Mohon tunggu...
Hartono
Hartono Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - noe

aku pasrahkan diri mohon penyelenggaraan ilahi untuk seluruh usaha dan perjuangan kiranya layak, penulis pemula yang ingin tahu banyak tentang kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Khong Guan dan Mudik Lebaran 2021

10 Mei 2021   16:14 Diperbarui: 10 Mei 2021   17:11 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia adalah ibu Enung Keluarga yang memiliki tiga anak. Namun tidak ada yang pernah bertanya kepadanya kemana bapaknya kenapa tidak pernah kehilatan. Mungkin ada yang enggan untuk bertanya tetapi takut dibilang kepo lalu diurungkan pertanyaan tersebut kepadanya, jadi sampai sekarang tidak pernah ibu enung berbicara menjawab, ya karena memang tidak dipertanyakan kepadanya. Anak pertamanya bernama Ririn dan kedua adiknya Ririn bernama Budi dan Tiwi.

    Budi yang sedang membaca buku di kamar dengan memakan makanan kue lebaran yang berberapa hari lagi lebarannya. tiba-tiba ibunya datang masuk memanggil, 

"Nanti sahur mau pake apa bud" tanya Ibu

"apa aja BU" jawab budi menurukan buku ke dagu menyogokan makan ke mulutnya

"pake sayur brokoli BU" susulnya

"mau cari sayur dimana udah malam begini, ya paling juga udah abis gak ada, kalo pagi tadi ngomong ibu beli sayur" jawab ibu

"coba kalo ibu tanya-nya tadi pagi" jawab budi

"yaudah nanti sahurnya pake telor mie martabak aja bu" susul budi

"pake martabak mie aja, yaudah untuk sahur besok aja, pagi ibu beli sayur" kamu buka kue apa itu bud" tanya ibu 

"nastar bu" jawab budi

"kamu ini nanti aja pas waktu lebaran makanannya udah abis" kata ibu

Budi memang selalu membuka kue lebaran lebih awal sebelum lebaran. Budi penasaran jika melihat rak yang banyak sekali kue, rasa ingin menicipinya tinggi tidak sabar jika menunggu sampai waktu lebaran dibukanya, harus ada yang harus dibukanya sekedar hanya menghilangkan pengennya. Hendak ketika budi ingin mengambil kue dilemari budi merasa dihari lebaran ini ada kue yang tidak ada dilemari tersebut yang lebaran sebelumnya selalu ada dibaris terbelakang karena ia memiliki design yang lebih besar dan tinggi. 

"Bu nggak ada kue khong guan dilebaran ini ya?" tanya budi

"iya nggak ada, itu aja banyak kue" jawab Ibu yang masih berdiri di pintu kamar Budi

"biasanya kan ada setiap lebaran, kenapa ngga ada Bu kuenya? tanya Budi lagi

"kamu mau tau kenapa?" kata ibu

"iyaa Bu" jawab Budi penasaran

"kita kan memang setiap lebaran sebelumnya selalu ada kue khong guan, tapi dilebaran ini nggak, kamu tahu kan bud gambar yang ada dikaleng Khong Guan?"

"gambar keluarga sedang kumpul bu" jawab budi

"pemerintahkah melarang mudik lebaran, karena itu dilebaran ini nggak ada kue Khong Guan" kata ibu

aku diam, dalam hatiku 'apa sebabnya sama larangan mudik lebaran' benak pikirku

apa karena kue khong guan itu sudah lama bahkan sebelum aku lahir katanya sudah ada kue Khong Guan mungkin karena sekarang anak-anaknya sudah pada gede semua, bahkan sudah berkelurga sekarang, jadi anak-anaknya itu merantau jauh dari ibu dan bapaknya ada yg ikut mertuanya bahkan ada yg merantau untuk pekerjaannya, kalau dia pulang takut akan membawa virus yang sekarang sedang ada ini, yang ada jika anak-anaknya maksa ingin pulang, tidak tau kalau dia membawa virus yang tadinya akan berkumpul dilebaran berikutnya, jika dia tidak pulang. tetapi hanya sekali dia kumpul dan untuk tidak berkmpul lagi selama-lamanya, karena dia tetap nekat pulang dan membawa virus itu. 

mungkin dihari lebaran ini tidak ada kue Khong Guan ibu nggak mau teringat, karena kak Ririn yang sedang diluar kota bersama suaminya tidak bisa pulang dilebaran ini, jadi sebab itu ibu tidak adain kue Khong Guan karena Mungkin jika melihat gambar kaleng tersebut ibu rindu anak dan cucunya.

"Bu kak Ririn pas lebaran pulang nggak ya?" tanya budi meledek ibu

kompas.com
kompas.com
Pengarang, Hartono.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun