(Hanya) Beginilah Kekuatan Kita
Pada tanggal 15 Desember 2014 lalu saya masih menulis tentang asa Indonesia pada perhelatan kompetisi antarklub terakbar se-Asia (Asia Champions League), Persib masih memiliki asa untuk memberi sepotong kebanggaan untuk negeri ini.
Tulisan terdahulu :Â Persib dan Asa Indonesia di Liga Champions Asia
Tak hanya saya, banyak pecinta bola tanah air yang menaruh harapan pada juara ISL 2014 ini untuk membuktikan bahwa Indonesia layak untuk mempunyai wakil di LCA. Namun apa daya, harapan itu ternyata menjadi sepenggal mimpi yang urung menjadi kenyataan dan harus kita kubur dalam-dalam.
Pada Selasa (10 Feb 2015) bahkan saya tidak menyaksikan pertandingan secara langsung karena saya membolak-balik Harian Superball ternyata memang tidak disiarkan secara langsung oleh televisi nasional. Malam itu berdoa saja sambil memantau twitter.
Seperti sudah diketahui, Persib dengan dengan status Juara ISL, Liga kasta tertinggi di Indonesia digelontor 4 gol tanpa balas oleh Hano T&T yang saat ini di liga domestik berperingkat kurang bagus.
Ya, pada akhirnya Persib harus turun kasta dan bertempur di AFC Cup besama Persipura. Lagi-lagi Indonesia tidak punya wakil di gelaran LCA.
Tentu kita lagi-lagi harus berkaca pada kegagalan ini. Arema pun akhirnya juga gagal berlaga di AFC Cup oleh karena kekalahan Persib ini. Prestasi klub-klub Indonesia memang merepresentasikan kualitas Liga Indonesia. Bagaimana Hanoi bermain dengan mengandalkan kecepatan yang memang nyaris tidak dimiliki oleh klub-klub Indonesia. Pemain klub Indonesia, bahkan pemain asing sekalipun banyak kedodoran stamina dan kecepatannya. Mungkin pemain Djemba Djemba yang ex pemain Man Utd sekalipun, kalau sudah makan nasi Indonesia staminanya bakalan sama dengan pemain local hehee… Mudah-mudahan tidak.
Lewat Persib sejatinya kita bisa menunjukkan pada AFC bahwa Indonesia layak mendapatkan slot langsung ke LCA. Tentu akan lebih mudah membuka mata petinggi AFC daripada hanya sekedar lobi atau merengek-rengek minta jatah. Dengan kondisi sekarang, rasanya jika kita diberikan slot langsung pun justru akan mempermalukan kita. Bagaimana mau melawan Jeonbuk Hyundai Motors, Shandong Luneng, Gamba Osaka, Brisbane Roar atau Guangzhou Evergrande, apakah bukan hanya menjadi pelengkap penderita. Bukan saya merendahkan, tapi kenyataannya memang seperti itu. Adakah klub Indonesia dalam kompetisi resmi (diluar persahabatan) yang bisa  memberi kejutan seperti Bradford City saat mengalahkan Chelsea, atau Yeovil Town yang sempat menahan imbang Man Utd ? Semua sepakat jawabannya tidak pernah. Yang ada klub-klub asal Indonesia selalu kalah sebelum bertanding jika harus melawan klub-klub asal Jepang, Korea maupun Negara-negara Timur Tengah.
Tak jera saya menghimbau PSSI sebagai organisasi tertinggi sepakbola di tanah air untuk instrospeksi, berkaca dari berbagai macam kegagalan baik Timnas maupun klub di level Asia. Tak bosan juga kita masih berharap suatu saat ada kebanggan dalam dunia sepakbola. Tak usah muluk-muluk berkiprah di Piala Dunia, tingkat Asia pun kami terima. Apa nggak malu dengan Myanmar yang bisa lolos ke Piala Dunia U-20 ? Rasanya patut kita cemburu. Bahkan mereka mungkin akan menyalip kita untuk mendapatkan jatah otomatis LCA menyusul Thailand dan Vietnam. Buktikan dengan prestasi dulu, buka mata AFC !
Bravo Sepakbola  Indonesia ….