Mohon tunggu...
Harun Rosyid
Harun Rosyid Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya seorang mahasiswa S1 Aqidah dan Filsafat Islam di Universitas Darussalam gontor

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dewesternisasi Ilmu Syed M. Naquib Al-Attas

8 Juli 2023   10:46 Diperbarui: 8 Juli 2023   10:48 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumhttps://hidayatullah.com/kolom/catatan-akhir-pekan/2013/07/23/5624/gebrakan-baru-islamisasi-ilmu-prof-wan-mohd-nor.htmlber gambar

Dewesternisasi Ilmu adalah sebuah konsep yang dikemukakan oleh Syed Muhammad Naquib Al-Attas, seorang intelektual Muslim dan filsuf Malaysia. Al-Attas berpendapat bahwa sebagian besar sistem pendidikan dan pengetahuan modern didasarkan pada paradigma Barat yang dominan. Dia memandang bahwa pendekatan ini mengabaikan nilai-nilai, pandangan dunia, dan tradisi intelektual dari peradaban non-Barat, terutama peradaban Islam.

Menurut Al-Attas, dewesternisasi ilmu adalah proses membebaskan pendidikan dan pengetahuan dari dominasi pemikiran dan paradigma Barat. Dia berpendapat bahwa pendekatan Barat dalam ilmu pengetahuan cenderung memandang dunia secara materialistik dan memisahkan agama dan kehidupan spiritual dari pengetahuan dan pendidikan. Al-Attas mendukung perlunya memperbaiki dan memperkaya paradigma pendidikan dengan memasukkan perspektif Islam dan nilai-nilai universal dalam pengembangan pengetahuan.

Tantangan dalam dewesternisasi ilmu, menurut Al-Attas, adalah adanya dominasi pemikiran Barat yang telah mengakar dalam sistem pendidikan dan pengetahuan saat ini. Ia berpendapat bahwa paradigma Barat telah mempengaruhi cara berpikir dan pendekatan dalam banyak bidang ilmu, termasuk ilmu sosial, humaniora, sains, dan teknologi. Al-Attas juga menyebutkan bahwa ada kecenderungan untuk memandang rendah atau mengabaikan kontribusi intelektual non-Barat, termasuk tradisi intelektual Islam yang kaya.

Pendapat Al-Attas tentang dewesternisasi ilmu telah menerima kritik dari beberapa pihak. Salah satu kritik yang muncul adalah bahwa pendekatannya terlalu menggeneralisasi tentang dominasi pemikiran Barat dan mengabaikan kontribusi dan keragaman intelektual yang berasal dari dalam peradaban Barat itu sendiri. Beberapa kritikus juga berpendapat bahwa dewesternisasi ilmu tidak harus berarti mengecilkan atau menolak sumbangan ilmiah dan teknologi dari Barat, tetapi sebaliknya memperkaya dan mengintegrasikan perspektif non-Barat.

Selain itu, beberapa kritikus juga menyoroti perlunya menjaga keterbukaan dan dialog antarbudaya dalam proses dewesternisasi ilmu. Mereka berpendapat bahwa dalam mengembangkan pengetahuan yang inklusif dan holistik, penting untuk menghargai kerjasama dan interaksi antara berbagai tradisi intelektual, bukan hanya memperjuangkan satu dominasi budaya atau pandangan dunia.

Input suhttps://pps.unida.gontor.ac.id/islamisasi-ilmu-pentingkah-pandangan-al-attas/mber gambar
Input suhttps://pps.unida.gontor.ac.id/islamisasi-ilmu-pentingkah-pandangan-al-attas/mber gambar

Ada beberapa intelektual Muslim lainnya yang memberikan pendapat dan pandangan mereka terkait dengan dewesternisasi ilmu dan pandangan Al-Attas. Berikut adalah beberapa contoh:

  1. Fazlur Rahman: Fazlur Rahman, seorang cendekiawan Muslim terkenal, memiliki pandangan yang berbeda dengan Al-Attas. Rahman berpendapat bahwa ilmu pengetahuan dan penemuan yang berasal dari Barat sebenarnya dapat diadopsi dan diintegrasikan dengan baik ke dalam tradisi intelektual Islam. Ia berargumen bahwa Islam memiliki landasan dan prinsip-prinsip yang memungkinkannya untuk mengembangkan pemikiran dan pengetahuan yang kompatibel dengan perkembangan zaman.
  2. Ismail Raji al-Faruqi: Al-Faruqi adalah seorang cendekiawan Muslim yang vokal dalam memperjuangkan integrasi antara pemikiran Islam dan ilmu pengetahuan modern. Ia berpendapat bahwa dewesternisasi ilmu bukanlah upaya untuk menolak ilmu pengetahuan Barat secara keseluruhan, tetapi lebih pada pengkajian dan penggunaan ilmu pengetahuan dengan memasukkan perspektif Islam dan nilai-nilai etika Islam.
  3. Ziauddin Sardar: Sardar adalah seorang penulis dan intelektual Muslim yang telah menulis banyak tentang isu-isu terkait ilmu pengetahuan, teknologi, dan peradaban. Ia berpendapat bahwa dewesternisasi ilmu bukanlah membatasi diri pada satu paradigma atau peradaban tertentu, tetapi merupakan sebuah usaha untuk menghadirkan pluralitas dan inklusivitas dalam pemikiran dan pengetahuan, dengan mengakui kontribusi dan perspektif dari berbagai tradisi intelektual.

Pendapat-pendapat ini menunjukkan bahwa ada variasi dalam sudut pandang intelektual Muslim mengenai dewesternisasi ilmu. Beberapa intelektual lebih mendukung integrasi dan pengadopsian ilmu pengetahuan Barat, sementara yang lain menekankan pentingnya mempertahankan identitas dan perspektif Islam dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Penting untuk mencatat bahwa pandangan setiap intelektual Muslim tergantung pada konteks sosial, budaya, dan akademik mereka, serta pengalaman dan penelitian mereka di bidang ilmu pengetahuan dan filsafat Islam.

Dari penjelasan ini kita mengetahui Al-Attas meyakini bahwa Islam adalah sebuah agama yang holistik, yang memandang kehidupan sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan antara dimensi spiritual, intelektual, moral, dan etika. Oleh karena itu, pendekatan dalam ilmu pengetahuan seharusnya mencakup semua aspek tersebut, termasuk dimensi spiritual dan moral yang sering kali diabaikan oleh paradigma Barat. Dalam konteks ini, dewesternisasi ilmu tidak berarti menolak sumbangan ilmiah dan teknologi dari Barat. Al-Attas mengakui bahwa Barat telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Namun, ia menekankan pentingnya mengembangkan perspektif Islam dan nilai-nilai universal dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini akan menciptakan pengetahuan yang lebih holistik, mencakup dimensi spiritual dan moral yang selaras dengan pandangan Islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun