Di Persia: Para Kisra yang merupakan raja-raja bangsa Persia mengklaim bahwa pada diri mereka mengalir darah tuhan. Orang-orang Persia menganggap para rajanya seperti tuhan. Mereka meyakini dalam segala tindak tanduk Kisra terdapat unsur kemuliaan, dalam keringatnya mengalir kesucian. Untuk para Kisra, mereka menyanyikan lagu-lagu ketuhanan. Para Kisra dianggap mempunyai kedudukan di atas undang-undang dan tak boleh dikritik. Mereka juga diyakini melebihi manusia biasa, tak seorang pun yang boleh menyebut nama raja secara sembarangan atau duduk di tempat biasa di dudukinya. Orang-orang Persia juga menganggap para pemuka agama dan bangsawannya mempunyai kedudukan di atas manusia biasa. Akal dan jiwa mereka jauh di atas rakyat jelata. Seluruh rakyat memberi kekuasaan yang tak mengenal batas kepada mereka.
Tatanan sosial Persia didasarkan pada status pekerjaan dan keturunan. Di antara kelas-kelas masyarakat ini terdapat jurang lebar yang tidak bisa dihubungkan dengan sarana apa pun. Pemerintah melarang rakyat awam membeli tanah atau rumah milik para penguasa atau orang besar lainnya. Di antara politik dan kebijakan pemerintah negeri Sasaniah ini adalah, setiap orang harus puas dengan posisi yang telah ditentukan oleh nasabnya. Ia tidak boleh mengharap yang lebih dari bagiannya. Ia tidak boleh berprofesi apa pun kecuali yang telah ditakdirkan oleh tuhan untuknya. Raja-raja Persia tidak akan menyerahkan tugas dan kewajibannya kepada orang-orang yang rendah dan hina. Di tingkat masyarakat, rakyat Persia pun dibagi menjadi beberapa tingkatan yang masing-masing mempunyai perbedaan. Setiap orang menduduki kelas tertentu dalam masyarakat. Tatanan masyarakat yang didasarkan pada kelas-kelas yang berbeda ini merupakan gambaran tatanan masyarakat yang melecehkan nilai kemanusiaan. Terlebih lagi kalau Anda melihat langsung apa yang terjadi dalam kehidupan para penguasa dan bangsawan Persia. Orang yang berhadapan dengan mereka tak ubahnya benda mati yang bisa diperlakukan sekehendak hatinya atau seperti seekor anjing.
Mereka juga sangat mengagungkan derajat bangsa Persia daripada bangsa lainnya. Menurut mereka, tuhan telah memberi mereka potensi yang tidak dimiliki bangsa lain. Mereka memandang bangsa-bangsa lain dengan pandangan hina dan remeh.
Pelecehan terhadap nilai kemanusiaan yang terjadi sebelum diutusnya Rasulullah tidak terjadi di India dan Iran saja. Bangsa Yunani dan Romawi pun menganggap bangsa selain mereka sebagai manusia barbar. Menurut kedua bangsa itu, hanya mereka sajalah jenis manusia ideal yang paling tinggi nilainya. Mereka tidak pernah berpikir bahwa manusia adalah setara.
Bahkan di zaman sekarang pun perasaan itu masih ada. Kita semua tahu, Hitler memplokamirkan bahwa bangsa Jerman adalah bangsa yang paling agung di dunia. Mereka berhak untuk memimpin dunia. Di Amerika juga masih ditemukan perlakuan diskriminatif terhadap orang-orang kulit hitam.
Sebelum Nelson Mandela memenangkan perjuangannya, pemerintahan apartheid di Afrika Selatan memperlakukan orang kulit hitam layaknya anjing. Lebih dari itu, sejak beberapa kurun waktu lamanya, gereja-gereja Nasrani di Afrika tidak memberi peluang bagi orang kulit hitam untuk menjadi pendeta. Di kalangan komunis pun muncul pengelompokkan-pengelempokkan manusia ke dalam kelas kapitalis, borjuis dan proletar.
Dalam lingkup yang lebih kecil, yakni dalam lingkup relasi gender antara laki-laki dan perempuan, pelecehan terhadap nilai kemanusian ini juga terjadi. Fakta-fakta berikut menegaskan hal itu: Pada abad keenam Masehi, beberapa pertemuan gereja membahas tentang apakah wanita itu manusia atau hewan?
Dahulu, bangsa Arab menguburkan hidup-hidup bayi perempuan mereka. Di India, apabila seorang lelaki mati, maka istrinya tidak boleh kawin lagi, dan setiap janda pasti akan dihina serta diejek. Biasanya, seorang wanita yang ditinggal suaminya harus membakar dirinya demi menjaga diri dan kehormatannya. Terkadang, seorang lelaki relah mengorbankan istrinya jika ia kalah dalam berjudi. Di semua tempat, kaum wanita tidak memiliki nilai dan hak-hak khusus. Sampai kini undang-undang di Perancis tidak memperkenankan sang istri membelanjakan uangnya tanpa seizin suami. Sedangkan undang-undang Inggris tidak memperkenankan sang istri mengubah namanya tanpa seizin sang suami.
Di sisi kehidupan lain, yakni relasi antara orang merdeka dan budak, maka kita akan mendapatkan gambaran pelecehan terhadap nilai kemanusiaan yang lebih buruk lagi. Orang-orang merdeka zaman dahulu memperlakukan para budak dengan perlakuan yang sangat kejam. Di mata mereka, para budak tidak memiliki hak hidup, kehormatan, dan nilai kemanusiaan. Ini sebagian kecil yang dapat kita paparkan. Lantas apa yang dilakukan Rasulullah untuk mengubah bencana kemanusiaan ini?
Muhammad datang untuk mendeklarasikan kemanusiaan, kemuliaan dan kesetaraan manusia. Laki-laki adalah manusia, wanita pun manusia, hamba sahaya juga manusia. Semua manusia mempunyai kedudukan yang sama. Tidak ada bangsa yang lebih tinggi dari bangsa lain. Tidak ada satu suku yang lebih tinggi dari suku yang lain.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H