Museum Wale n Tonas Toudano, Sumbangsih Seorang Perantau
Oleh : Bert Toar Polii
Mungkin belum banyak yang tahu, tapi saat ini di Tondano telah berdiri Museum Wale n Tonas Toudano  atas prakarsa seorang perantau asal Tondano yang telah meninggalkan kampungnya sejak tahun 70an.
Adala Lexie Kalonta atau juga sering disapa Lucky yang yang mengambil inisiatif untuk mendirikan museum ini.
Ketika ditanya penulis tentang alasannya membangun museum, Lucky menguraikan sebagai berikut :
Terlalu lama tinggalkan kampung halaman Tondano membuat perasan "mlel mreng" Â (rindu pulang) selalu muncul dari dalam hati.
Setiap kali pulang kampong  keadaan kotaku Tondano kelihatan tidak terlalu banyak perobahan.
Hanya di beberapa sektor saja yang agak bagus, misalnya jalan-jalan  aspal dan lebar, jembatan beton dan beberapa bangunan baru seperti sekolah, kantor  pemerintah, Gereja dan rumah-rumah  milik pribadi.
Disektor budaya dan adat istiadat banjak sekali perobahan.
Kalau setengah abad lalu kegiatan pemuda/pemudi, mereka rajin berlatih tarian Maengket dan koor lagu Rohani karena acara ini dipertandingkan setiap 6 bulan, sekarang ini sepertinya tidak pernah lagi terdengar  gaungnya bahkan lirik-lirik nyapun sudah dilupakan.
Kapan akan ada perobahan kampungku yang tercinta ?, demikian Lucky menjerit dalam hatinya.
Apakah kurang orang yang bisa menjadi agent of change di Tondano ? Â Inilah spirit yang tetap mengaung ngaung dibenak menambah semangat untuk berbuat sesuatu untuk kotaku Tondano yang tercinta.
Setelah membaca buku2 sejarah perjuangan orang orang Manado ditanah air dan mendengar kisah2 heroik mereka yang telah menjadi pemimpin bangsa saat itu seperti Opa Sam Ratulangi, Bung Alex Kawilarang, A.A Maramis dan banyak lagi tokoh2 bangsa lainnya,para menteri2, Jenderal2 dll mereka semua kuanggap orang hebat dan saya saluut.
Memang ada beredar buku/tulisan tetapi  keterbatasan pencetakan membuat masyarakat kurang membaca tentang kiprah mereka di tingkat Nasional bahkan International..
Semua personel diatas menjadi sangat dikenal dan terkenal  mereka adalah orang asal  Manado dan berdarah Manado.
Setelah kuhitung hitung banyak juga orang yg berasal dari Tondano yg ikut berperan  masanya dan berdasarkan fakta tersebut timbul  ide untuk mengumpulkan lebih banyak data-data dan foto dari para pejuang di masanya tak terkecuali yang sudah meninggal maupun yang masih hidup.
Sengaja dipilih khusus orang-orang dari wilayah Tondano yaitu orang-orang yang mendiami seputar danau Tondano dahulu dikenal dengan distrik Toulour karena tempat yang tersedia agak kecil.
Demikianlah penjelasan Lucky tentang berdirinya Museum Wale n Tonas Toudano yang telah diresmikan pada tanggal 26 Januari 2020. Tempat tepatnya di Desa Tounsaru yang hanya berjarak sekitar 1 KM dari Benteng Moraya.
Tujuan utama dari pembuatan museum ini, lanjut Lucky yang kini bermukim di Melbourne Ausralia, adalah memperkenalkan kepada generasi muda tentang  kesuksessan dari  orang Tondano yang fotonya terpajang guna  mendapatkan gambaran, semangat dan kesempatan untuk belajar dan belajar agar satu waktu kelak mereka bisa berkarier seperti bapak-bapak/ibu-ibu  yang fotonya terpajang di museum ini.
Selain itu mememotivasi anak-anak  muda untuk berkreasi dan berbuat sesuatu yang baik untuk keluarga, masyarakat dan Tondano sehingga suatu saat nanti
 foto mereka  akan terpajang bersama sama dengan Tonaas-tonaas  yang ada.
Sayang sekali karena pandemic covid-19 maka untuk sementara belum bisa dibuka untuk umum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H