Mohon tunggu...
Harum KhadijahFittaya
Harum KhadijahFittaya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa S1

Mendengarkan musik akan menyegarkan pikiran dan hati, memasak akan membuat perut kenyang dan bahagia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

"Aku Tak Sempurna", Pengaruh Body Shaming Terhadap Self-Confidence

2 November 2023   10:05 Diperbarui: 2 November 2023   10:10 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN (0881) dan Nadia Aulia Nadhirah, M.Pd. (2991)

Di Indonesia semakin marak kasus bullying, salah satunya body shaming. Mengomentari dan mengejek bentuk tubuh orang lain dikenal dengan sebutan body shaming (Rismajayanthi and Priyanto, 2019). 

Body shaming termasuk bagian kekerasan secara verbal karena ucapan yang disampaikan pelaku itu dapat melukai hati korbannya. Body shaming dapat membuat korbannya kehilangan self-confidence atau kepercayaan diri. 

Kepercayaan diri merupakan variabel yang mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan seseorang mulai dari memilih tujuan, pengambilan keputusan dan merupakan modal bagi seseorang untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi (Waini et al. 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Northwestern University, body shaming dapat mengurangi kepercayaan diri seseorang. Studi ini mengemukakan bahwa semakin sering seseorang disebut gemuk atau terlalu kurus oleh orang lain, maka semakin besar kemungkinan dirinya untuk merasa tidak percaya diri. Selain itu, penelitian lain menyebutkan bahwa body shaming juga dapat meningkatkan tingkat stress dan kecemasan seseorang terhadap penampilannya.

Cambridge Dictionary (2019) mengemukakan bahwa body shaming ada beberapa istilah yaitu fat shaming dan thin shaming. Fat shaming adalah ejekan yang tertuju pada tubuh orang yang dikategorikan bertubuh besar karena di Indonesia  ini konsepnya hanya orang yang memiliki body goals saja yang terlihat baik dan menarik. 

Gemuk dianggap hal yang buruk karena menampilkan kesan rakus dan tidak sehat. Sedangkan thin shaming kebalikan dari fat shaming, yaitu memiliki bentuk tubuh yang kurus. Contoh body shaming lainnya adalah mengatakan pesek, hitam, tonggos, dan masih banyak lagi yang berhubungan dengan penampilan fisik seseorang (Fauzia et al, 2019).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Children’s Worlds Survey di Jawa Barat dalam rangka Kerjasama Universitas Islam Bandung (UNISBA)-UNICEF Indonesia menunjukkan persentasi bullying di 27 kota/kabupaten di Jawa Barat, salah satunya adalah kekerasan terhadap anak, dan 20.9% kasus anak disebut dan dipanggil dengan nama buruk oleh anak lain di sekolah (Borualogo et al, 2019)

Tindakan body shaming sering dijumpai bersamaan dengan bullying, karena bullying tindakan penindasan pada hak seseorang. Body shaming sering digunakan sebagai alat atau suatu perilaku intimidasi atas ketidaksempuraan seseorang. Maka, Bahasa dalam ucapan seseorang menjadi faktor penting, serta harga diri atau kebanggaan adalah periode terakhir dimana anak ingin melakukan sesuatu yang membuatnya terwujud dan dapat mengontrol dunianya. 

Oleh karena itu, umumnya permasalahan body shaming kebanyakan dilakukan oleh anak-anak dan remaja, pelakunya akan merasa puas jika dapat membully dengan komentar yang pedas dan menyakitkan mengenai kekurangan orang lain. Bahkan dalam komunikasi sehari-hari sering terlontar kalimat candaan yang menunjukkan kekurangan fisik seseorang.

Eva (2016) menyatakan bahwa dampak dari perlakuan body shaming sangat negatif. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa perlakuan body shaming dapat berdampak pada pola pikir negatif seseorang, hasilnya menunjukkan bahwa perlakuan body shaming dapat menyebabkan rendahnya kesadaran diri. Dalam penelitian lain berpendapat bahwa penampilan fisik sangat mempengaruhi rasa percaya diri seseorang, penampilan fisik mempunyai korelasi yang paling kuat dengan rasa percaya diri (Marasmutia,2012).

Masa remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimana pada masa remaja perkembangan dan perubahan terjadi dengan sangat pesat. Pada masa ini, remaja akan mengalami kesadaran diri atau sense of bodilly self yaitu perasaan identitas yang berkelanjutan kesadaran sebagai subjek yang berkembang. 

