Mohon tunggu...
Harun Al Rasyid
Harun Al Rasyid Mohon Tunggu... Freelancer - (21107030019)

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

MT Daun Bengkulu Ranu Kumbolonya Pulau Sumatra

10 Juni 2022   11:44 Diperbarui: 10 Juni 2022   11:57 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia Pendakian dan hiking semua pasti mengenal ranumkumbolo sebagai dream of place yang ingin mereka tuju , keindahan ranumkumbolo memang tak ada yang berani menjanggal , danau di ketinggian 2389 MDPL ini menyimpan keindahan yang membuat setiap orang ingin kembali menjajali dan berkemah di pinggiran danau itu, Sunset ranumkumbolo yang epic ditambah embun dan kabut seolah menari di atas danau bergerak dengan lembut seolah menangkan jiwa dan pikiran, membuat setiap mata terbelalak akan keindahnya

Pendaki pendaki di pulau jawa kurang afhdol rasanya jika belum menjajaki indahnya ranumkumbolo tersebut. Tapi bagi para pendaki di Sumatra untuk menyebrang pulau dari Sumatra ke jawa pastinya memerlukan biaya besar, belum lagi saat nanti di sana adanya simaksi penginapan logisktik bisa menghabiskan jutaan rupiah jika ingin kesana

Ternyata Di pulau Sumatra sendiri ada ranu kumbolo yang versi Sumatra meski tak seindah dan seterkenal ranu kumbolo di Bromo sana tapi ranu kumbolo versi Sumatra ini tak bisa di remehkan , 11 14 lah kalo kata pendaki yang pernah ke bromo dan ia kembali ke Sumatra , yang di sumatra ini ketinggiannya 2467 Mdpl Lebih tinggi dari ranum kumbolo beberapa ratus meter dan danau ini juga memiliki keunikan keunikan dan mitos serta cerita tersindiri apakah nama danau tersebut

MT.Daun atau kerap di panggil bukit daun adalah Gunung yang terletak di Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Tepatnya di Pematang Balam, Hulu Palik dekat dengan PT pengelolaan teh provinsi rejang lebong .Jika dari Bandara Fatmawati kira kira memerlukan waktu 3 -- 4 jam untuk ke lokasi pendakian

Faktanya di lapangan bukit daun bukanlah Taman wisata melainkan gunung yang berada di desa saja taka da pokdarwis perhutani atau lain sebagainya yang mengurusi gunung ini jika kita ingin mendakinya kita terlebih harus izin dahulu ke rumah kepala desa setempat lalu nanti akan di antarkan ke salah satu rumah warga untuk menginap , tidak ada biaya simaksi ( surat izin masuk Kawasan konservasi ) jika ingin naik ke gunung ini hanya saja kita sebagai tamu yang di berikan rumah dan penginapan sebaiknya memberikan pemeberian kepada rumah yang nanti di tunjuk kepala desa untuk dijadikan kita menginap , bukan dengan uang melainkan dengan bahan pokok , mereka akan menjamu kita dan menerima dengan baik jika kita baik juga dan sopan kepada mereka.Biasanya rumah yang di tunjuk kepala desa adalah rumah saudara sudaranya sehingga mereka bisa membantu kita saat pendakian

Tak ada peta dan rute yang di sediakan ,jika kita tak bertanya kepada pemuda setempat maka alamat tersesat sangatlah mungkin terjadi banyak cerita pendaki tak sampai ke puncak mereka bergeser ke bukit sepi yang berada berdampingan dengan bukit daun , rute itu adalah hasil oret tangan dari pemuda setempat yang telah menaiki kesana , pesan dari mereka adalah hati hati karena ini bukan Kawasan wisata maka akan terdapat banyak jalur entah itu jalur pemburu atau bahkan jalur Penebangan Ilegal yang terkadang inilah yang menyesatkan kebanyakan pendaki.

Jangan terkejut, pendakian gunung daun bukan pendakian ceria jalurnyab yang tertutup dan abu abu serta treknya yang selalu menanjak dengan sedikit bonus serta licin pastinya membuat pendakian ini tak cocok untuk pemula. Banyak pendaki yang tak sampai ke danau dan tak berhasil camp disana bukanya meremehkan tapi kebanyakan membawa wanita ke  gunung ini membuat kegagalan ke puncak.

Untuk logistic pendaki tidak perlu repot membawa dari rumah, sebab disana ada pasar yang letaknya tidak jauh dari pemukiman warga. Pasar tersebut menyediakan berbagai keperluan mendaki seperti sayur, sarden, mie, tempe, tahu dan lain sebagainya. Nama pasar tersebut adalah Pasar Baru Manis, harga sayuran di pasar tersebut tergolong murah karena diambil langsung dari petani setempat. Selain petani sayur, masyarakat setempat juga Bertani kopi dan the sebagai pekerjaan sampingan. Karena kopi dan teh hanya bisa dipanes kurang lebih sekali dalam setahun. Kopi dan teh hasil perekbunan mereka juga mereka jual di pasar tersebut, cocok juga untuk menemani pendakian kalian dan bisa kalian jadikan oleh-oleh pula.

Dokpri. Harun
Dokpri. Harun "pemandangan disekitar perkebunan warga"

Selain mengelola perkebunan, warga setempat juga bekerja di PT Agrotea. PT Agrotea adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan teh. PT agrotea memberikan fasilitas berupa jemputan bagi para pekerja menggunakan truk besar. PT tersebut memiliki kebun teh milik perusahaan sendiri di daerah tersebut, selain itu hasil panen teh warga setempat juga biasanya beli oleh perusahaan tersebut. Luas seluruh pabrik dan perkebunan milik PT Agrotea ini ada sekitar 600 Hektar.

Ada peraturan menarik di PT tersebut yaitu, laki-laki tidak boleh memetik the dari perkebunan, biasanya laki-laki dipekerjakan sebagai satpam, tukang bersih-bersih, atau pengangkut hasil panen teh dari kebun ke pabrik. Dan untuk pekerja yang bertugas memetik the harus Wanita yang sudah menikah. Sedangkan perempuang yang belum menikah, di pekerjakan di pabrik pada bagian peracikan dan pengemasan. Peraturan di PT tersebut kedengarannya tidak logis, namun peraturan tersebut sudah ada sejak dulu hingga kini.

dokpri. Harun
dokpri. Harun

Bagi kalian yang penasaran ingin mengunjungi Gunung Daun, kalian wajib mencari informasi mengenai rute perjalanannya karena rute perjalanan menuju kesana tidak mudah. Dan bagi kalian yang penasaran bagaimana rute perjalanan kesana, kalian bisa membaca artikel saya yang berjudul "Rute Pendakian Bukin Daun Bukan Pendakian Ceria".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun