Jadi kebutuhan atlet dan official untuk Asian Games 2018 adalah 4 orang pelatih, 4 orang NPC dan 12 pasangan pemain atau 24 orang atlet. Menyadari bahwa dana yang ada terbatas maka PB Gabsi sebagai induk organisasi bridge di tanah air mencoba untuk ikut memikirkan hal ini.
Usulan untuk Pelatnas Asian Games 2018 dengan target meraih minimal dua medali emas sudah coba disesuaikan dengan menyatukan peran pelatih dan NPC. Jadi kebutuhan 8 orang dipangkas menjadi cukup 4 orang. Atlet yang dibina di Pelatnas Asian Games juga dibatasi hanya 4 pasangan setiap regu padahal untuk bertanding dibutuhkan 3 pasangan. Idealnya adalah 5 pasangan sehingga persaingan untuk menjadi 3 pasangan terpilih lebih ketat. Tapi itulah karena pertimbangan masalah dana maka diatur agar cukup pelatnas dengan 4 pasangan.
Bayangkan dari usulan di atas, tim verifikasi mencoret dan tersisa 12 atlet dan 3 pelatih/NPC bagaimana bisa menggaet 2 medali emas, atlet untuk ikut pertandingan Asian Games saja tidak cukup atau pagi-pagi sudah kalah WO.
Hal lain yang perlu diketahui, target dua medali emas itu dalam olahraga bridge tidak bisa ditentukan dari nomor mana karena peluang meraih medali datang dari semua nomor.Â
Contoh di Test Event Asian Games yang lalu, Indonesia meraih 4 medali emas dari nomor beregu dan 1 medali perak serta dua medali perunggu dari nomor pasangan. Jadi dengan kata lain, hampir semua nomor berpeluang menghasilkan medali emas. Malah bisa dikatakan dari 6 nomor yang dipertandingkan, keenam-enamnya berpeluang menghasilkan medali. Peluang untuk meraih medali sangat besar di semua nomor, tergantung strategi di babak semi final dan final yang akan menentukan apakah bisa menghasilkan medali emas atau perak atau sekadar perunggu.Â
Suatu hal yang pasti, keempat tim Indonesia di nomor beregu tidak akan kesulitan untuk lolos ke babak semi final atau berarti minimal bridge telah menyumbangkan 4 medali perunggu.Â
Bagaimana mengubah medali perunggu menjadi medali emas atau perak akan ditentukan oleh strategi yang diterapkan oleh pelatih/NPC ketika menentukan lawan yang akan dihadapi serta strategi yang akan diterapkan karena pertarungan bersifat knock-out baik di babak semi-final dan final.
Sistem pertandingan knock-out ini banyak diterapkan dalam pertandingan di Eropa dan Amerika dan itulah salah satu sebab mengapa butuh training camp, try-out ke sana. Mudah-mudahan tulisan ini bisa mencerahkan.
Oleh Bert Toar Polii
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H