Mohon tunggu...
Matahari Pagi
Matahari Pagi Mohon Tunggu... Administrasi - Rakyat Indonesia

Bloger tanggung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ada Apa antara Lee Kuan Yew & Habibie?

29 Maret 2015   11:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:50 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"...i was forced to do it". Dengan nada getir Lee Kuan Yew (LKY) mengakhiri penjelasannya tentang berpisahnya Singapura dari Federasi Malaysia pada tahun 1965 (Discovery). Sekilas begitu berat suaranya, mungkin karena menekan sesuatu di benaknya, entahlah.

Keputusan Kuala Lumpur mengeluarkan kebijakan yang memberi keistimewaan terhadap kelompok "pribumi" melayu dalam bidang ekonomi, berujung pada konflik politik, Tumasik (sebutan bagi Singapura di zaman dulu) akhirnya berpisah dengan Federasi. Pengalaman ini nampaknya begitu membekas dalam alam pikir LKY, mungkin saja ini merupakan salah satu faktor yang membuatnya begitu khawatir saat Habibie akan menjadi Presiden RI.

"...Rupiah akan menembus 16.000/US Dollar jika Habibie jadi Presiden." Teriak LKY (1998). Selain isu Batam, Habibie yang didukung ICMI dengan tokoh semacam Adi Sasono sepertinya membuat LKY risau, apalagi naiknya Habibie didahului dengan huru-hara May 1998 yang berbau rasial di Indonesia. Adi Sasono, tokoh yang pernah dijuluki Time sebagai orang Indonesia paling berbahaya, dianggap anti konglomerat (Cina), dia juga pernah disebut-sebut terkait dengan "Operasi Naga Hijau", hal yang tidak (belum) terbukti hingga sekarang.

Dalam beberapa kesempatan, Habibie sempat mengungkapkan keberangannya atas pernyataan LKY, sejarah kemudian mencatat Habibie berhasil mematahkan "keraguan" LKY ini, dia berhasil membawa Rupiah ke level 5000/US Dollar pasca turbulensi sosial ekonomi dan politik 1998 dan menyelenggarakan Pemilu 1999 yang diakui demokratis, pertama setelah gerakan reformasi menumbangkan ORBA. Walaupun sejarah kemudian akhirnya juga mencatat, Habibie "jatuh" setelah "ditikam" secara membabi-buta oleh petualang-petualang politik dan "pejuang-pejuang" reformasi yang konon pintar dan tulus itu.

Mungkin saja LKY bertepuk-tangan atas "kekalahan" Habibie, atau mungkin juga dia ternyata tidak peduli sama sekali. Apapun itu, kejeniusan dan keteguhan langkah politiknya sangat mengagumkan, seorang pemimpin memang dituntut untuk mengambil langkah apapun demi eksistensi dan kemajuan negaranya, seperti juga yang dilakukan oleh Habibie.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun