Senin, 12 November 2012 pada pukul 8.35 LCT terjadi pemukulan yang dilakukan oleh oknum polisi mesir yang menjaga lapangan futsal outdoor central zahro nasr city, cerita yang kami dapat dari saudara Romi berasal dari Jambi yang melihat dengan jelas peristiwa tersebut menyatakan “Dia memang sering begitu (melakukan tindakan kekeraasan) sama kita”. Kronologi pemukulan tersebut berawal dari sekelompok mahasiswa Al-azhar yang ingin bermain futsal di lapangan sentral satu Zahro, setibanya mereka di depan pintu gerbang lapangan futsal. Salah seorang dari mereka yang dianggap lebih tua dan mahir berbahasa arab amiyah Mesir yaitu Ustadz Widus berasal dari Sulawaesi minta izin masuk ke dalam lapangan tapi teman oknum polisi itu berujar “Nush sa’ah Kaman”, setengah jam lagi, dengan alasan ada pembersihan tempat, akhirnya beliau mengiyakan perkataannya sambil menunggu teman-teman yang belum datang. Dua puluh lima menit menit kemudian, terlihat para polisi yang bertugas untuk menjaga lapangan sekaligus membersihkan lapangan sudah menyelesaikan tugas dan teman-teman sudah datang semua, Ustadz Widus meminta izin kepada teman oknum polisi untuk masuk ruang ganti pakaian yang memang sudah difasilitasi untuk para pengguna lapangan futsal, “Maaf pak, boleh kami masuk ke dalam (Kamar ganti) sebentar untuk ganti pakain” dengan sopan, “Laa, Tsawani” ,tidak tunggu beberapa detik lagi, dengan sedikit nada tinggi ujar teman oknum polisi tersebut. Setelah dialog antara Ustadz Widus dan polisi tadi, sang polisi berjalan ke arah temannya (oknum polisi) yang kebetulan duduk di kursi yang tidak jauh dari pintu gerbang lapangan futsal itu, berbicara kepadanya, dan mereka tidak tahu apa yang dibicarakan oleh kedua polisi tersebut. Setelah pembicaraan antara kedua polisi tersebut, oknum polisi yang memiliki postur tubuh kisaran tinggi 179 cm itu berdiri dan mendekati pintu gerbang yang kebetulan Ustadz Widus masih berdiri di depannya, sang oknum langsung berbicara dengan nada tinggi “Min kitir kalam?!”, siapa yang banyak omong, “bukan kami hanya ingin masuk kamar ganti” jawab Ustadz Widus tadi masih dengan lemah lembut. Tapi apa yang dilakukan oleh oknum itu sungguh sangat amat tidak terpuji, secara langsung ia mendorong Ustadz Widus dan untuk masuk pintu gerbang lapangan futsal tersebut harus menaiki enam anak tangga yang lumayan tinggi akhirnya ustadz Widus jatuh terjerembap dan sandal jepit yang ia kenakan juga lepas. Tidak sampai di situ kebiadaban sang oknum, ia mengambil kayu bulat seperti kayu sapu yang begitu keras, dan memukul ustadz Widus empat pukulan dan teman-teman yang lain berusaha untuk membantu ustadz Widus tapi ditahan oleh beberapa teman oknum polisi tersebut. Dan ia sempat memukul salah satu teman yang bernama Hasan berasal dari pulau yang sama dengan ustadz Widus namun ia sempat menangkis kayu tersebut dan patah, tapi patahan dari kayu tersebut mengenai persis bagian bawah matanya dan memar. Terlihat ada semacam benjolan di bawah matanya. Ustadz Widus yang memang dikenal pendiam dan sangat sabar ternyata ia tidak bisa lagi mengendalikan emosinya begitu juga Romi, Romi mencoba untuk mengambil batu dan melempar kepala sang oknum namun ia urungkan niatnya karena banyak orang saat itu. Dan ustadz Widus tidak diam begitu saja ia melawan dan memberontak namun polisi sudah ramai untuk mencairkan suasana, Romi yang tadi masih bersikeras untuk melawan kerumunan polisi yang menahan lemparannya terhadap oknum tersebut, dan teman-teman lainnya ikut emosi. Akhirnya Mudir atau Sang pengelola lapangan datang, dan berkomunikasi dengan ustadz Widus “Pak, jika kami main di lapangan ini, kami tidak ingin melihat orang ini, (sambil menunjuk oknum dan ia senyum cengengesan)”, Ujar ustadz Widus dengan ketenangan bercampur emosi yang tampak ia tahan, “iya kami memohon maaf ….” Sebelum mudir meneruskan omongannya, datang Romi dengan suara lantangnya, “Apa-apaan ini setelah kami dipukul tanpa salah kalian meminta maaf !!!” ujar Romi berapi-api, “udah Romi” ustad Widus dan teman-teman menenangkan. Setelah peristiwa tersebut mereka tidak jadi menyewa lapangan, dan di perjalanan pulang menuju jalan raya tampak di belakang atau persis di leher ustadz Widus merah dan bengkak. Dan prilaku tidak beradab iti bukan hanya kali ini dilakukan oleh oknum tapi berkali-kali, pernah salah satu teman kami yang ingin keluar dari lapangan ditahannya dan teman itu lalu begitu saja tanpa menghiraukannya, namun tiba di gerbang ia mendorong teman tersebut dan hampir jatuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H