Mohon tunggu...
Baharudin Udi
Baharudin Udi Mohon Tunggu... -

Hidup ini terlalu singkat untuk diisi dengan segala penyesalan, tetap setia pada proses dan fokus dengan impian, never give up

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Yang Indah vs yang Mampu Bertahan Hingga Akhir #EURO

28 Juni 2016   16:20 Diperbarui: 28 Juni 2016   16:39 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Analisa dua laga Euro Tadi malam

Baiklah, jika kemarin saya memberanikan diri tuk menulis sebuah tulisan abal-abal. Dan doakan hari ini saya akan mencoba untuk menulis tentang analisa pertandingan EURO kemarin malam yang secara mengejutkan permainan menarik nan membuat decak kagum banyak orang kalah dengan gaya monoton bertahan namun penuh dengan semangat serangan balik saat lawan keasyikan menyerang

Dan tulisan saya ini dikutip dari beberapa akun tuiter penganalisa pertandingan, yang pertama

eng … ing … eng …

Italia vs Spanyol

Sebelum laga derby eropa ini mulai banyak sekali yang memprediksikan kekalahan telak Italia dari Spanyol, sebab saat ini Spanyol diisi dengan pemain-pemain yang bertanding di laga semifinal champion, dan tentunya sang kampiun champion juga berasal dari Negara  matador tersebut.

Spanyol memiliki segudang talenta muda dan dikombinasikan dengan pemain yang hampir bisa dikatakan veteran nan berpengalaman, sebut saja kombinasi antara David De Gea dan Iker Casillas, dua penjaga gawang beda generasi ini adalah bintang di masing-masing klubnya, penyelamatan demi penyelamatan banyak dilakukan oleh kedua penjaga gawang tersebut di klubnya masing-masing, namun untuk musim ini Casillas tak setangguh dua musim lalu, saat memenangkan liga champion untuk kesepuluh kalinya bagi Real Madrid.

Nah, berbeda dengan De Gea yang tampil gemilang bersama Manchester United pada musim ini, banyak kalangan penganalisa sepak bola mengatakan jika bukan karena De Gea, bisa jadi Manchester United terdegradasi dari liga inggris, karena banyak sekali penyelamatan De Gea pada musim ini. Inilah kombinasi antara penjaga gawang Spanyol, dan sudah bisa ditebak yang menjadi starting eleven pilihan Del Bosque adalah De Gea.

Sedangkan dari pemain bertahan, ada kombinasi elclasico espanyola, Sergio Ramos dan Gerrard Pique, siapa yang meragukan ketangguhan keduanya, selain bisa bertahan keduanya adalah defender yang sangat berbahaya jika sudah memasuki area lawan, sebab heading atau memanfaatkan kesempatan dua defender tersebut sangat berbahaya.

Bek kanan dan bek kiri Spanyol diisi pemain-pemain muda, sebut saja Jordi Alba dan Juanfran (bisalah dikatakan muda) ada juga Hector Ballerin, pemain yang menantang Usaint Bolt untuk sprint setelah EURO berakhir ini adalah pemain muda Arsenal yang dibeli dari Barcelona, pemain terakhir yang disebutkan ini adalah aset Spanyol untuk sepuluh tahun yang akan datang.

Dan gelandang Spanyol dipenuhi dengan pemain sarat pengalaman, ada David Silva, Inesta, Fabregas, namun sayang sang pelatih tak memanggil Juan Mata yang bisa dikatakan cukup gemilang musim ini berasama Manchester United.

Di Posisi striker ada Alvaro Morata, yang baru saja diletgo Juventus ke Real Madrid yang notabene adalah klub lamanya.

Hanya itu pemain Spanyol yang saya kenal, hi … hi … hi …

Kalau Skuad Italia Hmmm, secara saya adalah pengagum Azzuri, dan fan Juventus, klub terbaik sepanjang zaman :D. kalau saya analisa sebenarnya para pemain yang dipanggil Antonio Conte bukanlah pemain yang memiliki skill atau performa permainanan menawan layaknya para pemain Spanyol.

Dan sekali lagi saya lihat, Conte lebih memilih pemain yang memiliki daya juang dan jelajah dalam Sembilan puluh menit pertandingan, katakan saja Parolo yang tidak memiliki skill namun daya jelajah dan semangat juang untuk mengejar bola di kaki lawan harus diacungi empat jempol, dua jempol tangan dan dua jempol jari.

Dan Antonio Conte sejak di Juve saya pribadi melihat lagi, lebih suka dengan gaya pemain yang mampu bertahan dan juga tangguh saat menyerang, ya benar sekali, box to box. Giarcherini adalah mantan pemain Juventus yang pernah bekerja sama dengan Conte, jadi Gia paham betul apa yang diinginkan Conte.

Dan Conte selalu menerapkan gaya bertahan secara tak-tik, tapi jika lawan sedikit lengah dan keasyikan menyerang maka berhati-hatilah akan serangan balik Italia. Tiga Lima Dua adalah formasi yang digunakan Conte di setiap laga EURO kali ini, dua laga menang dan satu kalah saat di penyisihan grup.

