Hoax sebuah Anomali.Â
Lazimnya, sebuah hazard, atau hal-hal yang berpotensi menimbulkan kerugian bilamana risiko itu terjadi, yang dinilai adalah representasinya, penyebarannya, dan pengetahuan tentang hazard itu sendiri. Dalam manajemen pengetahuan (Knowledge Management), penyebaran dan representasi pengetahuan itu akan terjadi bilamana terdapat proses transformasi, yang meliputi kehadiran, pemindahan, sudah teruji dan tersaji dengan baik dan dapat dikembangkan menjadi pengetahuan baru. Bagaimanapun, sebuah pengetahuan akan terbentuk bilamana eksposur risiko benar-benar terungkap sebelum segala sesuatunya berjalan salah. (Clive Smallman. Source : Risk Management, Vol.1, No.4, (1999). Oleh karena itu proses terjadinya hoax sulit untuk diidentifikasi, karena tidak dinamisnya proses perubahan interaksi dari kondisi ke kondisi yang lain.
Dalam tata kelola pemerintahan yang normal, pengembangan budaya akan didorong secara normal pula. Penyimpangan tata kelola politik dan ideologi akan melahirkan peluang adanya risiko yang bebahaya. Apabila beban informasi yang berlebihan tidak diimbangi dengan penanganan yang tepat, dampaknya akan terlihat pada perilaku penanganan risiko pada sebaran konstruksi sosial. Sehingga meningkat pula eskalasi pemahaman yang salah tentang suatu permasalahan. Dalam kondisi yang stagnan dan pembiaran terhadap tindakan koreksi dengan caranya sendiri tanpa didasarkan pada kebijakan yang lazim akan membawa dampak yang destruktif.
Lazimnya, sesuatu yang terlanjur salah akan berakibat pada penyesalan. Namun sayang, sepertinya tidak pada hoax. Lantas, siapa yang memulai dan siapa yang harus mengakhiri? Bilamana banyak pihak sudah terlibat, dan tenggelam dalam lautan akibat, lupa untuk menelaah sebab. Bak orang meludah enggan pula untuk menjilat kembali.
o~~~~o
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H