Menurut Hurlock (2002) dalam Hidayati (2016), masa remaja merupakan masa badai yang menyebabkan remaja mengalami peningkatan kondisi emosi akibat perubahan fisik maupun psikis. 

Pada masa remaja banyak terjadi perubahan pada diri seseorang, yaitu perubahan pada aspek fisik dan sosio-emosional. Perubahan yang terjadi pada aspek fisik biasanya berupa perubahan bentuk tubuh, dan pada aspek sosio-emosional remaja cenderung lebih sensitif seperti mudah menangis, cemas, bahkan frustasi (Kusmiran, 2014).

Manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia tentu membutuhkan manusia yang lain. Setiap orang pasti akan melakukan interaksi dengan orang lain. Di dalam interaksi, body shaming sering kali dilakukan secara sadar maupun tidak sadar. 

Hal ini akan bermasalah bagi seseorang yang tidak siap secara mental untuk menerima komentar menyakitkan tentang fisiknya dari orang lain. Baik itu oleh teman, guru, bahkan keluarga sekalipun pasti ada yang selalu memberikan komentar buruk tentang diri seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut kehilangan kepercayaan dirinya.

Pelaku body shaming cenderung bersikap puas, cuek dan biasa saja dengan apa yang telah ucapkan. Body shaming sering dianggap lelucon oleh Sebagian orang, padahal body shaming sangat berdampak besar bagi kehidupan korban kedepannya. Korban body shaming yang hilang rasa percaya dirinya akan sulit bersosialisasi dengan lingkungannya, akan lebih senang jika sendiri, sulit mengemukakan pendapat, dan sulit untuk mengembangkan dirinya. Hal ini akan menghambat perkembangan seseorang.

Body shaming banyak terjadi dikalangan remaja perempuan. Standar cantik di Indonesia adalah memiliki body goals, kulit putih, dan wajah yang mulus. Ada beberapa kelompok yang hanya mau berteman dengan orang yang memiliki standar cantik, dan orang yang tidak memiliki standar cantik justru cenderung dijauhkan, diejek dan ditertawakan. 

Hal ini memunculkan rasa kurang percaya diri, sehingga banyak perempuan berfikir keras dalam memikirkan bentuk tubuh yang ideal atau biasa disebut dengan diet. Beberapa orang melakukan diet dengan sehat, namun tidak sedikit orang melakukan diet justru mengganggu kesehatan fisiknya dikarenakan sikapnya yang tidak lagi memperdulikan kesehatannya, asalkan ia bisa mendapatkan bentuk tubuh yang sesuai dengan standar cantik di Indonesia.

Keberhasilan diet akan membuahkan hasil yang memuaskan dan membuat seseorang merasa diterima dilingkungan sosialnya. Namun ada juga keberhasilan diet yang justru membuat dirinya semakin terpuruk karena komentaran orang yang semakin pedas, seperti “badannya kurusan ya, jangan banyak pikiran dong”. Pun dalam proses diet pasti selalu saja ada komentar dari kanan atau kiri, katanya “gaya banget diet diet, kaya yang bisa aja”.

Pengalaman body shaming lainnya yang dialami oleh remaja perempuan adalah memiliki permasalahan kulit di wajahnya, seperti jerawat. Jerawat berhubungan dengan hormon, yang artinya tidak semua hormon setiap manusia itu sama. 

Ada perempuan yang memiliki banyak jerawat, sedikit jerawat, dan jerawat yang hanya muncul diwaktu tertentu saja. Memiliki jerawat di wajah selalu dianggap tidak pernah merawat wajah, padahal orang yang berkomentar belum tentu mengetahui bagaimana seseorang merawat wajahnya. Banyak yang rela menghabiskan uang untuk perawatan wajah, namun masih saja mendapatkan ejekan dari orang lain.

Ketika mendapatkan komentar tentang fisik mereka, terkadang mereka cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain. Pasalnya, realitas itu menunjukkan jika kepercayaan diri terkadang berasal dari luar atau karena perbandingan dengan orang lain. Hal ini dapat mengurangi kepercayaan diri secara keseluruhan. 

Sebuah studi juga menunjukkan bahwa orang yang lebih sering membandingkan diri mereka dengan orang lain cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah (Burke et al., 2010). Selain itu juga dapet meningkatkan tingkat stress seseorang dan tidak sedikit juga kasus bunuh diri karena bullying terhadap standar kecantikan orang-orang.

Perilaku body shaming dapat membuat seseorang semakin minder dan tidak nyaman dengan fisiknya. Perlakuan body shaming dengan mengejek bentuk tubuh seseorang seolah-olah dianggap sebagai hal yang biasa dan normal sehingga dapat diterima oleh semua masyarakat, padahal hal ini dapat berdampak buruk terhadap korban body shaming yang dapat mengakibatkan kondisi mental yang buruk dan membuat seseorang menilai buruk dirinya sehingga menghilangnya rasa kepercayaan diri. Ia akan merasa paling buruk diantara orang-orang, tidak pernah merasa sempurna apabila selalu mendengar, tidak pernah merasa cukup dengan apa yang telah dirinya capai dan dirinya miliki.

Korban body shaming akan cenderung tidak percaya dengan apa yang diucapkan orang lain kepada dirinya, hal ini disebabkan karena munculnya persepsi dalam diri seseorang bahwa dia tidak memenuhi sesuatu yang menjadi standar ideal masyarakat. Sehingga akan muncul ketakutan dalam dirinya dan menganggap bahwa keberadannya tidak diterima dalam lingkungan masyarakat.

Lingkungan sekitar sangat berpengaruh bagi kepercayaan diri seseorang. Lingkungan yang tidak sehat akan membuat diri kita juga tidak sehat, dan lingkungan yang sehat akan membuat kita sehat. 

Kita sebagai manusia harus saling mengayomi satu sama lain tanpa membeda-bedakan, selalu saling support, tidak merendahkan, dan berusaha menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman. 

Seperti diberikan pengingatan bahwa setiap perempuan itu cantik maka tidak perlu merasa minder, diberi dorongan positif agar senantiasa selalu bersyukur dengan apa yang telah diberikan oleh tuhan, dan komentar serta saran yang positif bagi tubuh seseorang agar tetap selalu sehat secara mental maupun jasmani.

Perempuan memiliki cantiknya masing-masing, yang artinya kita tidak boleh membandingkan diri sendiri dengan orang lain, apalagi menjadi orang lain agar terlihat cantik, kita harus menjadi diri kita sendiri. 

Kita harus bisa berdiri tegak tanpa melihat dan mendengar kebelakang omongan buruk orang lain. Tuhan memberikan standar cantik setiap orang berbeda-beda, kita sebagai makhluknya patut bersyukur dan menjalani hidup dengan sebaik mungkin. Semua perempuan di dunia ini cantik, dan akan selalu cantik.

Daftar Pustaka

  • Borualogo, S.I., Gumilang E., 2019., Kasus Perundungan Anak di Jawa Barat : Temuan Awal Children’s Worlds Survey di Indonesia, Jurnal Ilmiah Psikologi, 6(1), 15- 3
  • Fauzia, F.T., Ratri, R.L., 2019., Memahami Pengalaman Body Shaming Pada Remaja Perempuan, Jurnal Penelitian.
  • Firdaus, D., Dewi, D., Rusfien, I., Valdiani, D., & Suharyati, H. (2023, September). When Body Shaming on Social Media Harms One’s Mental Health, Who’s to Blame?. In Proceedings of the 1st Pedagogika International Conference on Educational Innovation, PICEI 2022, 15 September 2022, Gorontalo, Indonesia.
  • Hastari, A. T., Wiyatno, A., Farhana, M., Juliantini, R., Syamsul, S. J. N., & Saputri, S. (2023). PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP TINGKAT KEPERCYAN DIRI PADA MAHASISWA. Journal Of Communication and Social Sciences, 1(1), 8-15.
  • Hidayati, N. W. (2016). Hubungan harga diri dan konformitas teman sebaya dengan kenakalan remaja. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia, 1(2), 31-36.
  • Kusmiran, E. 2014. Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Salemba Medika.
  • Rismajayanthi, Ni Gusti Agung Ayu Putu, and I. Made Dedy Priyanto. 2019. “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Penghinaan Citra Tubuh (Body Shaming) Menurut Hukum Pidana Indonesia.” Kertha Wicara: Journal Ilmu Hukum 1-6
  • Safarina, N. A., & Maulayani, M. (2021). Self-acceptance as a predictor of self-esteem in victims of body shaming. INSPIRA: Indonesian Journal of Psychological Research, 2(1), 5-11.
  • Sukamti, N., & Wardana, M. K. (2020). The relationship between body shaming treatment and body image in adolescents in Depok. JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi), 4(2), 70-76.
  • Waini, Iskandar, Khairum Hamzah, Rahaini Mohd, Nor Hamizah, and Nurul Amira. 2014. “Self-Confidence in Mathematics : A Case Study on Engineering Technology Students in FTK , UTeM.” 2:10–13

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun