Mohon tunggu...
Hartoyo
Hartoyo Mohon Tunggu... Guru - “Dan diatas setiap orang yang berpengetahuan, ada yang Maha mengetahui”. (QS.Yusuf 12:76)

~ ~ ** ~~

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Beda Pilihan Tidak Harus Bermusuhan

17 Oktober 2023   14:00 Diperbarui: 17 Oktober 2023   14:05 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Peradaban timbul salah satunya karena ada perbedaan, jadi biar saja perbedaan ini menjadi sesuatu seperti yang sering kita dengar bahwa perbedaan adalah rahmat. Rahmat itu akan kita dapat bila kita bisa saling menghargai, saling menghormati serta tidak memaksakan kehendak, kamu dengan pilihanmu, aku dengan pilihanku. 

Beda pilihan jelas berlawanan tapi tidak harus bermusuhan. Bila tidak mau perbedaan menjadi perselisihan yang tajam ya tidak perlu melemparkan isu palsu, tidak perlu saling menyindir karena pasti akan saling berbalas apalagi melakukan fitnah. 

Biarkan saja yang lari pagi, biarkan saja yang safari silahturahmi. Hormati saja pilihanku maka akupun akan menghormati pilihanmu. Kalau pilihan kita semua sama, untuk apa juga ada pemilu?

Harapan kita semua, pesta demokrasi nanti berlangsung damai. Lelah sudah kalau situasi kembali seperti yang pernah ada. Masih membekas bagaimana hiruk pikuknya perselisihan antara cebong, kampret, kadrun dan elite politikusnya, baik di dunia maya maupun di dunia nyata. Turut mewarnai kampanye hitam berupa hoax, fitnah, ujaran kebencian, caci maki, sindir menyindir, merasa lebih pintar, merasa lebih benar, merasa lebih suci, merasa lebih agamis dan lain sebagainya. 

Bila tidak saling melakukan kampanye hitam seharusnya konflik berat dan luka hati  yang berkepanjangan tidak terjadi. Kita tidak sedang melawan kebathilan, tidak sedang berjuang demi agama, tidak sedang berperang dengan bangsa lain, dan seterusnya tapi semua berjuang untuk kepentingan dan kebaikan bangsa dan negara kita sendiri. Bahwa ada terselip kepentingan atau ambisi dari calon, golongan/partai tentu kita tidak naif serta menutup mata. Politik identik dengan peluang, kesempatan dan lain sebagainya yang semuanya berujung pada kekuasaan.

Mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, otak untuk bekerja, hati yg bicara. Literasi yang kurang, kajian sempit hanya akan menunjukkan betapa bodohnya kita, apalagi dengan menampakkan rasa benci.

Sampai bertemu nanti  pada pemilihan tahun depan, kamu dengan pilihanmu aku dengan pilihanku, berlawanan tapi tidak bermusuhan. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun