Mohon tunggu...
Hartmantyo
Hartmantyo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

SDK 1 YSKI, SMPK YSKI, SMAN 2 Semarang,sosiologi UGM 2011.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Robotisasi Manusia

14 September 2012   14:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:28 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah anda bepergian ke swalayan, mini market, mall, atau bank ? Apakah anda pernah mengamati cara kerja karyawan atau petugas di tempat tersebut ? Bagaimana cara kerja mereka ? Baik, ramah, penuh senyum, sabar, sopan, bersikap melayani ? Namun, pernahkan anda mengamati apa sebenarnya yang terjadi pada mereka ? Mereka seperti diprogram layaknya robot.

Ya, robot. Para karyawan di tempat-tempat tersebut memang bertugas melayani masyarakat dengan senyum dan penuh keramahan, namun dibalik keramahan mereka, ternyata kebebasan mereka seolah terkekang oleh berbagai macam aturan. Mulai dari aturan cara kerja, letak dan posisi, hingga cara berbicara, diatur sedemikian rupa. Menyebabkan  mereka tidak bisa berekspresi secara maksimal, begitu kaku dan terbatasi geraknya.

Menurut pandangan saya sendiri, ini merupakan robotisasi manusia. Robot adalah benda yang secara keseluruhan terprogram. Mulai dari gerakan, berjalan, berkata, juga waktunya. Robot akan secara terus menerus dibawah kendali keinginan si pemunya atau si pemrogramnya. Sama halnya dengan para karyawan di beberapa tempat tersebut. Mereka diperintahkan para pemimpin untuk bergerak dan berjalan sebaik mungkin secara konsisten. Dalam berbicarapun juga diatur, mulai dari setiap kata yang keluar, jeda antar kata, hingga intonasi pun selalu konstan dan sama. Bahkan mereka semakin ter-robot-kan ketika diberlakukannya jam kerja. Artinya sama seperti robot ada waktunya dia bergerak aktif ada kalanya dia diam tak bergerak. Ada waktunya pekerja menjadi robot dengan segala macam aturannya, ada kalanya meninggalkan ke-robot-annya tersebut dan menjadi manusia pada keseharian.

Kunci utama adalah kekuatan atau power. Mereka ter-robot-kan karena tidak memiliki kekuatan yang lebih tinggi dari orang lain yang dia hadapi. Ditambah pula mereka “membutuhkan” secara ekonomi , membuat posisinya dalam bargaining power semakin melemah. Pada akhirnya mereka akan ter-robot-kan oleh orang lain yang memiliki kekuatan lebih tinggi dari pada dia yang kemudian menjadi “pemrogramnnya”.

Apakah masuk dalam kategori manusiawi tindakan robotisasi manusia tersebut ? Terlepas dari manusiawi atau tidaknya, hal ini merupakan fakta yang ada dalam setiap keseharian kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun