Oleh: Harun Gafur Haliun
Jalan kebenaran itu sulit dan sungguh berat, barat, dengan onak dan duri. Semua orang tahu hal ini, tanpa ragu bagaimana tidak, dan mereka menyaksikan dan mendengar setiap hari algojo jahiliyah mengarahkan moncong senapan mereka, ke dada kaum Mukminin hingga prinsip jahiliyah sekarang ia tembak kearah aktivis Islam.
Kendati sulit dan susah, orang Mukmin menikmati dan menyukai jalan kebenaran serta menemukan kenikmatan di dalamnya, yang tidak dapat diungkap dengan kata. Sebab, kenikmatan ini hanya dirasakan oleh orang-orang yang merasakannya. Kendati misalnya, saya dapat menjelaskan sifat kenikmatan jalan kebenaran, namun saya tidak dapat menjelaskannya secara penuh. Saya berharap saya, Anda dan seluruh kaum Mukminin dianugerahi kenikmatan ini Kenikmatan jalan kebenaran sedekat sahabat senyaman cinta akan keluarga sampai ke surga dengan memudahkan segala kesulitan, disaat bersama dalam satu ikatan menghadapi hal yang susah menjadi gampang, rintangan menjadi muda, dan menjadikan seseorang kendati misalnya ia menjalani masa yang paling buruk dan baik sekalipun Anda lihat, ketika Haram bin Mihan Radhiyallahu Anhu ditusuk dengan tombak, tombak diambil dari tubuhnya, dan ia melihat darah mengucur dari tubuhnya, jamalah berkata, "Demi Allah, aku beruntung (Di wayatkan Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad).
Begitu juga sahabat mulia, Utsman bin Madz'un - dhiyallahu Anhu, yang matanya dicukil di jalan Allah Ta'ala setelah menolak dilindungi orang musyrik dan lebih senang dengan perlindungan-Nya Al-Walad dan Mughirah berkata kepada Utsman bin Madz'un, Teini Allah, wahai keponakanku, dulu matamu sehat dan tidak seperti ini, sebab engkau dalam perlindungan kuat. Utsman bin Madz'un menjawab, "Demi Allah, mataku yang sehat perlu merasakan apa yang juga dirasakan mata yang lain di jalan Allah Aku berada dalam perlindungan pihak yang lebih kuat darimu" (Diriwayatkan Abu Nu'aim).
Apakah Anda tidak pernah mendengar perkataan Khalid bin Walid Radhiyallahu Anhu, "Aku lebih menyukai malam yang sangat dingin dan bersalju, di tengah-tengah pasukan yang akan menyerang musu pada pagi hari, dan pada malam aku mendapat pengantin yang aku cintai atau aku diberi kabar kelahiran anak laki-laki (Diriwayatkan Ibnu Al-Mubarak dan Abu Nu'aim).
Karena saking cinta jihad, menikmati kematian, dan lelah di jalan Allah taala, Shalahuddin Al-Ay yubi tidak menyukai kehidupan model istana dan kemewahan, lebih suka hidup di kemah dan padang pasir. Para sejarawan berkata tentang Shalahuddin Al-Ayyubi, "Setiap pembicaraan Shalahuddin Al-Ayyubi pasti berkisar tentang jihad dan mujahidin. Dan selalu melihat senjatanya dan lebih senang hidup di kemah, di padang pasir.
Ketika mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda di Perang Badar bahwa Allah Ta'ala memasukkan orang syahid di jalan-Nya ke surga, Umair bin Al-Ham berdiri seraya berkata, "Wahai Rasulullah, surga yang luasnya seluas langit dan bumi?" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Betul." Umair bin Al-Hammam berkata, "Bagus-Bagus." Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Kenapa engkau berkata, "Bagus Bagus?" Umair bin Al-Hammam berkata, "Wahai Rasulullah, aku berkata seperti itu dengan harapan bisa menjadi penghuni surga." Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Engka di penghuni surga." Setelah itu, Umair bin Al-Hammam mengeluarkan beberapa kurma dari tabungnya, memakannya, lalu berkata, "Jika aku hidup untuk makan kurma-kurma ini, maka itu terlalu lama." Lalu, la buang dan bertempur, hingga terbunuh. (Diriwa yatkan Ali dan Malik).
Khubaib bin Adi Radhiyallahu Anhu berkata ketika hendak dibunuh, Aku tidak peduli ketika aku dibunuh dalam keadaan Muslim mati seperti apa pun, yang jelas kematianku di jalan Allah dan Dzat-Nya Jika Dia berkehendak, Dia memberkahi persendian tubuh yang terkoyak (Diriwayatkan Al-Bukhari, Ahmad, dan Al-Baihaqi).
Umair bin Abu Waqqash Radhiyallahu Anhu, adik kandung Sa'ad bin Abu Waqqash Radhiyallahu Anhu yang baru berusia enam belas tahun saat Perang Badar, pergi ke medan perang dan bersembunyi dari penglihatan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, karena khawatir dipulangkan. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tahu keinginannya dan semangatnya untuk perang, beliau mengizinkannya perang, Umair bin Abu Waqqash pun bertempur, hingga terbunuh sebagai syahid. (Diriwayatkan Al-Hakim dan Ibnu Sa'ad).
Sebelum Perang Uhud, Abdullah bin Jahsy Radhi yallahu Anhu pergi ke salah satu tempat bersama Sa'ad bin Abu Waggash Radhiyallahu Anhu. Di tempat tersebut keduanya menyepakati salah satu dari keduanya berdua, dengan adaikan satunya. Di antara doa Abdullah bin Jahsy saat itu ialah, "Ya Allah, pertemukan aku dengan lawan kuat dan cepat. Aku perangi dia di jalan-Mu dan dia memerangiku lalu dia menangkapku dan memotong hidung dan telingaku. Jika aku bertemu denganMu kelak, Engkau berkata, Hai Abdullah, hidung dan telingamu terpotong di jalan apa?" Lalu, aku menjawab. Dijalan-Mu dan Rasul-Mu Engkaupun berfirman, Engkau berkata benar (Diriwa yatkan Al-Hakim dan Al-Baghawi).
Betapa agung dan menarik doa diatas! Jiwa seperti Abdullah bin Jahsy Radhiyallahu Anhu adalah jiwa-jiwa yang menjual apa saja yang dimilikinya kepada pemilik sejatinya dan sesuatu yang pahit menjadi manis baginya Doa seperti itu hanya keluar dari orang yang menikmati jalan kebenaran dan kemanisannya. Tidak ada sesuatu yang ia dambakan, kecuali mendapatkan keridhaan Allah taala dan bertemu dengan-Nya dalam keadaan taat dan gugur di jalan-Nya.