Untuk bek sayap kanan dan kiri Antonio Conte banyak pilihan, mulai dari Darmian, De Ceglio, Florenzi dan Antonio Candreva. Namun laga malam tadi Conte lebih memilih De Ceglio di kiri dan Florenzi di kanan. Kenapa? Sebab kedua nama tersebut memiliki ketangguhan saat bertahan dan tidak enggan meninggalkan pos saat menyerang.

Ini ni yang istimewa, Trio BBC (Barzagli, Bonucci, dan Chelini) dan plus idola sekaligus lagenda hidup sepak bola, siapa lagi kalau bukan Gianluigi Buffon. Siapa yang meragukan kesolidan bertahan empat pemain ini, dengan dikoordinir sang kapten sekaligus penjaga gawang yang semakin tua semakin jadi dan ditambah lagi Trio bek handal Juventus ini? Mereka adalah komponen yang jika disatukan maka akan sulit bagi striker manapun untuk membobol jala Italia. Bahkan konon katanya si kulit bundar segan mendekati area kotak penalti Italia. :D

Pokoknya pertahanan Italia topcer daaah :D

Analisa pertandingan, Spanyol saat ini tidak seperti Spanyo empat tahun lalu yang sungguh superior dan dengan pemain yang sungguh komplit. Spanyol saat pertandingan malam tadi tidak menemukan tempo dan ritme permainan, umpan-umpan pendek tak nampak terlihat, dan sering juga terlihat memaksakan untuk umpan panjang menuju Moratta selaku target man.

Beberapa kali terlihat lini tengah Spanyol kualahan menghadapi para gelandang Italia yang didoktrin pelatih untuk selalu menjadi tukang angkut air di sepanjang empat puluh lima menit kali dua. Andreas Inesta juga sering kehilangan si kulit bundar karena pressing para pemain Italia yang sungguh ketat.

Di babak pertama Spanyol tak begitu memperlihatkan permainan indahnya, justru Italia beberapa kali membahayakan gawang yang dijaga oleh David De Gea. Pelle dengan sundulannya memanfaatkan set piece dari sisi kiri gawang David De Gea hampir saja menjadi gol, kalau saja tidak ditepis oleh penjaga gawang si setan merah tersebut.

Akhirnya serangan demi serangan dilancarkan oleh Italia membuahkan sebuah pelanggaran yang dilakukan pemain Spanyol, lupa saya siapa yang melanggar, dan saat itu bola dikeliling para pemain yang bisa dikatakan berebut untuk mengambil tendangan bebas tersebut. Ada Leonardo Decaprio, eh salah deng, Leonardo Bonucci kamsutnya, ada Eder, dan ada Florenzi, ada juga De Rossi, jadi siapa yang mengambil. wallAhu a’lam.

Dan ternyata Eder yang mengambil set piece tersebut. Eder mengarahkan tendangannya kearah yang tidak dipagar betis oleh pemain Spanyol, nampak sedikit ada salah pergerakan dari De Gea yang mengira bola bakal menuju ke arah pagar betis namun tidak seperti yang ia kira, cukup keras tendangan datar Eder sehingga bola memantul karena sempat ditepis oleh De Gea, terlihat Pique yang sedikit bengong berbeda dengan pemain Italia yang mengejar bola pantul tersebut.

Giarcherini berlari ke arah bola pantul, dan memberikan umpan lambung namun tidak terlalu tinggi dan sedikit sentuhan dari si Kingkong Chelini. Dan pertandingan babak pertama berakhir.

Serunya saya hidup di Timur Tengah yang komentatornya adalah berbahasa Arab, saya akui kalau untuk komentator bola yang paling saya senangi adalah bahasa Arab. Karena susunan kata yang indah ditambah semangat tak pernah putus, bahkan seolah-olah tak bernafas sepanjang pertandingan, seru!

Pertandigan babak kedua, Spanyol mulai sedikit menukan gaya permainannya, layaknya Barcelona. Tiki-taka mulai tampak namun ketangguhan, kegigihan, kerapihan, serta kekokohan gaya bertahan ala Italia sulit ditembus para pemain Spanyol. Ada beberapa kali pemain Spanyol mencoba untuk shoot dari luar kotak pinalti, namun sayang Buffon masih seperti yang dulu, masih tangguh dan masih macho layaknya Aksay Kumar di Bollywood.

Karena keasyikan menyerang Italia memanfaatkan di menit-menit akhir untuk menggetarkan jala Spanyol.

Untuk pertandingan Inggris vs Islandia, saya ketiduran. Namun saya menemukan hikmahnya dari kedua pertandingan tersebut.

“Tak selalu yang indah itu menarik sebab terkadang yang mampu bertahan hingga akhir itulah kan kau lirik”

Sekian dari saya, Along from Cairo 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun