Urban Legend atau cerita misteri memang selalu seru untuk di simak , setiap tempat pasti memiliki cerita sendiri ntah asal usul atau kejadian di tempat itu, Begitu pula Gunung daun ini urban legend di dalamnya mengundang telinga  untuk menyimak sekaligus beberapa pendaki kerap merasakan hal ini dan banyak pula yang dengan sengaja mencari moment ini ,Â
tapi Namanya hanya mitos boleh kita percaya atau tidak yang terpenting adalah kita harus menghormati kepercayaan masyarakat sekitar yang lebih mengenali tempat itu karena yakin dunia ghaib pasti ada asal kita tak mengusik dan sok jagoan pasti kita tidak akan mendapat gangguan
      Dilarang buang sampah sembarangan, berbicara kotor, melakukan zina dan lain lain , merupakan larang larangan atau urban legend yang sering kita dengar dimana-mana , rata rata setiap gunung tidak boleh melakukan hal hal yang di atas selain menjaga diri di hutan rimbah hal hal di atas juga menyangkut dengan kenyamanan pendaki lain yang ingin bersama menikmati alam yang di sedikan tuhan
      Daerah rejang lebong merupakan daerah asli penghuni Bengkulu bisa di bilang suku asli atau pribumi asli tanah berdirinya Gunung daun ini adalah tanah milik leluhur asli rejang lebong walau sekarang banyak pendatang yang menghuni di situ seperti dari suku jawa dan sebagainya tetap sesepuh yang disana lebih paham mengenai cerita cerita yang ada di Kawasan itu larangan larangan dan apa yang harus kita lakukan saat sampai disana
      Rejang lebong memang kerap mengandung misteri beberapa cerita terkenal seperti batu yang menangis (batu Gessa) yang konon katanya adalah jelmaan perempuan yang di lecehkan oleh tantara jepang waktu penjajahan sampai ada desa yang di telan bumi merupakan cerita cerita lain di suku rejang lebong ini, begitu pula denganÂ
Gunung Daun urban legendnya bukan urban legend biasa larangan dan perintahnya bisa di bilang sangat berbeda dengan gunung gunung lain
      Cerita ini di dengar dari keluarga kepala desa sentral baru yakni mbak bunga yang merupakan cucu dari kepala desa sentral baru saat, itu lantas apa saja cerita menarik dan urban legend yang dihadirkan oleh bukit dengan danau di ketinggian 2467 Mdpl Ini simak di bawah
1.Menempelkan lumut di kepala
Di artikel ku sebelumnya yakni rute pendakian gunung daun bukan pendakian ceria, disana dalam trek dari post 2 sampai 3 kita akan melewati hutan lumut, dikarenakan daerah yang tertutup embun menyebabkan lumut hidup di setiap batang pohon di trek tersebutÂ
nah menurut warga setempat setelah kita sampai kesana maka hal yang harus kita lakukan adalah menempelkan lumut tersebut ke kening kita atau boleh juga memasukkan lumut itu ke kantong celana sampai kita Kembali turun
Berbeda sekali dengan gunung gunung lain yang memiliki selogan jangan ambil apapun kecuali foto dan jangan tinggalkan apapun kecuali jejak, bukit daun memiliki kepercayaan berbeda disini kita malah di suruh mengambil lumut untuk di bawa pulang sebagai syarat
 Konon katanya di gunung ini ada kerajaan tuan putri yang sangat besar, tuan putrinya sangat baik hati sehingga ia ingin mengadokan atau memberikan sesuatu kepada para pendatang yang memasuki kerajaanya, jika leher sudah mulai merinding artinya kamu sudah di dalam kerajaanya ,Â
sehingga kita mengambil lumut sebagai bentuk mengahargai pemberian tuan putri dan menempelkan di kening itu sebagai tanda ke makhluk astral lain yang ada di sana bahwasnaya ini adalah tamu agung dari tuan putri jangan sampai ada yang berani ganggu,olehnya kita di suruh menempelkan lumut dan mengambilnya sebagai bentuk mengahrgai kebaikan dari tuan putri,
2.Hutan Pinus Keramat dan Laba laba penjaga
 Di dalam pendakian ke bukit daun kita akan melewati rute yang terdapat hutan pinus didalamnya ternyata hutan pinus ini bukan hutan pinus biasa ,ternyata hanya orang orang berniat baik saja yang bisa melihat hutan pinus ini , jika kita memiliki niat baik hanya untuk berkunjung dan kita menjaga sopan santun ketika menjajaki rute tersebut maka kita berkemungkinan dapat melihat hutan pinus tapi jika misalnya kita berniat buruk dan tak bisa menjaga sopan santun maka saat kita berada di trek kabut akan turun menutupi hutan tersebut samapi kita tidak bisa lihat hutan pinus itu
 Ini bukan hal sepele pasalnya rute yang seharusnya melewati hutan pinus dan kita tak melewatinya maka akan membuat bingung dan membuat kita seolah keluar dari jalur yang di beritahu warga dan bahkan tebalnya kabut kerap kali membuat jalur benar benar tertutup di tambah banyak sarang laba laba berukuran besar akan menjaga hutan pinus itu
 Ntah ada prasasti atau apa yang jelas katanya laba laba raksasa itu adalah penjaga hutan pinus itu atau anak buah dari tuan putri yang kita sebutkan di awal mungkin di hutan pinus itu ada sesuatu yang berharga yang jika nannti orang orang jahat ingin mencarinya maka akan turun kabut dan beberapa jalan turun di tutupi jarring laba laba yang bisa terbentang hamper 2 meter jauhnya
3.Masjid Putih di Danau Bukit daun
 Ini bukanlah danau biasa, danau di ketinggian 2467 Mdpl ini memilki keunikannya sendiri, saat kita berada di camp Ground di malam hari saat semua pendaki tidur maka kita benar benar merasakan kehingan, tidak ada suara suara jangkrik dan seranggaÂ
di ketinggian ini serangga tak mampu bertahan hidup tetapi di balik keheningan danau kita bisa mendengarkan lantunan ayat suci alquran, ntah dari mana jika dari bawah maka besar sekali Toa yang menyiarkanya atau jika kita berpikir logis ya mungkin saja ini rekaman yang di putar di salah satu handphone milik pendaki.tapi ada cerita lain
Cerita ini sempat viral di kalangan pendaki disana pasalnya ada pendaki yang sedang ingin melakukan sholat dan menemukan masjid putih yang besar dan megah di samping danau, ini cerita dari seorang pendaki perempuan paginya teman temanya mengira ia pasti bermimpi sempat berdebat akhrinya perempuan itu membawa teman-temanya ke lokasi masjid yang ternayat hanyalah lapangan kosong di ujung danau
Urban legend boleh kita terima atau tidak cerita di atas tidak 100% benar tetapu ini adalah cerita turun temurun dari warga sekitar yang di ceritakan kekami saat kami menginap dikediaman mereka , banyak pendapat dan pendaki yang juga merasakan urban legend ini dan menganggap ini adalah kebenaran tapi sekali lagi kita harus menghormati boleh percaya atau tidak.
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H