali berdiskusi dengannya. Bukan karena dia adalah kesayangan, melainkan dia adalah orang yang berpikiran terbuka. Jadi, apa pun yang kubagi, dia bisa menyikapi dengan jernih dan objektif.
Yang kami bagi adalah bentuk-bentuk pengalaman dan pengertian yang kami temukan dalam keheningan atau meditasi. Aku sering membagikan pengalamanku tentang perjalanan menyelesaikan luka batin, melampaui sisi gelap, bahkan pengalaman bertemu dengan makhluk-makhluk dari dimensi lain, baik dimensi bawah maupun dimensi atas.
Hari itu dia berbagi pengalaman tentang tuntunan dari Guru Sejati (GS) miliknya yang ditemukannya dalam keheningan. Tuntunan GS-nya berupa tuntunan untuk bertindak pada keputusan yang besar dalam hidupnya. Keputusan yang akan mempengaruhi kehidupan yang sudah dibangunnya sejak lama.
Bagiku ini keren. GS-nya bisa menunjukkan gambaran tentang masa depannya.
"Waktu hening tadi, aku dapat tuntunan dari Guru Sejati untuk meninggalkan orang-orang terdekat yang tidak sevibrasi dan sefrekuensi denganku sekarang."
Aku kaget. Aku 'kan termasuk orang yang dekat dengannya. Apakah itu termasuk aku yang ditinggalkannya?
Aku tenangkan diriku, "Apa? Bisa diulang, nggak?"
"Iya, tuntunan untuk meninggalkan orang-orang terdekat yang nggak selaras," ulangnya dengan nada yakin, tanpa keraguan.
"Oh, yang nggak selaras. Berarti bukan aku, ya," timpalku lega.
Aku rasa aku dan dia memang punya keselarasan vibrasi dan frekuensi. Perlu diketahui, aku yang mengajaknya untuk ada di jalan yang penuh keselarasan ini, jalan spiritual yang dipandu oleh Guru Setyo Hajar Dewantoro.