Morowali, Sulawesi Tengah - Kekayaan alam berupa deposit nikel di Morowali, Sulawesi Tengah telah menjadi pusat perhatian dunia dalam industri pertambangan. Salah satu Perusahaan terbesar yaitu PT. IMIP seluas 4000 hektar. Namun, di balik kekayaan yang terkandung di Morowali telah memberikan dampak buruk yang merusak lingkungan sekitarnya. Selain itu, daerah ini juga sering terkena banjir, yang mengakibatkan kesulitan bagi para nelayan dalam menangkap ikan dan mencari nafkah.
Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh industri pertambangan nikel di Morowali telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Deforestasi yang masif dan perusakan habitat alami untuk memberikan ruang bagi kegiatan pertambangan telah mengurangi kemampuan hutan untuk menyerap air dan mengatur aliran sungai. Hal ini meningkatkan risiko banjir yang sering melanda daerah tersebut.
Dalam musim hujan, air hujan yang jatuh tidak dapat terserap oleh hutan yang telah dirusak. Dampaknya, air meluncur dengan cepat ke sungai-sungai dan menimbulkan banjir yang merendam wilayah sekitarnya. Banjir ini tidak hanya mengancam keselamatan penduduk, tetapi juga merugikan sektor perikanan. Menurut laporan dari BNPB bahwa, tahun 2002 hingga April 2023 ada 384 terjadi banjir di Sulteng. 2020, 2021 dan 2022 merupakan tahun yang sering mengalami banjir. Sedangkan 2023 ini , Sulteng sudah mencapai 11 kali.
Masyarakat terkhusus para nelayan di Morowali menghadapi kesulitan dalam menangkap ikan akibat kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh industri pertambangan nikel. Ekosistem  yang rusak akibat limbah perusahaan  mengganggu habitat ikan, sehingga mengurangi populasi ikan yang dapat ditangkap. Para nelayan harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan mencari sumber penghasilan alternatif di tengah kondisi yang sulit. Kata Basrun seorang nelayan setempat "Dulu kita menangkap ikan hanya dekat sini-sini saja saja, tapi akibat dampak perusahaan kita sekarang mencari itu ikan harus keluar jauh. Sedangkan itu, kita keluar jauh dan susah butuh waktu satu jam perjalanan." Kamis (08/6/2023).
Pemerintah dan pemangku kepentingan terkait harus segera mengambil tindakan untuk mengatasi dampak buruk ini. Perlindungan dan rehabilitasi lingkungan harus menjadi prioritas utama. Pengelolaan limbah dan sungai yang baik, reboisasi, dan konservasi harus dilakukan untuk mengurangi risiko banjir dan memulihkan ekosistem yang rusak.
Selain itu, pemerintah perlu memberikan dukungan kepada para nelayan dengan cara memberikan alternatif penghasilan, pelatihan, dan akses ke sumber daya yang berkelanjutan. Investasi dalam sektor perikanan dan diversifikasi ekonomi lokal juga dapat membantu masyarakat menghadapi tantangan yang dihadapi.
Kerusakan lingkungan di Morowali akibat industri pertambangan nikel harus menjadi perhatian serius bagi semua pihak terkait. Hanya dengan tindakan yang tepat dan komitmen bersama, kita dapat mengatasi masalah ini, melindungi lingkungan, dan memastikan kesejahteraan bagi masyarakat Morowali yang masih bergantung pada sumber daya alam yang terdapat di daerah mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H